Dalam mengembangkan kota, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, berupaya untuk mewujudkannya dengan mengedepankan semangat kolaborasi. Mengusung misi 'Maju Kotanya, Bahagia Warganya', kolaborasi melibatkan masyarakat untuk bekerja sama, sehingga target Jakarta menjadi City 4.0 pun kini dapat tercapai.
Dari situ, lahir Plus Jakarta (+Jakarta), wadah penggerak untuk mewujudkan kolaborasi antar elemen masyarakat. Ide dari masyarakat diwujudkan dalam bentuk acara seni dan hiburan, edukasi, hingga kegiatan sosial.
Terdapat enam kategori kolaborasi di +Jakarta, yaitu Environmental Resilience, Future of Work, Urban Regeneration, Innovation and Technology, Equality and Empowerment, serta Art and Culture.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sini, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berfungsi sebagai penyedia platform, sementara masyarakat sebagai co-creator. Sehingga, ekosistem yang saling mendukung antara pemerintah dan warganya dapat tercipta.
Anies memaparkan, kota Jakarta memiliki sumber daya kolaborator yang amat besar, karena Jakarta memiliki pakar, universitas, sektor privat, internasional think-tank, serta NGO yang amat banyak dan beragam. Oleh karena itu, pemerintah akan sangat disayangkan jika membangun tanpa melibatkan mereka.
"Maka dari itu, kita mengajak, mari bangun kota ini dengan kolaborasi. Alhamdulillah, kolaborasi itu disambut oleh pribadi-pribadi di Jakarta," ujar dia dalam keterangannya, Minggu (16/10).
Maka dari itu, Anies pun merasa bersyukur mendapatkan kesempatan memimpin kota yang memiliki rasa tanggung jawab dan kebersamaan untuk membangun kota bersama-sama.
"Terima kasih telah menjadi bagian dari perubahan di Jakarta, menjadi bagian penyelamatan selama masa sulit kemarin (pandemi). Begitu banyak terobosan dari seluruh masyarakat Jakarta. Mari kita teruskan kolaborasi ini," imbuhnya.
Kontribusi para kolaborator begitu besar bagi kemajuan kota Jakarta, di mana bukan hanya pada pembangunan yang signifikan, tetapi juga saat penanganan pandemi COVID-19 berada pada titik terendahnya. Melalui Kolaborasi Sosial Berskala Besar (KSBB), kolaborator dapat berdonasi untuk mereka yang membutuhkan. Dampaknya telah tersalurkan ke lembaga sosial dan berbagai program untuk meningkatkan kesejahteraan sosial.
Pelaksanaan KSBB 2020-2021 melibatkan 500 kolaborator, menghadirkan 2.000 kegiatan kolaborasi, dan diterima oleh 500.000 penerima manfaat atau 10 persen dari 4,7 juta warga rentan di Jakarta.
Berbagai kolaborasi telah berjalan yang tidak hanya memberikan solusi atas permasalahan Jakarta, tetapi juga membentuk Jakarta menjadi kota yang lebih maju dan lebih hidup. Salah satu bentuknya adalah Jakarta telah bekerja sama dengan berbagai komunitas untuk menciptakan kota yang sesuai dengan kebutuhan warganya.
Salah satunya, pembuatan papan informasi berupa penanda (signage) dan penunjuk arah (wayfinding) di beberapa halte Transjakarta sejak Agustus 2019. Hal ini diharapkan dapat membentuk masyarakat yang mandiri dalam bertransportasi umum, karena warga dapat melihat rute, kode nomor transportasi umum yang melintas, juga peta integrasi antarmoda transportasi selain Transjakarta, seperti MRT dan LRT Jakarta.
Papan informasi tersebut merupakan buah dari kolaborasi dengan Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ). Selain FDTJ, pemasangan papan informasi ini juga didukung oleh Dinas Perhubungan, PT Transportasi Jakarta, MRT Jakarta, LRT Jakarta, Institute for Transportation and Development Policy (ITDP), Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, serta komunitas kreatif, Kreavi.
Selain itu, masih banyak lagi bentuk kolaborasi dengan komunitas Jakarta lainnya, seperti pembangunan skatepark di Taman Maju Bersama yang melibatkan komunitas skateboard dan BMX dalam perancangannya serta pembangunan arena parkour bersama komunitas parkour.
Pemerintah Provinsi Jakarta melalui Jakarta Smart City telah bekerja sama dengan perusahaan digital startup untuk sama-sama memecahkan berbagai permasalahan melalui Start-up+Jakarta. Ketika awal Smart Collaboration dicetuskan, Pemprov DKI Jakarta berkolaborasi dengan delapan perusahaan digital, yakni Nodeflux, duithape, Botika, Gojek, Grab, Bukalapak, Tokopedia, dan Shopee.
Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak mendorong perkembangan smart economy dengan mempromosikan UMKM DKI Jakarta dalam ranah digital. Sedangkan Nodeflux, sebagai emerging startup yang berfokus pada Artificial Intelligence, membantu Jakarta dengan License Plate Recognition yang dapat membantu mengenali dan membaca plat nomor kendaraan untuk penerapan E-tilang.
Dari sisi kemanuasian, kolaborasi melalui Lembaga Kemanusiaan+Jakarta terbukti menjadi faktor penting dalam menghadapi bencana, seperti banjir ataupun kebakaran. Namun, tidak hanya jajaran pemerintah yang turun menangani bencana, lembaga kemanusiaan juga merupakan elemen penting kolaborasi.
Salah satunya, Baznas BAZIS DKI Jakarta. Lembaga kemanusiaan membantu menurunkan armada, membuka posko, membangun dapur umum, serta mendistribusikan bantuan.
Sejarah masa lalu membentuk Jakarta yang sekarang. Untuk itu, pelestarian sejarah dan budaya terus dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta.
Sepanjang tahun 2018-2022, Pemprov DKI Jakarta telah menetapkan 50 Cagar Budaya. Penetapan objek sebagai Cagar Budaya merupakan amanat yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya sebagai upaya pelestarian.
"Penetapan ini menjadi dasar hukum yang jelas sebagai landasan pelestarian Cagar Budaya. Penetapan ini juga sebagai bagian dari upaya kami dalam melindungi aset budaya yang dimiliki Pemprov DKI Jakarta," kata Anies.
Penetapan objek menjadi Cagar Budaya telah melalui kajian yang diverifikasi oleh Tim Ahli Cagar Budaya Provinsi DKI Jakarta. Verifikasi dilakukan dengan melakukan survei, riset daftar pustaka, dan melakukan pembahasan kajian.
Kriteria penentuan objek untuk menjadi Cagar Budaya antara lain, berusia 50 tahun atau lebih; mewakili gaya paling singkat berusia 50 tahun; memiliki arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan; dan memiliki nilai budaya bagi penguatan kepribadian bangsa.
Adapun objek-objek yang sudah ditetapkan sebagai Cagar Budaya antara lain Lapangan Golf Rawamangun, Gedung Bank Indonesia Kebon Sirih, Gedung Kantor Pusat Garuda Indonesia Jalan Kebon Sirih, Gedung Tjipta Niaga, Tugu Peringatan Proklamasi, Rumah Proklamasi, Stasiun Jatinegara, Jembatan Kereta Jalan Matraman Raya, dan Jembatan Kereta Terowongan Tiga.
Selain Cagar Budaya, Pemprov DKI Jakarta juga menetapkan Warisan Budaya Takbenda sebagai upaya pelestarian kebudayaan Jakarta. Totalnya, sebanyak 47 objek Warisan Budaya Takbenda ditetapkan selama 5 tahun terakhir, di antaranya Topeng Tunggal, Hadroh Betawi, Silat Sabeni Tenabang, Petak Umpet Betawi, Panggah Betawi, Sayur Sambel Godog, Asinan Betawi, dan Golog Betawi.
Dengan ditetapkannya karya budaya menjadi Warisan Budaya Takbenda ini, diharapkan dapat melestarikan karya budaya tersebut dari kepunahan dan menjadi kebanggaan bagi warga Jakarta, khususnya masyarakat Betawi. Selain itu, penetapan Warisan Budaya Takbenda juga dapat menjadi motivasi bagi para pelaku seni lainnya untuk mencatatkan karya budayanya dan diusulkan sebagai Warisan Budaya Takbenda, sehingga semakin banyak khazanah budaya yang berkembang di Jakarta.
Komitmen Pemprov DKI Jakarta dalam melestarikan budaya juga tampak pada pengembangan Perkampungan Budaya Betawi di Setu Babakan serta revitalisasi Taman Ismail Marzuki. Dengan begitu, para seniman, budayawan, dan warga dapat lebih produktif berkarya di tempat yang nyaman dan memiliki fasilitas baru.
(rir)