Cerita Inovatif Guru Bikin Aplikasi untuk Permudah Siswa Belajar

ASUS x CTARSA | CNN Indonesia
Jumat, 06 Jan 2023 15:24 WIB
laptop ASUS tersebut sudah cukup lama bermain di pasar laptop ini dan kita punya lini produk yang ditujukan ke segmen berbeda-beda termasuk pendidikan.
Ari Prasetyo, guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK) SMA Unggulan CT ARSA Foundation, Sukoharjo, Jawa Tengah membuat terobosan baru dalam pendidikan.. (Foto: Arsip Asus)
Jakarta, CNN Indonesia --

Pandemi Covid-19 pada 2020 membuat sejumlah pihak, termasuk guru melakukan inovasi dengan berfikir kreatif untuk tetap melakukan proses belajar mengajar.

Mengingat proses belajar mengajar selama pandemi harus dilakukan jarak jauh dengan memanfaatkan platform digital. Hal ini membuat sejumlah murid, terutama keluarga kurang mampu kesulitan karena beberapa faktor, seperti kuota, gadget dan yang lainnya.

Inilah yang membuat guru harus berfikir kreatif. Ari Prasetyo, guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan (PJOK) SMA Unggulan CT ARSA Foundation, Sukoharjo, Jawa Tengah membuat terobosan baru dalam pendidikan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ari berinovasi membuat aplikasi bernama Arsa Sport guna mempermudah kegiatan belajar-mengajar para siswa. Kata dia, murid dengan mudah mengakses materi pelajaran PJOK kelas 10-12 hanya melalui ponsel.

"Saya pribadi waktu pandemi membuat sebuah aplikasi di android sebagai sumber belajar. Jadi anak-anak dapat mengaksesnya dari mana pun, kapan pun. Dan (materinya) ini bisa di-download untuk menghemat kuota," terang Ari dalam keterangannya dikutip Jumat (6/1).

Ari menjelaskan, cara penggunaan aplikasi itu adalah siswa hanya perlu mengunduh file yang ada di website sekolah. Sebab, aplikasi Arsa Sport tidak memerlukan user nama dan password, melainkan tinggal memilih kelas dan materi yang ingin dipelajari.

Aplikasi ini digunakan murid sejak awal pandemi dan sampai saat ini. Bahkan, pihak sekolah berencana mengembangkan aplikasi ini.

Adapun Ari merupakan satu dari puluhan guru di SMA Unggulan CT ARSA Foundation, Sukoharjo, Jawa Tengah yang menerima bantuan fasilitas berupa laptop dari PT ASUS Indonesia (ASUS).

Dia mengaku bersyukur, karena di era digital seperti saat ini, laptop sudah menjadi suatu kebutuhan yang mesti dimiliki oleh pengajar. Ari mengatakan akan memanfaatkan bantuan laptop untuk mencari sumber pembelajaran bagi murid, sekaligus menjalin koneksi dengan guru di daerah lain demi menambah keilmuan yang dimiliki.

ASUS x CTARSAFoto: Arsip Asus

Sementara Ridduwan Agung Asmaka, guru SDN Reda Meter, Desa Kadu Eta, Kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) memilih menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi para murid.

Agung merupakan relawan guru Pijar (Pergi Mengajar) yang ditunjuk menjadi perpanjangan tangan CT ARSA Foundation untuk menerangi sektor pendidikan di daerah ini.

Sebelum berangkat menjalankan program Pijar CTARSA Foundation, ia sudah menyiapkan terlebih dahulu metode tersendiri dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada anak-anak.

"Karena saya bisanya dengan dongeng, pantomim dan matematika maka saya gunakan hal tersebut untuk anak-anak," jelasnya.

Saat menjelaskan pelajaran tertentu, ia menggunakan seni pantomim, sebuah pertunjukan dengan isyarat dalam bentuk mimik wajah atau gerak tubuh sebagai dialog. Menurutnya, lewat aksinya itu anak-anak jadi merasa terhibur dan tidak bosan ketika belajar.

"(Respons mereka) senang sekali, karena sesuatu hal yg baru. Apalagi gesture pantomimnya dipakai ketika menjelaskan ketika pelajaran," ucap pria asal Bojonegoro ini.

Inisiator Sanggar GatDa (Semangat Muda) ini menjelaskan cara ini juga sekaligus membantunya untuk menyiasati bahasa daerah yang masih kental pada sebagian anak didik. Jadi, metode belajar ini jadi lebih menyenangkan sekaligus membantunya yang masih belum bisa bahasa daerah.

"Tantangannya mengajar di sini sih dari bahasa untuk kelas 1-3 SD. Jadi anak-anak itu kelas 1-3 masih kental dengan bahasa daerah. Tapi alhamdulillahnya di SD ini sudah terbiasa kedatangan tamu dari luar kota. Artinya kan bisa terbiasa dengan bahasa Indonesia, walaupun kadang tidak sinkron pas ngajar itu," kata Agung.

Sebagai informasi, SDN Reda Meter yang merupakan tempat ia mengabdi ini menjadi salah satu sekolah yang mendapatkan donasi laptop dari ASUS Indonesia. Agung mengaku senang kini bisa memanfaatkan laptop untuk mengajarkan anak-anak.

"Laptop ini sangat membantu untuk memperkenalkan dunia digital kepada anak-anak, bahwa kita bisa menggunakan laptop, bisa juga kita bisa melihat video untuk pembelajaran," katanya.

ASUS x CTARSAFoto: Arsip Asus

Lika-liku pendidikan bagi siswa di pelosok Indonesia

Yurni (11), salah satu siswa sekolah dasar di Dusun Reda Meter, Desa Kadu Eta, Kecamatan Kodi Utara, Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT) mesti berjuang demi menimba ilmu. Ia harus rela menembus hutan demi sebuah cita-citanya yang ingin menjadi polisi wanita.

Setiap hari, ia bersama tiga temannya harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer dari rumahnya di Dusun Pemutuingi, Desa Magho Linyo untuk pergi sekolah. Tanpa alas kaki, ia sudah terbiasa melewati jalan terjal dan tak beraspal di tengah hutan demi sampai ke sekolah.

"Kalo bangun pagi, mandi lalu berangkat, masih gelap lewati hutan, Pas masih berangkat belum ada matahari," ucap siswi kelas VI baru-baru ini.

Meski dalam kondisi seperti itu, siswa-siswi SDN Reda Meter semangat dalam menimba ilmu. Terlebih dengan adanya bantuan 5 unit laptop dari ASUS Indonesia untuk SDN Reda Meter, ia mengaku senang bisa mulai mengenal perangkat teknologi.

"Udah bisa laptop, tadi udah bisa ketik nama, aku senang sih, bisa untuk belajar," kata Yurni.

Sementara itu, Kepala Sekolah SDN Reda Meter Paulina Pati Bebe mengaku bersyukur dengan adanya bantuan laptop tersebut. Sebelumnya, siswa SDN Reda Meter mesti meminjam laptop dari sekolah lain untuk kebutuhan pembelajaran yang mengharuskan menggunakan perangkat laptop.

"Saya sangat berterima kasih, terlebih kepada ASUS Indonesia yang sangat memperhatikan kami," ucapnya.

Perwakilan ASUS Indonesia, Firman menjelaskan pihaknya ingin membantu sekolah supaya lebih mengenal teknologi. Bukan hanya di kota besar, pihaknya juga ingin menjangkau sekolah di seluruh pelosok Indonesia.

"ASUS ini sudah cukup lama bermain di pasar laptop ini dan kita punya lini produk yang ditujukan ke segmen berbeda-beda termasuk pendidikan, nah kita tak mau hanya ingin menjual produk di segmen edukasi saja, tapi kita ingin gimana cara untuk membantu pendidikan Indonesia, jadi kita punya produk yang sudah kita siapkan, nah di sisi lain kita ingin membantu segmen yang kita target untuk lebih berkembang khususnya edukasi ini di Indonesia," papar Firman.

Selain itu, Asus juga memberikan bantuan laptop Rayhan Fikri Ardiansyah (17), siswa di SMA Unggulan CT ARSA Foundation, Sukoharjo, Jawa Tengah, sekaligus pemenang Duta GenRe (Generasi Berencana) Sukoharjo 2022.

Rayhan, belakangan mulai aktif menggunakan media sosial (medsos). Konten yang ia bagikan seputar cara pencegahan stunting, serta bahaya melakukan seks bebas.

Diakuinya, kalangan muda belum banyak memahami akan bahayanya stunting dan seks bebas. Karena itu perlu terus diingatkan dan diedukasi dengan pendekatan yang sesuai. Dan menurutnya yang paling ampuh yaitu melalui konten di medsos, terutama Instagram dan TikTok.

Dia pun memastikan akan berupaya maksimal agar bisa lolos seleksi pemilihan Duta GenRe tingkat provinsi. Apalagi kini dia mendapatkan fasilitas laptop dari PT ASUS Indonesia (ASUS).

(inh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER