Eks Direktur WHO soal Kasus Gagal Ginjal Baru RI: Tragis & Menyedihkan

CNN Indonesia
Selasa, 07 Feb 2023 21:45 WIB
Eks direktur WHO mengungkapkan kasus baru gagal ginjal akut pada anak pada awal Februari 2023 di RI merupakan hal yang tragis.
Ilustrasi pasien anak gagal ginjal akut. (iStockphoto).
Jakarta, CNN Indonesia --

Mantan Direktur Penyakit Menular Badan Kesehatan Indonesia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan kemunculan lagi kasus gagal ginjal akut pada anak atau Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) pada awal Februari 2023 ini merupakan hal yang tragis dan menyedihkan.

Menurutnya, Indonesia seharusnya memetik pelajaran dari peristiwa serupa yang pernah terjadi pada 2022 lalu ini.

"Tentu amatlah tragis dan menyedihkan bahwa anak Indonesia harus meninggal karena meminum obat yang resmi beredar, apalagi ini peristiwa berulang di mana seharusnya kita belajar dari pengalaman pahit yang lalu dan melakukan upaya habis-habisan agar jangan terulang kembali," kata Tjandra dalam keterangannya, Selasa (7/2).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia mengatakan, waktu hampir seminggu sejak kasus terkonfirmasi meninggal dunia akibat GGAPA seharusnya sudah dapat memberi analisa yang lebih jelas tentang hal yang sebenarnya terjadi.

Menurut Tjandra, kemampuan laboratorium dan penyelidikan epidemiologis Indonesia seharusnya sudah jauh lebih siap saat ini, karena belajar dari pengalaman ratusan anak meninggal pada 2022 lalu.

"Jadi analisa harusnya bisa lebih cepat dan akurat," tuturnya.

Tjandra mempertanyakan, keamanan ratusan obat-obat sirop yang resmi beredar saat ini, bila penyebab GGAPA itu berhubungan dengan obat sirop yang beredar di tengah masyarakat.

Ia juga mempertanyakan cara melindungi anak-anak dari GGAPA bila obat yang dinyatakan tidak berbahaya dan aman ternyata bisa menyebabkan anak meninggal dunia.

Menurutnya, orangtua tidak bisa disalahkan dalam hal ini, karena orangtua memberikan obat yang resmi beredar di tengah masyarakat kepada anaknya.

Ia mengakui bahwa jumlah anak yang meninggal dunia akibat GGAPA saat ini turun drastis dibandingkan 2022 silam. Namun, Tjandra mengingatkan, nyawa satu anak tidak bisa digantikan oleh apapun.

"Memang tahun yang lalu ada ratusan anak yang meninggal, dan sekarang satu anak, tetapi satu nyawa tentu tidak dapat tergantikan oleh apapun juga," tuturnya.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) sebelumnya mengatakan pasien GGAPA yang meninggal dunia di DKI Jakarta sempat mengkonsumsi obat sirop merek Praxion.

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menyebut pasien meninggal tersebut sempat mengalami gejala batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil alias anuria.

"Satu kasus konfirmasi GGAPA merupakan anak berusia satu tahun, mengalami demam pada tanggal 25 Januari 2023, dan diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek dengan merek Praxion," kata Syahril dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (6/2).

(mts/dal)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER