DDII memiliki tiga poros dakwah dalam gerakannya, yakni: masjid, kampus, dan pondok pesantren.
Di bidang pengkaderan dan dakwah, DDII kerap melakukan penataran para imam, katib, pengurus masjid dan musala, remaja masjid hingga dakwah di kampus-kampus dengan menggandeng mahasiswa.
Burhanuddin Muhtadi dalam bukunya 'Dilema PKS' (2012) menjelaskan DDII pada awal-awal berdiri memilih masjid-masjid di kampus sebagai aktivitas gerakan sosial Islam. Mereka mulai menggalang forum kajian Islam yang berpusat di masjid-masjid kampus Universitas Indonesia, Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, dan kampus-kampus di Makassar dan Padang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
DDII juga memprakarsai rekrutmen para pemimpin mahasiswa Muslim dari pelbagai latar belakang universitas untuk dididik dan dilatih sebagai pengajar agama untuk kegiatan di masjid.
Tak hanya itu, Natsir merancang Dakwah Bi Al-Kitabah atau dakwah melalui penyebaran tulisan dan pemikiran yang diorganisasi oleh DDII. Strategi ini dengan menyebar brosur sampai majalah atau buku-buku yang ditulisnya sendiri maupun orang lain.
Targetnya pun beraneka ragam. Semisal majalah 'Media Dakwah' yang dititikberatkan sebagai konsumsi golongan terpelajar dan menengah. Kemudian majalah 'Suara Masjid' yang isinya lebih difokuskan untuk konsumsi awam, berisi uraian-uraian tentang tafsir, hadis, dan lain-lain. Ketiga, 'Serial Kutbah Jumat' yang memuat bahan kutbah untuk para dai dan masyarakat luas.
Usaha yang ditempuh DDII efektif mempengaruhi terutama kalangan akademisi dan aktivis dalam meyakini jalur dakwah sebagai jawaban rasa frustrasi politik Islam terhadap modernisasi pembangunan rezim militer Soeharto.
Dalam laman resminya, DDII juga rutin mengirim dan memberikan rekomendasi kepada ribuan mahasiswa yang menimba ilmu di Timur Tengah, Amerika, Eropa, dan Malaysia.
Para kader DDII yang menimba ilmu di luar negeri itu yang aktif berkiprah di tengah masyarakat, baik sebagai dosen, politisi, guru, maupun pimpinan Lembaga Pendidikan Islam.
M Imdadun Rahmat dalam bukunya berjudul "Ideologi Politik PKS: Dari Masjid Kampus Ke Gedung Parlemen" (2009) menjelaskan DDII menjadi lembaga Islam pertama yang berupaya serius dan terorganisasi pengiriman mahasiswa ke kawasan Timur Tengah untuk menimba ilmu.
Imdadun mengatakan DDII menjadi agen utama untuk distribusi beasiswa dari Rabithah Alam Islami yang didukung dana oleh Arab Saudi untuk belajar di Timur Tengah. Guna memudahkan hubungan dengan Arab Saudi. Hingga tahun 2004, DDII telah mengirim sebanyak 500 mahasiswa ke Timur Tengah dan Pakistan.
Dalam laman resminya tercatat sekitar 800 masjid yang telah didirikan DDII yang tersebar di seluruh pelosok Indonesia. Keluarga besar DDII juga mengelola ribuan pondok pesantren, sekolah, dan perguruan tinggi. DDII juga telah mendirikan 25 Kampus Akademi Dakwah Indonesia (ADI) di beberapa daerah.
Saat ini, DDII masih menjadi anggota Rabithah Alam Islami di Makkah, International Islamic Charitable Organization (IICO) di Kuwait, dan Muzadhomah ad-Da'wah wal-Ighatsah al-Alamiyah di Cairo. Juga, Dewan Da'wah menjadi partnership dari Zakat House Kuwait dan al-Syaikh Abdullah an-Nury Foundation Kuwait.
Jumlah kepengurusan DDII telah tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Kini organisasi ini dipimpin oleh Adian Husaini sebagai ketua umum.
(isn/rzr/isn)