Deret Alasan Menteri Nadiem Hapus Tes Calistung Masuk SD

CNN Indonesia
Kamis, 30 Mar 2023 11:25 WIB
Mendikburistek Nadiem Makarim mengungkapkan alasan menghapus tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) di tingkat SD atau MI.
Nadiem Makarim hapus tes Calistung. CNN Indonesia/Tunggul
Jakarta, CNN Indonesia --

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikburistek) Nadiem Makarim mengungkapkan alasan menghapus tes membaca, menulis, dan menghitung (calistung) dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB) di jenjang Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah Ibtidaiyah (MI).

Nadiem mengatakan miskonsepsi atau kesalahpahaman mengenai calistung pada pendidikan anak usia dini (PAUD) masih saja terjadi. Namun, hal itu bukan berarti calistung topik yang tidak penting untuk diajarkan di PAUD.

Ia menilai pengajaran calistung pada anak selama ini menggunakan metode yang salah. Sebab, membuat anak menganggap sekolah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini menurut saya, suatu hal yang membuat saya sangat kesal. Bahwa tes calistung itu dijadikan kriteria untuk anak masuk SD. Ini suatu hal yang sudah tidak bisa lagi ditolerir," kata Nadiem dalam Peluncuran Merdeka Belajar Episode 24: Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan yang disiarkan di YouTube, Selasa (28/3).

Menurut Nadiem, persepsi mengenai calistung adalah satu-satunya yang penting dalam pembelajaran PAUD memberikan sejumlah konsekuensi pada anak.

Nadiem menilai konsekuensi paling menakutkan yakni anak merasa bahwa belajar itu tidak menyenangkan sejak dini. Ia menyebut jika anak merasakan bahwa belajar bukan proses yang menyenangkan dari masa PAUD, maka akan sangat sulit memutar balik persepsi anak bahwa sekolah itu bisa menyenangkan.

Selain itu, konsekuensi lain dari fokus eksklusif kepada calistung ini adalah kehilangan kemampuan regulasi emosional seorang anak. Nadiem menilai kemampuan regulasi emosi bahkan lebih penting dari calistung karena berhubungan dengan kemampuan komunikasi dan belajar anak di kemudian hari.

Oleh sebab itu, Nadiem memutuskan untuk menghapus calistung pada PPDB jenjang SD.

"Jadi Merdeka Belajar Episode ke 24, akan memandatkan satuan pendidikan untuk pertama, menghilang semua jenis tes calistung dari proses penerimaan murid-murid kita di SD. Ini yang pertama dulu, ini yang harus kita hilangkan. Tidak ada abu-abu di sini. Ini adalah hak-nya anak untuk masuk SD," jelas Nadiem.

Nadiem menegaskan jangan sampai SD merasa tidak memiliki tanggung jawab sama sekali untuk mengajarkan calistung kepada anak didik karena itu dianggap menjadi tugas PAUD. Ia mengklaim masih banyak anak di Indonesia yang tidak berkesempatan masuk PAUD sebelum masuk SD.

Ia pun menganggap tes calistung sebagai bagian dari proses penerimaan peserta didik di tingkat SD telah melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru.

"Jadi kami harapkan episode Merdeka Belajar ini menegaskan peraturan PP ini dan juga Permen yang secara hitam putih melanggar tes calistung sebagai kriteria masuk sekolah dasar," ujarnya.

Tak hanya mengenai calistung, Nadiem juga meminta agar masa orientasi diterapkan pada jenjang PAUD dan SD. Adapun masa orientasi itu dilakukan selama dua pekan.

"Kedua, kita memandatkan bahwa untuk setiap kali anak itu masuk PAUD atau anak itu pertama kali masuk SD, akan ada masa perkenalan atau semacam orientasi selama dua minggu. Jadi anak itu pertama kali masuk PAUD ada masa orientasi dua minggu, ada masa perkenalan. Anak itu masuk SD, ada juga dua minggu masa perkenalan tersebut," tutur Nadiem.

Lebih lanjut, Nadiem meminta baik PAUD maupun SD mengimplementasikan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak.

Nadiem lantas menjabarkan enam kemampuan fondasi anak yang dimaksud. Pertama, nilai agama dan budi pekerti. Kedua, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi.

Lalu, kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar. Selain itu, kemampuan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar seperti kepemilikan dasar literasi dan numerasi.

Kemudian, pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri. Terakhir, pemaknaan terhadap belajar yang positif.

"Keenam kemampuan harus dibangun secara berkelanjutan. Dari PAUD hingga kelas 2 pada jenjang pendidikan dasar," pungkasnya.

 

(lna/dal)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER