Saat dikonfirmasi untuk menanggapi hasil investigasi koalisi MDS itu, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto membeberkan alasan umum penyebab banjir, termasuk di Jawa Tengah.
Suharyanto menyatakan secara umum banjir terjadi jika drainase dan saluran air yang ada, baik alami maupun buatan tidak mampu menampung debit air.
"Ketidakmampuan saluran air dan drainse ini bisa disebabkan oleh intensitas hujan yang sangat tinggi, dan/atau dipicu oleh penurunan fungsi drainase permukaan dan bawah permukaan karena faktor-faktor yg berkaitan dengan aktifitas manusia," kata Suharyanto kepada CNNIndonesia.com, Kamis (26/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun faktor yang berkaitan dengan manusia, Suharyanto menyebut salah satunya adalah alih fungsi lahan di hulu yang mengurangi kemampuan daya serap kawasan terhadap debit hujan yang turun.
"Yang memicu peningkatan surface run off yang berujung pada pendangkalan sungai akibat sedimen yang masuk," ucapnya.
Alasan lainnnya, kata Suharyanto, ada tekanan urbanisasi membuat fungsi drainase juga tidak optimal seperti sampah, sedimentasi, kelaikan dan pemeliharaan infrastruktur keairan yang tidak seimbang dengan jumlah penduduk.
Hal tersebut berimbas pada penurunan muka tanah akibat pengambilan air tanah yang berlebihan.
"Ini menjadi faktor yang berpengaruh pada frekuensi kejadian maupun intensitas, hingga durasi banjir yang terjadi," tutur jenderal bintang tiga TNI itu itu.
Dia pun menyimpulkan banjir tidak lepas dari aspek manusia dalam mengelola alam. Menurutnya, infrastruktur fisik seperti tanggul, upaya percepatan surutnya banjir dengan pompa dan sebagainya, harus diimbangi dengan solusi permanen di kawasan hulu.
"Yakni pemulihan kondisi lingkungan DAS dengan kriteria minimum 30 persen dari total kawasan DAS adalah kawasan hijau harus kita mulai dari sekarang," kata dia.