Hasil biopsi terhadap jenazah pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) atau gagal ginjal akut menunjukkan kerusakan pada ginjal disebabkan oleh senyawa etilen glikol (EG).
Diketahui hasil biopsi adalah pengambilan jaringan tubuh untuk pemeriksaan laboratorium.
Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril mengatakan temuan itu didapatkan usai Kemenkes melakukan penelitian terhadap toksikasi hingga patogen yang kemungkinan ada di tubuh pasien GGAPA ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita juga sudah melakukan biopsi pada ginjal anak-anak yang sudah meninggal, dan ternyata terbukti bahwa ginjalnya memang ada kerusakan kelainan yang disebabkan oleh zat etilen glikol tadi," kata Syahril dalam konferensi pers, Selasa (25/10).
Syahril menyebut Kemenkes sebelumnya telah melakukan upaya konservatif dengan melarang total penggunaan maupun penjualan obat sirop di Indonesia, lantaran obat sirop tersebut diduga tercemar cairan EG maupun dietilen glikol (DEG).
Namun demikian, Kemenkes atas hasil pengujian Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah merilis 156 merek obat sirop yang telah dipastikan keamanannya usai diuji.
Rinciannya, 133 produk obat sirop yang tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, hingga gliserin atau gliserol. Selanjutnya, dari daftar 102 obat temuan Kemenkes yang merupakan riwayat obat pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal di Indonesia, BPOM telah melakukan sejumlah pengujian.
Hasilnya, dari 102 obat itu, 23 di antaranya tidak menggunakan propilen glikol, polietilen glikol, sorbitol, hingga gliserin atau gliserol, sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat.
Kemenkes juga mengizinkan penggunaan 12 obat yang sulit digantikan dengan sediaan lain. Obat tersebut mengandung zat aktif asam valproat, sildenafil, dan kloralhidrat yang hanya boleh digunakan dengan monitoring terapi oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan Indonesia.
"Dan obat-obatan di luar 156 tersebut untuk sementara tetap dilarang digunakan, baik di fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk dijual di apotek sampai dengan pengumuman pemerintah lebih lanjut," ujar Syahril.
Dalam kesempatan yang sama, Syahril juga melaporkan jumlah temuan kasus GGAPA di Indonesia mencapai 255 orang per Senin (24/10). Ratusan kasus itu teridentifikasi di 26 provinsi Indonesia.
Syahril mengatakan fatality rate atau tingkat kematian kasus ini mencapai 56 persen. Golongan usia pasien paling banyak berasal dari bayi di bawah lima tahun (balita).
(khr/isn)