Mahasiswa Sumbar Demo Rumah Singgah Bung Karno di Padang Dirubuhkan

CNN Indonesia
Senin, 20 Feb 2023 20:51 WIB
Massa dari GMNI Sumbar menggelar unjuk rasa memprotes pembongkaran rumah singgah Bung Karno di Kota Padang, Senin (20/2).
Lahan kosong bekas bongkaran Rumah singgah Bung Karno di Jalan Ahmad Yani, Nomor 12, Kelurahan Padang Pasir, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang, Senin (20/2/2023). (CNNIndonesia/Sonya)

Sejarawan Universitas Andalas (Unand) Gusti Asnan mengatakan pembongkaran rumah singgah Bung Karno itu menunjukkan bentuk kelalaian pemerintah kota Padang dalam merawat peninggalan situs cagar budaya.

"Hal itu sangat disayangkan, bangunan yang jadi bukti sejarah yang pernah disinggahi Presiden Indonesia itu dihancurkan," katanya kepada CNNIndonesia.com melalui telepon seluler pada Senin (20/2).

Meskipun akan dibangun kembali replika rumah singgah Bung Karno itu oleh Pemkot Padang setelah ramai diberitakan, Gusti Asnan menyebut nilai sejarahnya tidak akan pernah sama lagi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sehingga ia berharap ke depannya Pemko Padang dan pihak terkait dapat menata dan lebih memerhatikan situs kebudayaan secara serius, sehingga tidak terjadi lagi kejadian serupa.

"Seharusnya Pemko maupun pihak yang berkompeten mampu memperhatikan cagar budaya dan benda-benda cagar budaya tersebut dikunjungi dan dibuatkan laporannya kondisi terbarunya, setidaknya dalam tiga bulan sekali," kata Gusti.

Penampakan lahan bekas rumah singgah Bung Karno

Berdasarkan pantauan, rumah singgah Bung Karno di Kota Padang itu telah menjadi lahan kosong dan puing-puing yang masih berserakan di sejumlah titik.

Seng setinggi dua meter menjadi pagar bekas bangunan dengan area berbentuk persegi panjang tersebut. Salah seorang warga mengatakan pembongkaran rumah tersebut dilakukan beberap ahari lalu.

Tulisan cagar budaya yang semula terpajang pun disebutkan menghilang sudah lama sebelum dibongkar beberapa hari lalu.

"Rumah itu dihancurkan dengan alat berat beberapa hari lalu. Dahulu saya pernah melihat palang penanda tulisan cagar budaya, tetapi sudah lama tidak terlihat lagi. " tutur salah seorang warga di sekitar bekas rumah singgah Bung Karno, Rul (65) pada Jumat (17/2).

"Kabarnya, inforrmasi yang saya dengar nanti akan dibuat bangunan bertingkat," tambahnya.

Sejarah singkat rumah singgah Bung Karno

Lokasinya berada di Jalan Ahmad Yani, Nomor 12, Kelurahan Padang Pasir, Kecamatan Padang Barat, Kota Padang. Luas situs bangunan tersebut 290 meter persegi dan luas lahan 800 meter persegi. 

Bangunan yang hampir berhadap-hadapan dengan rumah dinas Wali Kota Padang, hanya berjarak satu rumah saja untuk membuat mereka persis berhadap-hadapan. Bahkan salah satu mantan Wali Kota Padang, Fauzi Bahar pernah mendiami rumah tersebut dahulunya.

Sebelumnya, pada 1998 silam, rumah itu masuk dalam bangunan cagar budaya dengan nomor 33/BCB-TB/A/01/2007.

Berdasarkan laman kebudayaan/kemendikbud.go.id, hampir keseluruhan bangunan terbuat dari cor semen. Hanya beberapa bagian ruangan rumah terbuat dari kayu, seperti tiang Serambi, kerangka atap, jendela, dan pintu. Diketahui pemiliknya ketika rumah tersebut didaftarkan menjadi situs bangunan budaya yaitu Ema Idham.

Rumah hunian dengan gaya lokal itu dulunya diketahui dimiliki salah seorang dokter hewan asal Manado, Carel Zet Waworontu.

Sukarno tinggal di rumah itu selama tiga bulan pada 1942 silam, sebelum tentara Jepang menduduki Kota Padang.

Dia tinggal di sana ketika menjadi tahanan Belanda di Bengkulu lalu dipindahkan saat Jepang datang.

Mulanya Sukarno direncanakan untuk diungsikan Belanda ke Kota Cane atau Aceh melalui jalur laut.

Belanda menyebrangi lautan di pesisir Painan untuk sampai ke Aceh dan mendengar kabar bahwa tentara Jepang sudah berada di Bukittinggi. Mendengar kabar itu, Belanda mengubah rencana sehingga meninggalkan Sukarno di Painan.

Momen itu kemudian dimanfaatkan tokoh Muhammadiyah untuk menjemput Bung Karno ke Padang.

Merujuk dari buku biografi berjudul Penyambung Lidah Rakyat Indonesia karya Cindy Adams, Bung Karno bersama istri dan dua orang anaknya tinggal di rumah Waworuntu setelah sempat menginap di beberapa rumah lain.

Tentara Jepang kemudian mengetahui keberadaan Bung Karno di Padang itu lalu diundang Panglima Tertinggi AD ke-25 Jepang, Kolonel Fujiyama ke Bukittinggi untuk membicarakan berbagai hal, termasuk kemerdekaan Indonesia.

Selama Bung Karno di Padang, kota itu menjadi pusat aktivitas sosial politik dan basis perjuangan nasionalis di Sumbar.

(nya/kid)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER