Jakarta, CNN Indonesia --
Berada di celah-celah gedung pencakar langit Ibu Kota, makam Guru Mughni Kuningan masih ramai mengalun doa dari ratusan peziarah.
Makam tersebut terletak di Jalan Mega Kuningan Barat Nomor 1, RT 1/RW 2, Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan, tepat di depan Kedutaan Besar Pakistan.
Tak hanya makam, di atas tanah seluas 1,225 meter persegi itu juga berdiri Musala Al-Mizan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Area pemakaman itu, dikelilingi tembok berukuran sekitar 1,5 meter dengan warna hijau yang sudah kusam dan memudar.
Rimbun dedaunan dari pohon-pohon yang tumbuh menjulang di sisi kiri dan kanan menghalangi terik matahari membakar tanah, membuat suasana area Pemakaman Guru Mughni menjadi teduh.
Tak jauh dari pintu masuk, terdapat sebuah batu yang telah terukir beberapa nama. Salah satu nama yang ada di batu itu yakni Kyai Haji Abdul Azim Abdullah Suhaimi yang merupakan cucu dari Guru Mughni.
Azim mengatakan area pemakaman itu memang diperuntukkan bagi keturunan sang kakek.
"Itu kebanyakan keturunan Guru Mughni. Maka di situ ada batu siapa saja yang berhak dimakamkan di situ ada nama-namanya sudah tertulis yang memiliki peran," kata Azim saat ditemui CNNIndonesia.com, Senin (20/3).
Nama asli Guru Mughni adalah Abdul Mughni bin Sanusi bin Ayyub bin Qays. Guru Mughni dilahirkan di Kuningan, Batavia, pada sekitar 1860. Dia merupakan putra bungsu dari pasangan H Sanusi bin Ayyub dan Hj Da'iyah binti Jeran.
Guru Mughni menimba ajaran Islam di tempat tinggalnya, Kuningan, Jakarta --saat itu bernama Batavia-- dari seorang guru bernama Haji Jabir hingga usia remaja. Merasa ilmu yang dimilikinya belum cukup, Guru Mughni yang kala itu masih berusia 17 tahun memutuskan untuk menimba ilmu agama di Makkah.
"Menuntut ilmu ke Makkah saat usia 17 tahun," ujar Azim.
Setelah sembilan tahun belajar ilmu agama di Kota Suci, Guru Mughni pun kembali ke Tanah Air. Namun, lagi-lagi Guru Mughni merasa perlu memperdalam ilmu agamanya.
Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk melakukan pengembaraan atau rihlahnya yang kedua ke Makkah dan bermukim di sana selama lima tahun hingga 1885.
Di sana, Guru Mughni tak hanya belajar ilmu agama, tetapi dia juga turut mengajar di sudut-sudut Masjidil Haram Makkah.
"Salah satu murid dari Hadaratis Hadaratul Syekh Nawawi Al Bantani Imam Besar Makkah," tuturnya.
Azim menyebut Guru Mughni sempat mempersunting sebanyak delapan perempuan. Namun, ke delapan istrinya tersebut tidaklah dinikahi secara bersamaan.
Adapun maksud dan tujuannya memiliki delapan istri yakni untuk berdakwah. Hal itu, kata dia, terlihat pada latar belakang salah satu istri Guru Mughni yang berasal dari Belanda dan keturunan China.
"Beliau menikah delapan kali karena untuk berdakwah. Akhirnya dapat keturunan yang hafal Al Quran, jadi kyai," katanya.
Guru Mughni merupakan sosok yang sederhana. Meski bergelimang harta, dia tak pernah memamerkan kekayaannya itu.
Guru Mughni justru kerap membantu orang-orang yang kurang mampu secara ekonomi.
"Dia orang sederhana sekali. Kekayaannya banyak. Termasuk ulama yang mempunyai kekayaan materi tinggi. Tapi enggak mewah. Ringan tangan tapi pakaiannya biasa aja enggak berlagak," ucap Azim.
Mengutip buku Pribadi Rasulullah SAW Telaah Kitab Taudhih Al-Dala'il Fi Tarjamat Hadist al-Syama'il yang ditulis oleh Dr Ahmad Lutfi Fathullah MA disebutkan bahwa Guru Mughni merupakan figur kyai kaya dan cerdas.
Dalam mengurus harta kekayaannya, Guru Mughni menggunakan jasa dari seorang advokat bernama Muhammad Napis. Harta kekayaan yang dimiliki itu dengan ikhlas dan rela telah banyak digunakan untuk membantu penyiaran agama Islam dan membantu warga di wilayah Kuningan yang memerlukan modal untuk berdagang atau mengembangkan usaha.
Hidup Guru Mughni lebih mengutamakan kepentingan masyarakat daripada dirinya sendiri. Apalagi dalam perjuangan membela Tanah Air.
Kala itu, Guru Mughni mengizinkan kediamannya yang terletak di Jalan Mas Mansyur 38 Tanah Abang, Jakarta Pusat digunakan sebagai tempat pertemuan tokoh-tokoh perkumpulan Yong Islamiten Bond oleh Kyai Haji Agus Salim. Hal itu menimbulkan rasa hormat dari masyarakat terhadap Guru Mughni.
Guru Mughni juga dikenal sebagai salah satu ulama yang mempunyai kesadaran tinggi untuk meningkatkan kecerdasan kaum Muslimin. Meski ruang lingkup pergerakannya terbatas hanya di wilayah yang kini disebut Jakarta Selatan, khususnya Kuningan. Namun dalam hal ini, banyak mata pelajaran yang diberikan, seperti fikih, tauhid, tafsir, dan lain-lain.
Selain itu, Guru Mughni pun membiayai seluruh proses pengajaran dan pendidikan yang diasuhnya. Ia tak mengharapkan keuntungan dari lembaga pendidikan tersebut.
Guru Mughni kemudian wafat pada 5 Jumadil Awal 1354 H/1935 M. Ia dimakamkan berdampingan dengan ayahnya.
"Ada karomah tapi pesan-pesannya itu jangan disebarkan nanti kelebihan. Kayak di Jawa-Jawa itu kan dikultuskan, umpamanya," pungkas Azim.
Sejarawan Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Humaidi mengatakan Guru Mughni merupakan ulama asal Betawi yang menyebarkan agama Islam di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. Ia juga keturunan dari Pangeran Arya Kuningan.
Salah satu warisannya yang mahsyur adalah Masjid Baitul Mughni yang terletak di tepian Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.
Menurutnya, Guru Mughni merupakan sosok ulama yang begitu luar biasa. Guru Mughni berbeda dengan ulama kebanyakan yang mencari popularitas dan uang.
Guru Mughni yang bekerja sebagai seorang saudagar memiliki kekuatan ekonomi yang cukup besar. Bahkan, dia menolak tawaran Belanda ketika hendak dijadikan sebagai kepala penghulu.
"Orang kan pengen punya jabatan ya, Guru Mughni enggak mau. 'Ngapain jadi antek-antek Belanda' itu Guru Mughni sangat nasionalis. 'Gue udah kaya ngapain lagi kerja sama sama Belanda'," ucap Humaidi menirukan suara Guru Mughni.
Tak hanya itu, Guru Mughni juga nekat mendirikan Masjid Baitul Mughni meski sebelumnya tak diizinkan oleh Belanda.
Humaidi menyebut Guru Mughni memiliki kemampun yang luar biasa dalam hal tertentu, seperti dalam bidang administratif.
"Guru Mughni ini memang berbeda dengan yang lain, dia dari golongan saudagar juga yang kaya, memang kaya. Bahkan untuk mengurus perdagangannya dia sampai menyewa pengacara. Dia tau legitas itu penting," kata Humaidi saat ditemui CNNIndonesia.com, Senin (21/3).
Sebagai seorang ulama, kata dia, Guru Mughni adalah paket yang sangat lengkap. Guru Mughni banyak berkontribusi untuk masyarakat baik berupa uang maupun ilmu pengetahuan.
"Dia seorang alim, banyak mengajarkan agama dan dia orang kaya. Artinya sebagai seorang paket ulama, dia paket yang komplit. Bukan paket yang diberikan uang, justru paket yang banyak memberikan kontribusi dan uang kepada masyarakat," ujarnya.
Humaidi mengatakan makam Guru Mughni yang dikeramatkan berbeda dengan makam-makam keramat lainnya. Sebab, tujuan makam tersebut dikeramatkan yakni sebagai bentuk terima kasih masyarakat kepada Guru Mughni yang telah banyak berjasa.
"Dikeramatkan sebagai bentuk terima kasih dengan membacakan Al Fatihah, tahlil, tawasul di makamnya Guri Mughni dalam rangka mendoakan karena jasanya banyak dan besar untuk orang Jakarta," katanya.
Fenomena ziarah makam merupakan tradisi turun-temurun yang sudah berakar kuat di kalangan umat Islam Nusantara sebagai bentuk penghormatan kepada nenek moyang khususnya para wali atau penyebar agama Islam di tanah nusantara.