Deretan Penyakit dan Masalah Kesehatan di Indonesia sepanjang 2022

CNN Indonesia
Senin, 26 Des 2022 09:10 WIB
CNNIndonesia.com merangkum sejumlah penyakit baru dan permasalahan kesehatan di Indonesia sepanjang 2022. Berikut daftar lengkapnya.
Kementerian Kesehatan melaporkan jumlah kasus kematian Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) mencapai 200 kasus. Foto: iStockphoto

Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA)

Kemenkes melaporkan jumlah kasus kematian GGAPA di Indonesia mencapai 200 kasus per 18 November. Sementara total secara kumulatif berjumlah 324 kasus. Ratusan kasus GGAPA itu berasal dari 27 provinsi di Indonesia. Kasus ini diklaim tidak mengalami penambahan sejak akhir November.

Penyebab penyakit ini masih misterius, namun terdapat kecenderungan bahwa GGAPA disebabkan oleh keracunan senyawa zat pelarut dalam obat sirop seperti etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).

Kemenkes kemudian sempat menghentikan total pemakaian obat sirop sejak 18 Oktober lalu. Hingga kini, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pun masih melakukan proses uji keamanan produk obat sirop di seluruh Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu, sekitar 50 keluarga pasien GGAPA di Indonesia sebelumnya sepakat untuk mengajukan gugatan perwakilan kelompok alias class action ke Pengadilan Jakarta Pusat. Mayoritas keluarga pasien berasal dari kawasan Jabodetabek.

Mereka menggugat sembilan pihak, yakni PT Afi Farma Pharmaceutical Industry, PT Universal Pharmaceutical Industry, PT Tirta Buana Kemindo, CV Mega Integra, PT Logicom Solution, CV Budiarta, PT Megasetia Agung Kimia, BPOM, serta Kementerian Kesehatan.

Komunitas Konsumen Indonesia (KKI) juga melayangkan gugatan kepada BPOM ke PTUN Jakarta terkait polemik obat sirop yang diduga sebagai pemicu kasus GGAPA di Indonesia.

Ketua KKI David Tobing menyatakan gugatan itu mereka layangkan lantaran sejumlah tindakan yang dilakukan BPOM dinilai sebagai pembohongan publik sehingga cukup beralasan digugat sebagai perbuatan melawan hukum.

Polio Kembali Ditemukan

Kemenkes pada 9 Oktober lalu menerima laporan terkait satu kasus lumpuh layuh akut atau AFP pada anak usia 7 tahun di Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Setelah dilakukan pengambilan sampel tinja dan pemeriksaan di laboratorium, didapatkan hasil polio VDPV tipe 2.

Tak berselang lama, Dinas Kesehatan Kabupaten Pidie melaporkan tiga kasus baru Polio sehingga disebutkan total menjadi empat kasus. Namun demikian, Kemenkes menegaskan tiga dari empat anak yang terdeteksi positif virus polio tidak bisa dikategorikan sebagai kasus polio.

Direktorat Pengelolaan Imunisasi Kemenkes Endang Budi Hastuti beralasan ketiga anak lainnya tersebut tidak dapat dikategorikan sebagai kasus polio lantaran tidak adanya gejala lumpuh layuh. Dengan demikian, kasus polio tipe 2 di Indonesia masih satu kasus.

Atas temuan itu, Kemenkes mengeluarkan program baru dalam pemberian inactivated polio vaccine (IPV) pada bayi mulai 2023. Mulanya, pemberian suntikan IPV diberikan pada bayi berusia 4 bulan, namun mulai tahun depan bayi wajib disuntik IPV pada usia empat dan sembilan bulan.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan upaya itu dilakukan sebagai upaya eradikasi sepenuhnya penyakit polio di seluruh Indonesia.

Nadia juga memastikan pemberian IPV maupun imunisasi polio tetes (bOPV) yang diberikan empat kali pada saat usia bayi satu, dua, tiga, dan empat bulan diberikan secara cuma-cuma.

(khr/gil)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER