Ricky Betrik (48) terperanjat mendengar suara ledakan di Markas Polsek Astana Anyar, Bandung, tak kurang berjarak 50 meter dari lapak dagangan yang baru dia gelar pagi itu, Rabu (7/12).
Baru kali itu Ricky mendengar ledakan keras selama 12 tahun berjualan barang loak di Jalan Pejagalan. Sampai-sampai dia ragu apakah ledakan itu merupakan bom atau sekadar letupan tabung gas.
Tapi keraguan itu lenyap seketika ia melihat sejumlah orang berseragam polisi berjalan terhuyung-huyung hingga merangkak keluar Polsek. Beberapa di antaranya sudah tak sadarkan diri dengan darah berceceran.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya melihat korban juga keluar sendiri. Sudah di jalan baru pada jatuh," kata Ricky kepada CNNIndonesia.com, Jumat (9/12).
Para korban polisi itu terkulai di Jalan Pejagalan setelah menyelamatkan diri dengan tenaga terakhir usai terkena ledakan. Mereka adalah Iptu Suparya (Kanit Lantas), Ipda Asim (Kanit Patroli), Iptu Susi (Kanit Intel), dan Aipda Sofyan.
Jalan Pejagalan berada di belakang Polsek Astana Anyar. Jika dari polsek, mereka harus keluar melalui kantor Kelurahan Nyengseret yang berada di samping Polsek.
Di antara para korban yang berjalan terhuyung-huyung, Ricky ingat betul Iptu Susi dengan sisa-sisa tenaganya meminta Ricky dan warga yang berada di lokasi untuk menutup atau memblokade jalan Pejagalan.
"Mungkin karena rasa tanggung jawabnya. Padahal dia terluka. Bolong-bolong [pakaiannya]. Celananya saja sudah bolong kayak tembakan peluru gitu," kata Ricky.
Susi saat itu menolak langsung dilarikan ke rumah sakit.
![]() |
Sejumlah korban lantas dibawa ke Masjid Hidayatul Iman yang tak jauh dari lokasi ledakan untuk mendapat pertolongan pertama. Masjid itu berada di belakang Polsek dan hanya berjarak sekitar 20 meter.
Di sana, Ricky membuka bajunya untuk menghentikan pendarahan para korban.
Pria bertato itu mendadak berkaca-kaca saat menceritakan kembali momen krusial di masjid itu. "Saya ini punya kucing. Kucing saja diurus. Saya jadi malu kalau saya tidak ini [nolong]," ucap Ricky.
Selain Ricky, di masjid ada Imas yang sejak pagi datang untuk bersih-bersih. Imas adalah perempuan paruh baya yang sehari-hari bekerja sebagai marbot masjid Hidayatul Iman.
Di sana, ia biasa bersama anak laki-lakinya yang berusia sekitar enam tahun, dan suaminya yang berprofesi sebagai tukang ojek.
Saat bom meledak di halaman Polsek, Imas baru saja menarik napas usai belum lama tiba di masjid.
Berbeda dengan Ricky, Imas mengaku tak ragu sedikitpun bahwa suara ledakan yang ia dengar adalah suara bom.
Ia menyaksikan betul bagaimana kondisi para korban yang tergeletak di teras masjidnya.
Darah para korban itu memerahi lantai Masjid Hidayatul Iman. Imas melihat tiga polisi yang sudah tak sadarkan diri: ada Iptu Suparya, Ipda Asim, Iptu Susi, dan Aipda Sofyan.
"Satu lagi lari ke sebelah sana, Pak Sofyan yang sekarang meninggal," kata Imas.
![]() |
Sofyan merupakan satu-satunya korban meninggal usai dibawa ke rumah sakit pascaledakan. Menurut Ricky, AipdaSofyan mengalami pendarahan cukup parah di bagian leher. Ia sudah tak sadarkan diri saat diselamatkan warga untuk dibawa ke rumah sakit.
"Pak Sofyan di antara yang lain memang lebih parah. Kena lehernya," kata dia.
Nama Sofyan rupanya terbilang kondang di antara warga sekitar Polsek Astana Anyar.
Saban pagi, ia kerap mengatur lalu lintas agar para siswa dan wali murid sekolah yang berada tak jauh dari Polsek Astana Anyar untuk menyeberangi Jalan Pejagalan.
"Dia orang baik. Mungkin sekolah yang di seberang itu, SD 29, sekarang 58, itu paling kehilangan," Kata Ricky.
Berlanjut ke halaman selanjutnya...