Sudah Lama Rusak, Alat Pendeteksi Tsunami di Lampung Tak Juga Diganti
Alat pendeteksi tsunami di laut Pesisir Barat, Lampung ternyata sudah lama rusak dan tidak juga diperbaiki atau diganti dengan yang baru. Hal itu diungkap oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pesisir Barat, Lampung.
Sekretaris BPBD Pesisir Barat, Hermansyah, menyatakan, alat pendeteksi Tsunami Early Warning System (TEWS) di pesisir barat, Lampung, sudah tidak berfungsi karena rusak akibat dimakan usia dan cuaca.
"Dulu pernah ada alat pendeteksi tsunami yang terpasang di laut Pesisir Barat, tapi sudah lama sekali rusak dan tidak bisa diperbaiki lagi," kata Hermansyah, seperti dilansir Antara, Sabtu (4/3).
Dia menerangkan, kerusakan alat pendeteksi tsunami itu rusak dan tidak bisa diperbaiki, sehingga tidak dapat berfungsi lagi.
"Karena sangat penting alat pendeteksi tsunami ini, apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan masyarakat segera menuju titik jalur evakuasi atas pemberitahuan alat itu," ujarnya.
Untuk jalur evakuasi sendiri, pihak BPBD Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, telah menyiapkan sejumlah titik di seluruh wilayahnya. "Jadi kalau untuk jalur evakuasi di setiap kecamatan di Pesisir Barat kita sudah ada titik kumpul jalur evakuasi," ucapnya.
Hermansyah berharap agar secepatnya alat pendeteksi tsunami dipasang kembali di Kabupaten Pesisir Barat, Lampung. Hal itu tak lain demi keamanan masyarakat setempat.
"Kami juga berharap kepada pemerintah pusat, untuk pemasangan alat pendeteksi tsunami karena memang wilayah Pesisir Barat ini wilayah pesisir pantai," harap dia.
Salah seorang warga Pekon (Desa) Pagar Baru, Kabupaten Pesisir Barat, Lampung, Mulyono, mengaku baru tahu bahwa di laut Pesisir Barat, Lampung, alat pendeteksi tsunaminya rusak dan tidak berfungsi.
"Bahkan saya baru tahu kalau di sini tidak ada alat pendeteksi tsunami, seharusnya dipasang karena laut kita ini kan langsung dengan Samudra Hindia, dan juga wilayah laut kita ini sering terjadi gempa bumi, jadi sangat butuh wilayah kita ini dengan alat itu" ujar Mulyono.
(wiw)