Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan bahwa Interface ASEAN-AIPA sebagai rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN diperlukan sebagai wadah dialog dan kerja sama antar pemimpin negara dan parlemen yang tergabung dalam ASEAN Inter-Parliamentary Assembly (AIPA).
Hal itu diungkapkan Puan saat memimpin pertemuan persiapan (preparatory meeting) jelang ASEAN-AIPA Leaders Interface Meeting di Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur pada Selasa (9/5).
Dalam rapat tersebut, seluruh delegasi yang hadir meninjau draf awal pesan AIPA atau AIPA Message yang akan disampaikan di ASEAN-AIPA Leaders Interface, yang akan digelar pada Rabu (10/5). Nantinya, AIPA Message yang sudah disetujui seluruh perwakilan parlemen Asia Tenggara akan dibacakan oleh Puan di depan 11 pimpinan negara ASEAN.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dengan adanya AIPA Massage, akan terjalin kolaborasi yang erat antar keduanya. Dengan begitu diharapkan dapat menciptakan stabilitas politik, keamanan dan perdagangan yang lebih kuat serta mendorong pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan Asia Tenggara," kata Puan.
Kemudian, tantangan lain yang juga dibahas adalah perubahan cuaca ekstrem di Asia Tenggara, hingga ketegangan geopolitik dan persaingan kekuatan. Hal lain yang dibahas dalam rapat adalah pertumbuhan ekonomi global yang melambat akibat pandemi, perang, serta gangguan pasokan pangan dan energi.
Puan menyebut, diperlukan kerja sama antara pihak eksekutif dengan legislatif untuk mengatasi tantangan itu.
Sementara, Indonesia sendiri ditegaskan akan terus mendorong isu perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI) yang kerap mendapatkan kekerasan dan eksploitasi di luar negeri.
"Ini juga menjadi isu yang dibicarakan, bukan hanya di parlemen tapi juga di eksekutif atau pemerintah, dan saya merasa KTT ASEAN ini bersama dengan AIPA akan menjadi salah satu tempat yang penting terkait permasalahan dan mencari solusi terkait penguatan perlindungan pekerja migran di ASEAN. Kita juga harus memerangi perdagangan orang di wilayah ini," kata Puan.
Puan menegaskan, parlemen harus bisa memberi kontribusi terhadap berbagai tantangan global tersebut, yang dilakukan melalui dialog dan kolaborasi negara ASEAN. Selain itu, Puan berharap agar para pemimpin negara ASEAN dapat menghindari agar kawasan tak menjadi titik panas persaingan kekuatan besar.
Secara umum, Puan menyerukan agar AIPA dapat membangun ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi global, sejalan dengan tema ASEAN pada 2023. Menurutnya, langkah tersebut akan membantu negara ASEAN menciptakan lebih banyak lapangan kerja, hingga layanan kesehatan dan pendidikan yang lebih baik.
Untuk itu, Puan mendorong negara ASEAN memperkuat kesatuan dan sentralitas agar relevan dengan berbagai tantangan. Dia yakin, partisipasi aktif parlemen negara ASEAN mampu memberi kontribusi nyata bagi perdamaian dan kemakmuran di Asia Tenggara.
"Oleh karena itu, mari kita bekerja sama untuk menjawab tantangan ini. Dan mari kita bekerja sama untuk kemajuan orang-orang yang kita layani," kata Puan.
(rea)