Ibu Pasien Gagal Ginjal Akut: Belasungkawa Saja Kemenkes-BPOM Tak Bisa

CNN Indonesia
Kamis, 09 Feb 2023 17:37 WIB
Ilustrasi. Keluarga pasien gagal ginjal akut berharap Kemenkes dan BPOM menunjukkan kepeduliannya kepada korban. (Foto: iStockphoto)
Jakarta, CNN Indonesia --

Ibu pasien gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) Desi Permatasari meminta Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menunjukkan kepeduliannya.

Ibunda Sheena (5) itu berharap pemerintah datang langsung ke Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan meminta maaf kepada korban.

"Kami harapkan (Kemenkes dan BPOM)minta maaf, datang itu tidak perlu waktu lama, kami jelas ada di RSCM. Jadi kami berharap itu awal bentuk pertanggungjawaban mereka itu untuk datang ke rumah sakit melihat korban," ujar Desi dalam diskusi publik di Sadjoe Resto & Cafe, Jakarta Selatan, Kamis (9/2).

Desi mengaku sempat datang ke DPR RI. Harapannya, Kemenkes dan BPOM datang ke rumah sakit. Tapi, hingga saat ini harapan itu belum juga terpenuhi.

Dia menekankan keluarga pasien ingin melihat kepedulian pemerintah dengan hadir langsung memperhatikan kondisi pasien di rumah sakit.

"Tidak usah memikirkan dulu biaya ganti rugi atau segala macamnya itu mungkin perlu waktu yang lama. Tapi untuk datang tunjukkan kepedulian aja, Pak," kata Desi.

Dia turut menyoroti kehadiran Kepala BPOM Penny K. Lukito di salah satu media Podcast sedangkan tak pernah menemui para pasien.

"Tapi untuk datang menemui korban untuk mengucapkan belasungkawa, turut berduka, itu ibu enggak bisa. Di mana hati nurani Ibu dan Bapak? Kami enggak minta macam-macam, kami minta peduli sama kami. Itu aja. Datang, bukan ke media," imbuh dia.

Belakangan, kasus konfirmasi dan suspek Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA) ditemukan di DKI Jakarta.Dari dua kasus itu, seorang anak balita meninggal dunia usai dirawat beberapa hari.

Juru Bicara Kemenkes Mohammad Syahril menyebut pasien balita yang meninggal mengalami demam pada 25 Januari lalu. Anak itu kemudian diberikan obat sirop penurun demam yang dibeli di apotek dengan merek Praxion.

"Pada tanggal 1 Februari, pasien kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi fomepizole, namun 3 jam setelah di RSCM pada pukul 23.00 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia," jelas Syahril.

Sedangkan, satu pasien suspek berusia 7 tahun mulai mengalami demam pada 26 Januari. Anak tersebut kemudian mengonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri.

(pop/pmg)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK