Gaji para karyawan Masjid Raya Sheikh Zayed Solo, Jawa Tengah, disebut tersendat sejak awal dibuka umum pada Februari lalu.
Sejumlah pekerja di masjid yang merupakan hadiah dari pemerintah Uni Emirat Arab itu disebut tidak menerima gaji utuh seperti yang dijanjikan dalam kesepakatan kerja.
Informasi tersebut disampaikan dua sumber yang bekerja di masjid tersebut kepada CNNIndonesia.com. Mereka yang namanya disamarkan demi keselamatan itu mengatakan gaji karyawan di Masjid Raya Sheikh Zayed Solo bervariasi dengan nilai terendah sesuai UMK Rp 2,174 juta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi pada praktiknya, sejak awal penggajian itu yang kita terima kurang dari itu," kata salah satu sumber, Selasa (2/5).
Sumber itu mengatakan masalah penggajian tersebut dialami hampir semua karyawan. Ia mengatakan besaran gaji yang diterima masing-masing karyawan tidak sama. Namun, sumber tersebut tidak mengetahui apa yang mendasari perbedaan tersebut.
"Hampir 99 persen karyawan kurang [gajinya]. Ada yang menerima Rp1,8 [juta] ada yang menerima 1,7 [juta], ada yang 1,6 [juta], ada yang 1,5 [juta]," katanya, Selasa (2/5).
Kekurangan gaji tersebut pada akhirnya memang dipenuhi pengelola masjid. Namun pelunasan gaji tersebut juga tidak diberikan serentak.
Dia mengatakan sebagian karyawan menerima pelunasan dalam waktu lima hari. Ada juga yang belum mendapatkan pembayaran utuh hingga setengah bulan.
Perwakilan karyawan sudah mengomunikasikan sejak awal soal masalah tersendatnya gaji tersebut kepada manajemen masjid. Pada bulan Februari dan Maret lalu pihak manajemen mengatakan gaji tersendat karena ada masalah di sistem.
Karyawan kala itu mulanya menerima alasan tersebut.
"Tapi kali ini kok masih telat lagi. Toh sistem itu kan yang menjalankan manusia," katanya.
Sumber lain mengatakan sampai saat ini karyawan Majid Sheikh Zayed juga belum mendapatkan keanggotaan BPJS Ketenagakerjaan seperti yang dijanjikan di awal.
Sumber lain mengatakan ada beberapa pekerjaan risiko tinggi yang memerlukan jaminan asuransi.
"Harusnya kita kerja itu BPJS harus sudah ada. Kalau ada kejadian fatal, siapa yang bertanggung jawab? Kita belum di back up BPJS," kata sumber tersebut.
Tak hanya itu, gaji karyawan juga dipotong Rp 60 ribu per bulan untuk membayar sepatu.
"Kita sudah dua kali ini gaji kita dipotong untuk sepatu," katanya.
Sumber itu juga membeberkan perangkat keselamatan yang disediakan pihak pengelola tidak memenuhi standar. Padahal perangkat tersebut digunakan untuk bekerja di ketinggian.
Menurutnya, pihak masjid sebenarnya sudah meminta alat keselamatan bermerek tertentu. Merek tersebut dikenal sebagai penyedia alat keselamatan berkualitas tinggi. Pada kenyataannya, mereka mendapatkan merek lain yang kualitasnya jauh lebih rendah.
"Kita diberi 8 set alat. Setelah kita pakai 2 minggu - sebulan sudah ada tiga set yang reject. Kita enggak berani pakai yang tiga set itu. Menambah risiko," katanya.
Dikonfirmasi terpisah, Kepala Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Solo, Hidayat Maskur mengatakan pihaknya sudah menerima aduan karyawan Masjid Raya Sheikh Zayed tersebut sebelum Idul Fitri lalu. Namun ia menjelaskan karyawan tersebut tidak berada di bawah koordinasi Kemenag.
"Mereka yang merekrut langsung dari UEA, bukan dari Kemenag," katanya saat dihubungi melalui telepon.
Ia mengakui keterlambatan gaji tersebut disebabkan karena masih pengelola masjid memiliki sistem penggajian tersendiri. Apalagi bulan April lalu pengelola Masjid Raya Sheikh Zayed disibukkan dengan menyambut hari raya Idul Fitri.
Hidayat memastikan masalah tersebut akan segera teratasi. Kemenag akan mempertemukan semua pihak untuk duduk bersama, Senin (8/5) depan.
"Itu hanya masalah pembayaran saja. Dalam waktu dekat akan teratasi," katanya.