Ketua Umum Partai NasDem, Surya Paloh mengakui hubungannya dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini tengah berada di titik terendah.
Dalam wawancaranya dengan CNN Indonesia, Paloh bahkan khawatir hubungannya dengan Jokowi akan berada di posisi minus. Menurut dia, jika sampai di titik minus, hubungannya dengan orang nomor satu di Indonesia itu, sulit diperbaiki.
"Belum. Itu yang saya khawatirkan. Rendah itu bisa naik kembali. Tetapi jangan minus. Sulit dia naik kembali," Kata Paloh di NasDem Tower, Jakarta, Jumat (5/5).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia tak menampik, pasang surut hubungan NasDem dengan Istana mulai merenggang sejak pencalonan Anies Baswedan pada Oktober 2022. Sejak itu, Presiden Jokowi beberapa kali menunjukkan gelagat kerenggangannya dengan Surya Paloh.
NasDem terakhir menjadi satu-satunya partai koalisi yang tidak diundang di Istana oleh Jokowi. Jokowi pun mengakui dirinya tak mengundang Surya Paloh dalam pertemuan itu karena menurutnya, NasDem telah membentuk poros koalisi di luar pemerintah dengan mengusung Anies.
"Ya memang enggak diundang," ungkap Jokowi di Istana, Kamis (4/5).
"NasDem itu, kita bicara apa adanya ya, kan sudah memiliki koalisi sendiri. Ini gabungan partai yang kemarin berkumpul kan juga ingin membangun kerja sama politik yang lain," imbuh dia.
Jokowi memiliki rekam jejak hubungan yang panjang dengan Surya Paloh. Jokowi menjadi orang pertama yang didukung NasDem di Pilpres sejak NasDem mulai dipimpin oleh Surya Paloh pada 2013.
Pada Pilpres 2019, NasDem juga menjadi partai pertama yang kembali mendukung Jokowi untuk periode kedua. Sejak saat itu, keduanya rutin bertemu empat mata. Surya Paloh kerap datang ke Istana untuk bertemu Jokowi.
Kendati kerenggangan hubungan keduanya saat ini tak lagi bisa ditutupi, tiga menteri NasDem masih tergabung dalam kabinet pemerintah. Mereka yakni, Menkominfo Johnny G Plate, Menteri Kehutanan Siti Nurbaya Bakar, dan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Hubungan Surya Paloh dengan Jokowi pun kini berada di persimpangan jalan. Apakah hubungannya akan berakhir atau terus berlanjut?
Pakar komunikasi politik dari Universitas Multimedia Nusantara, Silvanus Alvin meyakini bahwa hubungan Jokowi dan Surya Paloh tidak akan benar-benar berakhir. Pernyataan Alvin didasarkan pada fakta dinamika politik di Indonesia yang sangat cair.
"Dalam politik tak ada hubungan yang final. Yang ada hanya persoalan waktu, kapan bisa koalisi kembali," kata Alvin saat dihubungi, Selasa (9/5).
Alvin berpendapat keberadaan tiga menteri NasDem di kabinet pemerintah saat ini adalah murni keputusan Jokowi.
Menurut dia, Presiden Jokowi memang ingin Pemilu 2024 dimulai tidak dengan tensi politik tinggi dengan mengganti beberapa menteri NasDem, misalnya. Alvin juga meyakini NasDem atau Surya Paloh tidak akan mengambil sikap keras terhadap pemerintah.
Sebab, sikap demikian menurut dia akan membuat basis konstituen atau pendukung NasDem kebingungan. Sebab, fakfanya, NasDem merupakan pendukung Jokowi dalam dua periode kepemimpinannya.
"NasDem tentu akan bertahan karena dengan mereka mundur atau resign jabatan, bisa saja menjadi perjudian politik dengan probabilitas yang lebih condong kehilangan dukungan publik," kata dia.
Sementara, Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah tak ragu menyebut bahwa NasDem saat ini tengah menjadi target amputasi Jokowi dari koalisi pemerintah.
Menurut Dedi, fakta itu sekaligus menunjukkan politik nasional masih berkutat pada kepentingan golongan.
"Dan lebih memprihatinkan lagi itu ditunjukkan oleh kepala negara sekaligus kepala pemerintahan," kata Dedi, Selasa (9/5).
Dedi menilai keputusan NasDem untuk tetap bertahan di koalisi pemerintah saat ini tepat. Menurut dia, dengan sikap itu, NasDem memiliki potensi mengambil basis suara pemilih kontra pemerintah di saat basis pro pemerintah akan tersebar ke banyak partai.
"Pilihan politis ini perlu karena walau bagaimanapun Anies juga memiliki pengaruh yang mulai mendominasi, setara dengan Prabowo atau Ganjar," kata dia.
Berlanjut ke halaman berikutnya...