Teddy mengaku menyeret Linda dalam kasus narkoba lantaran malu dan sakit hati pernah dibohongi Linda pada 2019 silam.
Kala itu, Linda menginformasikan mengenai adanya peredaran narkoba di Laut China Selatan kepada Teddy.
Teddy kemudian memimpin upaya penangkapan peredaran narkoba di Laut China Selatan bermodalkan informasi dari Linda. Namun, upaya penangkapan itu berujung pada kegagalan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya tarik kembali peristiwa di 2019 itu Yang Mulia. Di situ saya bukan hanya kecewa, saya pribadi malu, rugi secara material," kata Teddy.
"Di kapal itu pasukan saya banyak Yang Mulia. Saya malu kehormatan saya di hadapan anak buah saya. Kok dibohongi mentah-mentah gini jenderal bintang dua," sambungnya.
Oleh sebab itu, Teddy pun berinisiatif menjebak Linda ke dalam kasus narkoba dengan meminta bantuan Dody. Ia ingin memberi pelajaran kepada Linda yang mengaku sebagai informan internasional yang kenal dekat dengan beberapa jenderal. Namun, setelah ditelusuri, Linda hanya mengenal Kanit Polsek dan bintara.
Istri mantan Kapolres Bukittinggi AKBP Dody Prawiranegara, Rakhma Darma Putri menyebut Teddy meminta sang istri, Merthy menemui istri Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membantu kasus narkoba yang membelitnya.
Rakhma mulanya mengaku dihubungi oleh Merthy melalui WhatsApp pada dini hari. Saat itu Rakhma diminta untuk datang ke kediaman Merthy. Dalam pertemuan itu, hadir Rakhma, Merthy, dan juga Teddy.
Menurutnya, Teddy kesal karena namanya disebut oleh Dody dalam kasus jual beli narkoba. Rakhma mengatakan saat itu, Teddy mengungkap mestinya Dody tidak menyebut namanya, sehingga ia dapat membantu sang suami bebas dari jeratan kasus narkoba.
Tak selang lama, Teddy pergi untuk operasi gigi. Rakhma pun berbincang empat mata dengan Merthy. Dalam pembicaraan tersebut, kata Rakhma, Merthy mengaku diminta untuk menemui istri Kapolri.
"Bu Merthy baru waktu saat itu diceritakan Dody ditangkap. Beliau (Teddy) minta Bu Merthy untuk menghadap Bu Sigit, ibu Kapolri. Untuk meminta bantuan terhadap masalah ini," ujar Rakhma.
"Tapi sama Bu Merthy ditolak saat itu dengan alasan saya ini enggak tahu apa-apa, saya harus minta tolong apa? Nanti yang ada di sana saya ditanya macam-macam, sedangkan saya enggak tahu permasalahan ini, permasalahan apa," sambungnya.
Dody mengaku tidak mendapatkan upah apa-apa ketika disuruh membawa sabu oleh Teddy.
"Saya nggak dapat apa-apa Pak, dapat amsyong saja saya pak," kata Doddy di PN Jakarta Barat, Senin (27/2).
Teddy yang kala itu menjabat Kapolda Sumatera Barat diketahui memerintahkan Doddy untuk membawa sabu seberat lima kilogram ke Jakarta untuk dijual.
Sabu tersebut merupakan sebagian dari barang bukti narkoba yang akan dimusnahkan di Polres Bukit Tinggi. Saat menerima perintah tersebut, Doddy mengaku tidak ingin menjalankan hal tersebut.
Namun karena Doddy takut dengan sosok Teddy selaku jendral bintang dua dan atasannya langsung, Doddy akhirnya mengikuti perintah tersebut.
Setelah Doddy berhasil membawa sabu tersebut lewat jalur darat, sabu itu langsung diberikan kepada Linda yang ada di kawasan Kalideres, Jakarta Barat.
Hingga ditangkap pun, Doddy mengaku tidak mendapatkan bayaran sepeser pun dari Teddy Minahasa.
Polres Bukittinggi awalnya hendak memusnahkan 40 kilogram sabu, namun Teddy diduga memerintahkan untuk menukar sabu sebanyak lima kilogram dengan tawas.
Penggelapan barang bukti narkoba tersebut akhirnya terbongkar dengan rangkaian pengungkapan kasus narkotika oleh Polres Metro Jakarta Pusat dan Polda Metro Jaya.
Sebanyak 1,7 kilogram sabu telah diedarkan, sedangkan 3,3 kilogram sisanya berhasil disita oleh petugas. Teddy mengakui telah mengirimkan pesan untuk mengganti barang bukti sabu dengan tawas kepada Doddy.
Teddy mengklaim pesan singkat tersebut hanya gurauan semata. Ia mengaku sebenarnya tak berniat memerintahkan Dody mengubah barang bukti sabu dengan tawas.
"Saya sempat melakukan semacam warning dengan narasi sebagian barang bukti diganti tawas buat untuk bonus anggota," ujarnya.
"Saudara Dody jawab siap tidak berani. Maksud saya dari kalimat itu, justru sebaliknya agar saudara Dody tidak melakukan hal itu," imbuhnya.
Teddy mengklaim mengirim pesan tersebut kepada Dody lantaran merasa janggal dengan perhitungan berat barang bukti.
"Dan pengalaman saya di lapangan, anggota sering melakukan penyimpangan-penyimpangan tu," kata Teddy.