Motif Pembunuhan Dokter Mawar: Sakit Hati Insentif Covid Dipotong
Polisi menyebut motif pembunuhan yang dilakukan pria berinisial KW (22) terhadap dokter spesialis paru, Mawartih Susanty di Nabire, Papua, didasari sakit hati.
Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Papua Kombes Faizal Ramadani mengatakan KW mengaku sakit hati lantaran insentif selama masa pandemi Covid-19 dipotong oleh Mawartih.
"Motif sementara menurut keterangan tersangka KW bahwa yang bersangkutan sakit hati dan kecewa atas perlakuan korban terhadap tersangka KW," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (29/3).
Faizal mengatakan berdasarkan keterangan pelaku, KW mengklaim seharusnya menerima uang insentif sebesar Rp15-17 juta pada 2020.
Kendati demikian, uang insentif yang akhirnya diterima oleh KW dipotong menjadi hanya sebesar Rp7 juta rupiah saja oleh Mawartih.
Kondisi itu, kata Faizal, diperparah dengan pernyataan Mawartih yang menurut pelaku semakin membuat dirinya kesal.
"Ditambah pernyataan korban kepada tersangka KW yaitu 'kamu hanya cleaning service jadi kamu terima saja segitu'," bebernya.
Lihat Juga : |
Meski begitu, Faizal mengatakan pihaknya masih terus melakukan pendalaman terkait pengakuan pelaku. Termasuk soal ada tidaknya pelaku lain dalam pembunuhan ini.
Atas perbuatannya, pelaku kini telah ditetapkan sebagai tersangka dan dijerat dengan Pasal 338 Subsider 351 Ayat 3 KUHP dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara.
Sebelumnya Dokter Spesialis Paru RSUD Nabire Mawartih Susanti yang ditemukan tewas dalam kondisi tak wajar. Mulutnya berbusa, badan penuh lebam, bahkan tulang rusuk patah, di rumah dinasnya pada Kamis (9/3) lalu.
Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyatakan telah berkoordinasi dengan IDI cabang Nabire dan IDI wilayah Papua untuk ikut menginvestigasi kasus kematian itu.
Ketua PB IDI Adib Khumaidi menambahkan saat ini jenazah Mawar sudah diterbangkan dari Nabire ke Makassar untuk selanjutnya dilakukan proses autopsi yang sudah disetujui oleh keluarga Mawar.
"Mengenai informasi penyebab kematian yang beredar di media dan sosial media, kami meminta seluruh pihak untuk menunggu pengumuman hasil autopsi untuk menghindari misinformasi," kata Adib dalam keterangan tertulis yang diterima CNNIndonesia.com, Sabtu (11/3).
(tfq/pmg)