6 Faktor Penyebab Sriwijaya Air SJ182 Jatuh Versi KNKT

CNN Indonesia
Kamis, 10 Nov 2022 15:46 WIB
Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkap ada enam poin faktor yang berkontribusi pada kecelakaan tersebut.
Petugas KNKT memeriksa serpihan pesawat sriwijaya SJ 182 (CNN Indonesia/ Adhi Wicaksono)
Jakarta, CNN Indonesia --

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memaparkan hasil investigasi mereka terkait kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ182 yang terjadi pada 9 Januari 2021.

Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Penerbangan KNKT Nurcahyo Utomo mengungkap ada enam poin faktor yang berkontribusi pada kecelakaan tersebut.

"Kami mengacu dari dokumen prosedur, standar dari ICAO (International Civil Aviation Organization) Annex 13 yang menyatakan bahwa yang disebut dengan faktor yang berkontribusi adalah apabila hal itu tidak terjadi, maka kecelakaan tidak terjadi atau dampaknya mungkin lebih ringan," kata Nurcahyo dalam keterangan resmi, Kamis (10/11).

Salah satu poin yang disampaikan KNKT yakni tahapan perbaikan pada auto throttle belum mencapai bagian mekanikal. Ada beberapa laporan kerusakan auto throttle dan sudah diperbaiki juga sudah dilakukan pergantian komponen. Namun demikian, pergantian ini belum sampai ke bagian mekanikal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi dalam perbaikan pesawat ada istilahnya troubleshooting, satu sistem yang mengalami kerusakan maka akan dilihat dengan mengacu pada buku yang dikeluarkan pabrikan, dalam hal ini Boeing untuk melihat apa yang perlu diperiksa, kemudian komponen apa yang perlu diganti. komponen-komponen yang diganti ini lah yang kita periksa untuk menentukan apa penyebab kerusakan auto throttle," jelasnya.

KNKT meyakini bahwa thrust lever bagian kanan tidak mundur sesuai perintah auto pilot atau auto throttle karena ada gangguan mekanikal.

"Dari komponen-komponen elektronik yang terpasang sudah kita periksa dan hasilnya baik. Karena thrust lever kanan tidak bergerak mundur, maka thrust lever kiri mengkompensasi dengan terus bergerak mundur sesuai permintaan auto pilot, sehingga terjadi asimetri," paparnya.

Nurcahyo melanjutkan, apabila terjadi asimetri, pesawat sudah dilengkapi CTSM (cruise thrust split monitor) namun demikian CTSM terlambat menonaktifkan auto throttle.

"Kami meyakini keterlambatan CTSM untuk nonaktifkan auto throttle ini karena flight spoiler memberi nilai yang lebih kecil dari bukaan sudut yang sesungguhnya, sehingga aktivasinya jadi terlambat," jelasnya.

KNKT juga menyimpulkan bahwa faktor yang menjadi penyebab adalah complacency atau rasa percaya terhadap otomatisasi dan confirmation bias yang mendukung opini atau asumsinya telah berakibat kurangnya monitoring. Sehingga tidak disadari terjadi asimteri dan perubahan penerbangan yang sudah menyimpang dari yang diinginkan

Berikutnya faktor yang berkontribusi adalah pesawat berbelok ke kiri yang seharusnya ke kanan dan kemudinya miring ke kanan.

"Karena kurangnya monitoring, berakibat tindakan pemulihan yang dilakukan tidak sesuai," jelasnya.

Terakhir, kata Nurcahyo, adalah belum adanya panduan tentang upset prevention and recovery training (UPRT) berpengaruh terhadap poses pelatihan yang diberikan maskapai penerbangan untuk menjamin bahwa para penerbangnya mampu atau memiliki pengetahuan untuk mencegah supaya pesawatnya tidak masuk kondisi yang tidak diinginkan dan memulihkan dari kondisi yang tidak diinginkan menjadi kondisi yang normal.

(isn/dmi/isn)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER