Serba-serbi Kasus Ginjal Akut di RI: Sebaran, Gejala hingga Kematian

CNN Indonesia
Selasa, 18 Okt 2022 12:43 WIB
Hingga saat ini dokter dan para ahli masih belum mengetahui penyebab pasti penyakit gangguan ginjal akut misterius.
Ilustrasi ginjal (batu ginjal). iStockphoto/wildpixel
Jakarta, CNN Indonesia --

Ratusan anak di Indonesia dilaporkan mengalami mengalami gejala gangguan ginjal akut 'misterius' lantaran masih belum diketahui penyebabnya hingga saat ini. Pemerintah dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) kemudian menamai temuan penyakit ini sebagai gagal ginjal akut progresif atipikal.

IDAI mencatat per 14 Oktober, temuan penyakit ini mencapai 152 orang di Indonesia. Lonjakan kasus bulanan tertinggi tercatat terjadi pada September 2022 dengan 76 kasus yang dilaporkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari 152 pasien tersebut, terbanyak usia 1-5 tahun, yakni 75 kasus. Disusul 35 kasus pada anak usia 0-1 tahun, lalu 24 kasus pada anak usia 5-10 tahun, serta ditemukan 18 kasus pada golongan usia di atas 10 tahun.

CNNIndonesia.com telah merangkum sejumlah fakta dan temuan terkait temuan gagal ginjal akut progresif atipikal di Indonesia, sebagaimana berikut:

Sebaran 152 Kasus di Indonesia:

1. DKI Jakarta: 49 kasus
2. Jawa Barat: 24 kasus
3. Jawa Tengah: 1
4. DI Yogyakarta: 11 kasus
5. Banten: 2 kasus
6. Bali: 15 kasus
7. Kalimantan Timur: 1 kasus
8. Kalimantan Selatan: 1 kasus
9. Sulawesi Selatan: 1 kasus
10. Aceh: 18 kasus
11. Sumatera Barat: 21 kasus
12. Jambi: 3 kasus
13. Kepulauan Riau: 2 kasus
14. Papua Barat: 1 kasus
15. Papua: 1 kasus
16. NTT: 1 kasus

Temuan Gejala

Hingga saat ini dokter dan para ahli masih belum mengetahui penyebab pasti penyakit ini. IDAI sebelumnya sempat menduga penyakit ini berhubungan dengan MIS-C atau komplikasi akibat Covid-19, namun hasil penelusuran lebih lanjut tak membuktikannya. Pasalnya, tak semua pasien ditemukan memiliki antibodi Covid-19.

Anggota IDAI dokter spesialis anak konsultan Henny Adriani membeberkan gejala yang dialami pada pasien di Indonesia. Henny mengatakan bahwa pada dasarnya gejala yang ditimbulkan sama dengan gejala penyakit ginjal lainnya.

"Selalu dimulai dari produksi urine menurun, kemudian tidak kencing sama sekali," ujar Henny.

Henny menyarankan agar orang tua waspada saat buang air kecil anak tidak lancar. Idealnya, anak buang air kecil sebanyak 5-6 kali dalam sehari atau sekitar 4 jam sekali.

Sebelum produksi urine yang menurun, anak juga umumnya dilaporkan mengalami beberapa gejala infeksi pada umumnya, di antaranya demam, diare, batuk dan pilek. Gejala lebih parah akan muncul saat fungsi ginjal sudah menurun sekitar 50 persen. Henny menjelaskan, dalam kondisi ini, pasien akan mengalami beberapa gejala tambahan.

Seperti badan membengkak, napas cepat dan mendalam, gangguan elektrolit, hingga kejang karena tekanan darah tinggi.

Laporan Kasus Kematian

Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat berdasarkan data temuan gangguan ginjal akut misterius di Ibu Kota periode 1 Januari hingga 13 Oktober 2022. 25 pasien yang terdiri dari anak dan balita dinyatakan meninggal.

Terpisah, Dinas Kesehatan Bali juga mencatat terdapat 11 pasien gagal ginjal misterius dan akut yang meninggal lantaran dinilai mendapatkan penanganan yang terlambat. Dinkes mengatakan pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam kondisi fungsi ginjal yang menurun.

Di sisi lain, seorang anak berusia 2 tahun di Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT) juga diduga meninggal dunia akibat mengalami gagal ginjal tanpa penyebab yang jelas atau misterius pada akhir September 2022. Hal itu diungkapkan oleh IDAI cabang NTT.

Dengan demikian, sementara ini terdapat 37 kasus meninggal di Indonesia. CNNIndonesia.com telah mencoba meminta detail data lengkap kematian kepada Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Namun Kemenkes mengaku seluruh data didapatkan dari IDAI.

"Data detail ada di IDAI yang memang memitigasi langsung kepada anggotanya ya, karena ini masih dalam penelitian penyakitnya," kata Pelaksana tugas Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes Yanti Herman kepada CNNIndonesia.com, Sabtu (15/10).

Sementara saat dikonfirmasi ulang, Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso mengatakan pihaknya sejauh ini masih mengumpulkan laporan awal. Dengan demikian, detail data terdapat di masing-masing rumah sakit.

"Data lengkap ada di masing-masing rumah sakit ya, kami tidak ada. Karena kami hanya mencatat kejadian awal saja," ujar Piprim.

Kasus Kematian Anak di Gambia

Sejumlah orang mulai mengaitkan kasus gangguan ginjal misterius yang terjadi di Indonesia dengan kematian puluhan anak di Gambia akibat gagal ginjal akut. Hal itu terjadi karena kedua kasus tersebut mendadak muncul ke permukaan dalam waktu bersamaan. Keduanya juga sama-sama menyerang kelompok anak.

Namun demikian, Guru Besar Farmakologi dan Farmasi Klinik Universitas Padjadjaran Profesor Keri Lestari menegaskan bahwa keduanya berbeda. Keri mengatakan bahwa setelah ditelusuri, keempat merek obat yang menyebabkan gagal ginjal akut di Gambia tak tersedia dan tidak mendapatkan izin edar di Indonesia.

Di sisi lain, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merespons puluhan kasus kematian di Gambia, Afrika yang diduga disebabkan konsumsi obat sirup yang terkontaminasi dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) dengan menetapkan aturan baru di Indonesia.

Terkini, setiap perusahaan farmasi yang melakukan registrasi obat tidak diperbolehkan mendaftarkan produk yang mengandung baik DEG maupun EG. BPOM juga memastikan keempat produk yang ditarik di Gambia tersebut tidak terdaftar di Indonesia, dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar di BPOM.

(khr/ain)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER