ANALISIS

Bom Bunuh Diri Polsek Astana Anyar Alarm Serius Geliat Sel Terorisme

CNN Indonesia
Jumat, 09 Des 2022 10:13 WIB
Kapolri mengatakan pelaku bom Polsek Astana Anyar sebelumnya diketahui terafiliasi JAD, eks napiter yang masih berstatus merah dalam program deradikalisasi.
Foto udara petugas kepolisian dari Polda Jabar melakukan proses sterilisasi tempat kejadian perkara dugaan bom bunuh diri di Polsek Astanaanyar, Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12/2022). (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Pengamat terorisme Al Chaidar menyampaikan meskipun aksi teror kemarin tidak terlalu berdekatan dengan momen nataru, tetapi seluruh pihak diminta agar lebih waspada mendekati momen-momen itu.

"Memang masih agak jauh namun harus waspada menjelang tanggal 25 dan tahun baru tanggal 1 Januari," ujar Al Chaidar kepada CNNIndonesia.com, Jumat (9/12).

Ia juga berpandangan, yang terjadi di Bandung ini berpotensi menjadi tanda-tanda kebangkitan sel-sel terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Chaidar juga mengamini bom bunuh diri di Polsek Astana Anyar dapat menjadi pemantik bagi kelompok teroris lainnya untuk melakukan aksi serupa. Targetnya bisa kantor polisi atau tempat lain.

Menurut dia pemerintah harus mengambil langkah taktis untuk mencegah kemungkinan aksi jelang nataru. Pemerintah bisa mulai melakukan penjagaan terhadap tempat ibadah kaum  serta memantau kelompok teroris yang terlihat mulai aktif.

"Langkah taktis yang paling perlu adalah penjagaan tempat-tempat ibadah nonmuslim menjelang Natal dan juga pemantauan terhadap kelompok-kelompok teroris yang sel-selnya mulai aktif dari sekarang," katanya.

Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar mengakui tidak mudah untuk membaca pemikiran para pelaku terorisme.

"Kesulitan bahwa ideologi terorisme itu adalah dari alam pikiran. Apakah kita bisa serta merta membaca alam pikiran, isi kepala semua warga bangsa Indonesia," katanya dalam keterangan, Rabu (7/12), seperti dikutip dari Antara.

Menurut dia, ideologi terorisme yang berasal dan berada dari alam pikiran pelaku teror tidak mudah untuk dibaca. Begitupun untuk mengetahui warga negara Indonesia yang mungkin memiliki pemikiran radikal terorisme. Boy Rafli mengingatkan ideologi radikal terorisme ini dapat menyasar siapa aja dan menjadikan siapa saja menjadi target.

"Jangan mau diri kita dijadikan alat. Ini kehidupan yang dinamis. Kita tidak hidup di dalam ruang vakum. Kita hidup di ruang dinamis, banyak dipengaruhi dinamika, baik pengaruh baik dan pengaruh buruk. Tidak semua penetrasi yg datang dalam diri kita adalah kebaikan," jelasnya.

Sementara itu, Menko Polhukam Mahfud MD sudah meminta Polri dan BNPT terus meningkatkan kewaspadaan pasca bom bunuh diri Polsek Astana Anyar.

Menurut Mahfud, peristiwa bom bunuh diri di Mapolsek Astanaanyar menjadi bukti bahwa jaringan teroris masih ada di Indonesia, meskipun secara kuantitatif aksi terorisme sudah menurun.

"Sampai sekarang itu sudah jarang-jarang terjadinya, sekali-kali terjadi, tetapi masih ada. Buktinya hari ini," kata Mahfud di Bandung, Rabu.

Mahfud mengatakan seluruh pihak harus bekerja sama untuk memberantas terorisme karena jika terorisme itu sudah menjadi ideologi maka upaya deradikalisasi pun harus dilaksanakan secara sungguh-sungguh.

"Dan harus dipantau terus karena kadang kala jaringannya masih hidup. Sepertinya sudah mati itu, tapi sebenarnya sel-selnya itu masih bergerak," katanya.

Selain itu, Mahfud juga meminta pengertian masyarakat ketika ada aparat keamanan yang menindak tegas pihak-pihak diduga terlibat tindak terorisme.

(mnf/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER