Politikus PDIP Hendrawan Supratikno menilai tim Anies Baswedan sedang memainkan peran sebagai korban atau playing victim soal kritik mereka terhadap Presiden Joko Widodo.
Pernyataan Hendrawan merespons kritik yang disampaikan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) terkait pertemuan enam ketua umum partai politik koalisi pemerintah di Istana beberapa waktu lalu. Dia menyebut kritik tersebut terlalu dibesar-besarkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya melihat fenomena menarik, yaitu strategi menarik simpati dengan cara playing victim. Menempatkan diri sebagai korban laku penguasa. Akibatnya, hal-hal kecil dibesar-besarkan, didramatisasi," kata Hendrawan kepada CNNIndonesia.com, Senin (8/5).
Menurut dia, JK dan tim Anies menempatkan diri mereka sebagai korban penguasa. Menurut Hendrawan, mereka melebih-lebihkan dan mendramatisasi dengan menyebut Presiden terlalu ikut campur di Pemilu.
Namun begitu, Hendrawan tetap menghargai kritik JK. Dia menganggap JK berniat baik dengan melayangkan kritik tersebut.
"Saran Pak JK niatnya baik, sehingga harus kita hargai. Di tengah euforia politik, seberapa pun kita antusias, pedal rem tetap harus kita jaga," katanya.
Merespons tudingan playing victim, Demokrat sebagai partai pengusung Anies di Pilpres 2024 menyebut pernyataan Hendrawan mengada-ada. Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Putra Mahendra menilai PDIP terlalu khawatir dengan pencalonan Anies.
"Mengada-ada. Inilah kalau terlalu khawatir dengan begitu kuatnya Anies yang di mana-mana disambut heboh," kata Herzaky saat dihubungi, Senin (8/5).
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla (JK) sebelumnya mengingatkan Presiden Jokowi agar tidak terlalu ikut campur dalam kontestasi politik jelang Pilpres 2024 di akhir jabatannya.
JK meminta Jokowi meniru langkah presiden sebelumnya seperti Megawati dan Susilo Bambang Yudhoyono yang dinilai dapat menjauhkan diri dari politik pada saat akhir jabatannya.
"Karena ini di Istana membicarakan tentang urusan pembangunan atau apa itu wajar saja. Tapi kalau bicara pembangunan saja mestinya NasDem diundang. Berarti ada pembicaraan politik," ujarnya dalam konferensi pers, Sabtu (6/5).
Terkait hal ini, Jokowi menepis kritik yang menyebut dirinya telah ikut campur atau cawe-cawe urusan koalisi partai politik pada Pilpres 2024.
Jokowi mengatakan pertemuan dengan sejumlah pemimpin partai politik sebatas diskusi, termasuk saat mengumpulkan pejabat teras partai politik di Istana.
"Bukan cawe-cawe, wong itu diskusi saja kok cawe-cawe, diskusi," kata Jokowi di Sarinah, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (4/5).
(thr/pmg)