Arifki menyebut perundingan soal sosok cawapres pendamping Prabowo juga akan berjalan alot di antara empat partai yang berencana bergabung dalam koalisi permanen tersebut.
Bahkan, ia menilai perdebatan soal sosok cawapres itu bisa menjadi batu sandungan terbentuknya koalisi permanen. Setidaknya ada empat nama berpotensi jadi cawapres Prabowo.
Mereka antara lain Ketum Golkar Airlangga Hartarto, Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Menteri BUMN Erick Thohir, hingga Gubernur Jawa Barat yang kini politikus Golkar Ridwan Kamil
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau saya melihat iya itu perundingan yang cukup alot itu antara Prabowo memilih Airlangga (Golkar) atau Cak Imin (PKB), meski muncul nama Erick Thohir (usulan PAN), tentu Erick Thohir ibaratnya kan pemain nonpartai, tentu dia secara daya tawar akan lebih lemah dibanding Cak Imin dan Airlangga," katanya.
Merujuk pada situasi ini, Arifki berpendapat pembentukan koalisi permanen juga tak perlu dipaksakan jika memang tak ada kesepakatan soal sosok cawapres pendamping Prabowo.
"Saya juga akan berpikir ketika misal enggak perlu juga dipaksakan jadi koalisi besar ketika memang masih alot menentukan cawapres. Misal antara Gerindra dan PKB bisa sendiri atau Gerindra dan Golkar bisa sendiri, jadi enggak harus dipaksakan koalisi besar," ujarnya.
Sementara itu, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengatakan dengan melihat pada dinamika politik saat ini pilihan yang paling tepat bagi Golkar dan PAN adalah berkoalisi dengan Gerindra dan PKB.
Bawono menuturkan sebenarnya Golkar dan PAN bisa saja maju bersama di Pilpres 2024 dengan mengusung pasangan tersendiri. Namun, jika melihat hasil survei belakangan ini, hasil hitungan elektoral yang ada tak menjanjikan bagi keduanya.
"Jadi memang jauh lebih realistis bagi kedua partai ini (Golkar dan PAN) untuk merapat pada salah satu koalisi capres yang saat ini sudah terbentuk," ujarnya.
Kendati demikian, Bawono mengamini pembahasan soal siapa sosok cawapres yang akan mendampingi Prabowo akan menjadi perdebatan alot di antara keempat partai tersebut jika koalisi permanen jadi terbentuk.
"Jalan menuju ke sana akan sangat alot dan pentuh tarik menarik kepentingan," katanya.
Namun, Bawono memprediksi kesepakatan di antara keempat partai itu akan terbentuk. Sebab, kata dia, tawaran politik kepada partai koalisi itu tak hanya berpaku pada soal jatah cawapres semata.
"Konsesi politik bisa diberikan kepada mitra koalisi kan tidak terbatas pada posisi bakal calon wakil presiden saja, bisa juga dengan posisi ketua tim pemenangan atau posisi strategis kementerian di kabinet nanti," ucap Bawono.
(fra/dis/fra)