Sebuah tenda biru berukuran 3x4 meter nampak kusam. Berdiri dengan latar stadion megah kebanggaan ibu kota, Jakarta International Stadium (JIS) di Jakarta Utara.
Tenda itu didirikan sejak 20 November 2022. Tenda tanpa bagian pintu, terbuat dari terpal yang disanggah alakadarnya menggunakan bambu.
Di dalamnya berjejal sebanyak empat kepala keluarga (KK), dengan total hingga 20 orang. Mereka berasal dari Kampung Bayam, sebuah perkampungan yang mesti digusur karena proyek JIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mereka ialah warga yang tak lagi memiliki uang untuk mengontrak rumah usai tergusur. Sementara bangunan Kampung Susun Bayam (KSB) yang disiapkan untuk mereka pun belum kunjung bisa ditempati. Padahal, KSB telah diresmikan sejak Oktober 2022.
Alhasil, mereka terpaksa terkatung-katung, berlindung di bawah tenda di samping megahnya JIS. Mereka yang tinggal di sana merupakan empat dari 75 KK yang terdampak atas pembangunan JIS.
Mendekati tenda itu, terdengar sayup-sayup seorang ibu yang menyuruh anaknya bergegas bersiap menuju sekolah.
"Ayo cepetan, nanti telat," ujar sang Ibu.
Sang anak pun dengan sigap terus mengancingi baju pramukanya sambil sang ibu memakaikannya celana coklat. Di samping mereka, terbaring lelaki paruh baya terlelap di atas karpet tipisnya dan sedikit disinari teriknya sinar matahari di Utara Jakarta.
Ia terlelap di samping peralatan makan, ember-ember air, hingga baju cucian yang semuanya terletak berdempetan. Selain mereka, adapula yang tengah asyik bercengkrama dengan kerabatnya. Mereka tertawa lepas di tengah kondisi yang jauh dari kata layak.
Salah seorang warga Kampung Bayam yang tinggal di sana, Agus (42) hanya bisa mengelus dada ketika keempat anaknya mengeluhkan kondisi tempat mereka tinggal.
Saban hari, selama empat bulan terakhir ia terus mendengar keluhan anaknya yang sukar untuk belajar di tenda yang sempit dan alakadarnya.
Ia hanya bisa menenangkan anaknya, di saat buah hatinya itu menghujaninya pertanyaan kapan mereka bisa menempati KSB.
"Ya keluh kesahnya gitu ya masalah tidur, enggak bisa belajar, kapan bisa punya tempat tinggal yang layak, kapan masuk, kapan masuk," kata Agus kepada CNNIndonesia.com, Rabu (22/2).
Agus terpaksa menempati tenda itu bersama istri dan keempat anaknya lantaran rumahnya tergusur dan berubah menjadi stadion megah, Jakarta International Stadium.
Setelah tergusur dari Kampung Bayam, Agus sebelumnya sempat mengontrak di Kampung Bahari, Jakarta Utara sembari menunggu kabar baik untuk mengisi Kampung Susun Bayam (KSB) yang dijanjikan rampung.
Namun, harapan itu tak kunjung datang, setelah peresmiannya pada Oktober 2022 lalu, warga gusuran Kampung Bayam masih belum kunjung diperbolehkan menempatinya.
Ia pun mengaku sempat berfoto di muka pintu KSB saat peresmiannya, dengan harapan bangunan itu dapat menjadi tempat tinggalnya. Nahas, mimpi dalam foto itu sekadar menjadi angan. Tanpa ada kepastian
Agus lantas berharap ia dan keluarganya bisa segera menempati KSB.
"Ya cepet selesai lah, bisa masuk Rusun, kita tempatin," ujarnya.