Majelis hakim diminta menghadirkan sosok Eben sebagai saksi dalam sidang pembunuhan Nofriansyah Yosua Hutabarat alias Brigadir J usai disebut Richard Eliezer alias Bharada E.
Permintaan itu disampaikan oleh pengacara Brigadir J, Martin Lukas Simanjuntak lantaran Eben dinilai dapat menjelaskan sosok wanita misterius yang menangis saat keluar dari Rumah Bangka milik Ferdy Sambo.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasalnya, menurut Martin, sosok wanita itu berkaitan dengan motif pembunuhan Brigadir J. Terlebih, kata dia, pada saat itu Putri Candrawathi disebut Bharada E, terlihat dalam kondisi marah.
"Ada seorang laki-laki namanya Eben, dipanggil Koh Eben. Ini siapa, apa hubungannya Koh Eben. Kenapa ketika FS dan PC berantem, ada perempuan, kok tiba-tiba ada Eben," ujarnya kepada wartawan di Mabes Polri, Kamis (1/12).
Martin mengatakan sesuai aturan yang ada Majelis Hakim dapat memanggil saksi-saksi lainnya yang tidak ada dalam Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Karenanya ia mendorong Hakim untuk segera memanggil yang bersangkutan sebagai saksi.
"Agar bisa menerangkan membuat peristiwa pidana tersebut semakin terang. Panggil Eben, jadikan sebagai saksi, periksa. Karena ini penting buat motif," tuturnya.
Lebih lanjut, ia mengklaim momentum Putri marah yang disebutkan oleh Bharada E itu juga sempat diceritakan oleh Brigadir J. Kendati demikian, ia mengaku tidak mengetahui siapa sosok wanita misterius tersebut.
Hanya saja, ia menilai rangkaian peristiwa itu menjadi bukti bahwa hubungan antara Sambo dan Putri memang tidak harmonis.
"Kami tahu peristiwa itu, tapi kami enggak tahu itu siapa. Sudah kami sampaikan dari dulu bahwa hubungan Ferdy Sambo dengan istrinya ini tidak harmonis," jelasnya.
Karenanya, Martin menilai citra harmonis yang selama ini kerap ditampilkan keduanya dalam persidangan hanyalah gimmick semata. Ia lantas meminta majelis hakim untuk terus menggali keaslian hubungan keduanya.
"Kalau tidak fakta berarti diduga itu perempuan ada hubungannya dengan motif," ujarnya.
"Siapa perempuan itu, gosipnya ada si cantik yang berseragam coklat, apakah dia, Eliezer tidak tahu, bisa saja dia, kan," sambungnya.
CNNIndonesia.com telah menghubungi Arman Hanis, Febri Diansyah, dan Rasamala Aritonag selaku pengacara Sambo dan Putri. Namun hingga berita ini ditayangkan ketiganya belum memberikan respons.
Sebelumnya Bharada E menceritakan momen ketika Putri terlihat marah. Sebelum itu, Putri sempat mengajak tiga ajudannya menyusuri daerah Kemang, Jakarta Selatan.
"Ada kejadian tiba-tiba Ibu [PC] turun [dari lantai rumah di Jalan Saguling]. Almarhum [Yosua] juga turun bawa senjata langsung ditaruh di mobil. Ibu PC panggil kita bertiga, saya, Yosua dan Matheus," tutur Richard.
Selanjutnya mereka dalam satu mobil bergegas menyusuri daerah Kemang, Jakarta Selatan. Richard mengaku sempat bertanya-tanya tujuan dari perjalanan tersebut.
"Begitu di Bangka, Ibu turun, saya lihat kondisi ibu lagi marah, saya enggak berani menanyakan. Masuk semua, turun. Bang Yos bilang 'Chad, parkir mobil ke belakang.' Saya parkir mobil ke belakang," sambungnya.
Selang setengah jam, Bharada E mengatakan Sambo kemudian tiba di rumah Bangka bersama sopirnya yang bernama Saddam.
Ia mengaku tidak mengetahui peristiwa yang terjadi di dalam rumah. Namun Bharada E mengaku ingat ada seorang wanita yang tidak diketahui identitasnya keluar rumah sambil menangis.
Meski begitu, ia tidak mengetahui secara pasti apakah wanita tersebut datang bersama rekan Sambo yang bernama Eben atau tidak.
(tfq/pmg)