JEJAK 5 TAHUN ANIES

Jejak Anies Hapus Stigma Ayat dan Mayat Warisan Pilkada 2017

CNN Indonesia
Kamis, 13 Okt 2022 08:37 WIB
Ada banyak sindiran untuk Anies, seperti 'Bapak Politik Identitas' hingga 'Kampanye Ayat dan Mayat'. Anies berusaha membalik stigma itu selama memimpin Jakarta.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meresmikan pemugaran pembangunan Bale Wantilan Pura Dalem Purnajati Tanjung Puri, Cilincing, Jakarta Utara, Minggu (5/11/2017). (CNN Indonesia/Gloria Safira Taylor)
Jakarta, CNN Indonesia --

Dua bulan setelah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) sebagai Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Baswedan hadir dalam Kongres Diaspora Indonesia, 1 Juli 2017 lalu. Ia didapuk sebagai salah satu pembicara dalam diskusi bertema 'Peran Diaspora Menyebarkan Toleransi dan Kerukunan Beragama di Pentas Dunia'.

Acara dihadiri mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Sebagai narasumber Anies bersanding bersama Grand Imam of New York Shamsi Ali, Direktur Dialog Lintas Agama Vatikan Romo Markus Solo Kewuta dan aktor Indonesia Reza Rahadian.

Anies kala itu percaya bahwa kondisi umat beragama di Jakarta seusai Pilkada 2017 akan segera membaik. Ia juga berjanji bakal memikul tanggung jawab menjaga serta mengelola toleransi antara kelompok beragama setelah dilantik menjadi Gubernur DKI Jakarta.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya akan punya tanggung jawab memastikan Jakarta selalu bineka dan persatuan dijaga semuanya. Kebinekaan itu fakta dan diperjuangkan lewat persatuan," tegas Anies saat itu.

Empat bulan setelah acara tersebut atau pada 16 Oktober 2017, Anies-Sandi resmi dilantik sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.

Berbagai pihak pesimistis Anies dapat mengelola isu keberagaman dan toleransi umat beragama di Ibu Kota di awal masa jabatannya. Berbagai julukan juga masih melekat pada Anies kala itu, mulai dari 'Gubernur Antikeberagaman' hingga narasi 'Kampanye Mayat dan Ayat'.

Label itu kerap disematkan pihak tertentu ke Anies lantaran brutalnya gelaran Pilkada DKI Tahun 2017. Ketegangan selama masa kampanye Pilkada DKI Jakarta 2017 sangat terasa. Bahkan, Pilkada itu disebut sebagai pemilu paling mempolarisasi dan paling memecah belah masyarakat.

Anies juga dianggap identik didukung kelompok Islam garis keras pada Pilkada DKI Jakarta 2017. Terlebih banyaknya agenda politik dan strategi politisasi identitas dan agama dalam kontestasi itu. Aksi Bela Islam 411 dan 212 yang menuntut Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dipenjara atas tuduhan penghinaan agama juga dilihat sebagai upaya politisasi agama untuk memenangkan kandidat tertentu.

Lambat laun, Anies berupaya mematahkan asumsi sebagian kalangan bahwa Jakarta akan menjadi kota intoleran. 

Pada 29 Oktober 2017 atau 13 hari setelah resmi dilantik Presiden Jokowi, Anies bergerak meresmikan gedung baru Gereja HKBP Semper di Jakarta Utara.

Anies mengakui Gereja HKBP Semper merupakan bangunan pertama yang diresmikannya sejak menjabat sebagai gubernur. Pada bulan berikutnya atau November 2017, Anies kembali meresmikan pemugaran Pura Dalem Purnajati Tanjung Puri, Cilincing, Jakarta Utara.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2019). Anies kunjungan Bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta dan beberapa kepala dinas. CNN Indonesia/Andry NovelinoGubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meninjau malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Selasa (24/12/2019). Anies kunjungan Bersama Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) DKI Jakarta dan beberapa kepala dinas. CNN Indonesia/Andry Novelino

Anies juga beberapa kali terlihat di publik meresmikan sejumlah tempat ibadah bagi kelompok nonmuslim di Jakarta seperti, umat Kristen, Hindu dan Budha selama lima tahun menjabat sebagai Gubernur DKI.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta turut mencatat jumlah fasilitas peribadatan di DKI Jakarta mencapai 8.212 unit pada 2021. Mayoritas fasilitas peribadatan terbanyak di Ibu Kota berupa musala sebanyak 3.525 unit. Kemudian, sebanyak 1.098 gereja Protestan di DKI Jakarta. Lalu, terdapat 92 wihara, 47 gereja Katolik, 13 pura, dan empat kelenteng Miao di Ibu Kota.

Anies juga kerap mengunjungi tempat-tempat ibadah saat momen hari-hari besar keagamaan. Bahkan, kawasan Monumen Nasional (Monas) ia buka agar bisa menggelar berbagai acara keagamaan. Sebelumnya, Monas tak boleh digunakan untuk upacara keagamaan.

Ia menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 186 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur No 160 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Kawasan Monumen Nasional. Monas pernah direncanakan untuk menggelar Natal Bersama tahun 2017 lalu. Namun batal dan dipindah ke JiExpo. Lalu, Monas digunakan untuk perayaan Paskah Bersama II oleh umat Kristen pada April 2018 lalu dan pelbagai kegiatan tabligh akbar oleh umat Islam.

Baca selanjutnya di sebelah..

Kelola Keberagaman dan Hapus Stigma Anies Gubernur Intoleran

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER