ANALISIS

Pertaruhan Kapolri Jilid II di Bayang Rentetan Kasus Para Jenderal

CNN Indonesia
Senin, 17 Okt 2022 09:45 WIB
Arahan tegas Presiden Jokowi soal pembenahan Polri menjadi pertaruhan Kapolri Listyo Sigit untuk mengembalikan Polri ke khitahnya: sang pengayom masyarakat.
Arahan tegas Presiden Jokowi soal pembenahan Polri menjadi pertaruhan Kapolri Listyo Sigit untuk mengembalikan Polri ke khitahnya: sang pengayom masyarakat. Foto: ANTARA FOTO/FAJAR ALI
Jakarta, CNN Indonesia --

Arahan tegas Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) soal pembenahan institusi kepolisian RI kembali menjadi pertaruhan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk memulihkan sekaligus mereformasi Polri pulang ke khitahnya: sang pengayom masyarakat.

Selama kurang lebih 15 menit Jokowi memberikan arahan kepada pejabat Korps Bhayangkara yang dia kumpulkan di Istana, Jumat (14/10). Di antaranya soal gaya hidup mewah anggota, tingkat kepercayaan publik yang menurun, hingga kasus pembunuhan berencana oleh Irjen Ferdy Sambo cs yang bikin runyam muruah kepolisian.

Ketua Indonesia Police Watch (IPW) Sugeng Teguh Santoso menilai arahan Jokowi pada Jumat kemarin jadi ajang pertaruhan jilid kedua bagi Listyo Sigit setelah dia keluar dari tekanan publik dalam mengambil sikap atas sengkarut persoalan Sambo.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak heran, kata Sugeng, tangan Kapolri sampai bergetar usai mendapat arahan dari Jokowi.

"Ini pertaruhan Kapolri. Dia benar-benar berat, walaupun sudah menjalankan tugas dengan tegas, keras," kata Sugeng saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (17/10).

Sugeng mencermati dalam arahan kemarin juga tersirat ancaman dari Jokowi. Menurut dia bukan tidak mungkin Jokowi mencopot Listyo apabila pembenahan di internal Polri gagal.

Ini tak lepas dalam beberapa waktu terakhir Polri kerap menjadi sorotan. Mulai dari kasus Irjen Ferdy Sambo cs, tragedi Stadion Kanjuruhan, hingga yang teranyar mengenai penangkapan Irjen Teddy Minahasa terkait kasus narkoba.

Rentetan badai perkara itu lah yang menjadi sorotan, sehingga Jokowi mendesak Kapolri untuk bisa membenahi institusi yang dipimpinnya itu.

"Dia ingatkan juga, mengancam. Ancamnya apa? (Dia bilang) 'hati-hati', itu kan gayanya seorang pemimpin Jawa itu tersirat aja, dia enggak perlu bilang saya sikat, saya tindak, enggak perlu," jelas Sugeng.

"(Dia cukup bilang) 'hati-hati, hati-hati', ini tentu tujuannya kepada Kapolri, karena dia enggak mungkin menindak yang bawah, kan yang ditegur Kapolri," tuturnya menambahkan.



Sugeng menyatakan rentetan kasus yang melibatkan jenderal-jenderal Polri ini jadi perhatian serius Jokowi. Menurut dia, selain bentuk kritik dan ancaman kepada Kapolri, sikap tersebut dapat dimaknai bahwa Jokowi juga peduli dengan Polri.

Terlebih, hanya dalam rentang waktu kurang dari enam bulan, terdapat lima jenderal di jajaran Polri yang tersangkut masalah hukum. Mereka yakni Irjen Ferdy Sambo, Irjen Teddy Minahasa, Brigjen Benny Ali, Brigjen Hendra Kurniawan, dan Brigjen Agus Budiharta.

Selain Teddy Minahasa yang terseret kasus narkoba, empat jenderal lainnya merupakan tersangka dalam pembunuhan Brigadir J maupun dugaan perintangan penyidikan atau obstruction of justice kasus tersebut.

"Ini kan peningkatan kualitas pelanggarnya meningkat tinggi dan juga banyak melibatkan anggota. Dalam kasus Sambo, itu ada 100-an yang diperiksa oleh Irsus," ujar Sugeng.

"Ini kondisi yang berat. Oleh karena itu, Presiden memberikan perhatiannya, tapi di sisi lain presiden juga mengapresiasi dan juga mengkritisi anak buahnya supaya menjalankan tupoksinya dengan baik atau profesional," ujar Sugeng.

Berlanjut ke halaman berikutnya..

Momentum Bersih-bersih Internal Polri

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER