SELUSUR POLITIK

Seniman dalam Arus Politik dari Masa ke Masa

Arief Bimaputra | CNN Indonesia
Selasa, 04 Jul 2023 06:24 WIB
Riwayat seniman dekat pusaran politik bukan barang baru. Sejarah mencatat banyak seniman yang mendukung, sekadar menghibur serta berkonflik dengan penguasa.
Di era setelah Orde Baru, selebriti kerap digaet politikus untuk menjadi relawan (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Pasca Orde Baru runtuh akibat peristiwa reformasi 1998, semakin banyak seniman yang terjun ke dunia politik. Kebebasan demokrasi menjadi alasan mereka semakin aktif berpolitik.

Para seniman yang berpolitik tak cemas dikriminalisasi atau dibatasi ekspresinya jika berseberangan dengan partai penguasa. Mereka tak takut berakhir seperti Rendra yang dipenjara atau seperti Widji yang hilang.

Kendati demikian, pada pemilu 1999 para seniman sekadar dimanfaatkan oleh partai politik sebagai juru kampanye untuk menarik suara (celebrity endorser). Baru pada pemilu tahun 2004 Mereka tak hanya sekadar ikut berkampanye, beberapa di antaranya pun mulai ikut berkontestasi dengan menjadi calon legislatif (celebrity politician).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Celebrity Politician

Sistem pemilu yang berubah menjadi proporsional terbuka atau coblos langsung pada tahun 2004 jadi alasan pendorong seniman berpolitik.

Partai pun memilih calon yang sudah memiliki modal ketenaran. Salah satu pilihannya adalah para seniman atau artis yang sudah terkenal.

Pada pemilu 2004 terdapat 38 calon legislatif dari kalangan seniman yang berkontestasi. Angka tersebut terus meningkat pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun 2009 terdapat 61 caleg berlatar belakang seniman, sementara pada tahun 2014 ada 77 caleg.

Beberapa seniman yang menjadi caleg sukses menduduki kursi legislatif. Pada tahun 2004 terdapat 7 seniman yang menduduki anggota DPR. Beberapa seniman itu di antaranya Dede Yusuf dari PAN, Marissa Haque dari PDIP, Angelina Sondakh dan Adjie Massaid dari Demokrat.

Seniman yang berhasil menjadi anggota DPR kian bertambah pada 2009. Total 18 seniman dari ragam partai melenggang ke Senayan. Demokrat menjadi partai yang paling sering meloloskan seniman menjadi anggota DPR dengan 7 anggota.

Tak cuma legislatif, pada tahun 2008, ada artis menjadi bagian dari eksekutif. Misalnya Rano Karno dari PDIP dan Dede Yusuf dari PAN. Rano Karno sebagai Wakil Bupati Tangerang periode 2008 hingga 2011 dan Dede Yusuf sebagai Wakil gubernur Jawa Barat periode 2008 hingga 2013.

Fenomena baru itu diikuti kemudian antara lain oleh Dicky Candra yang berhasil menjadi Wakil Bupati Garut 2009 hingga 2011 melalui jalur independen, Zumi Zola menjadi Bupati Tanjung Jabung Timur pada 2011 dan Gubernur Jambi pada 2015 dari PAN, Deddy Mizwar sebagai Wakil Gubernur Jawa Barat 2013 hingga 2018 dari Demokrat.

Selain itu musisi Pasha Ungu juga menduduki jabatan Wakil Walikota Palu tahun 2016 hingga 2021 dari PAN. Lalu ada Emil Dardak sebagai Wakil Gubernur Jawa Timur hingga saat ini dari Demokrat. Sahrul Gunawan dan Hengky Kurniawan pun termasuk artis yang berhasil memenangkan pilkada.

Pada tahun 2019, seniman yang menjadi endorser dan politisi pun makin menjamur. Terdapat 14 artis atau seniman yang berhasil menjadi politisi dan menduduki kursi legislatif.

Rumah Kenangan Butet Kartaredjasa sebagai Wijaya SastroButet Kartaredjasa (dok: Titimangsa Foundation)

Celebrity Endorser

Sementara itu, seniman yang memutuskan menjadi endorser pun semakin ramai. Salah satu contohnya terlihat ketika Jokowi-Ma'ruf Amin sebagai capres dan cawapres kala itu mengadakan kampanye akbar bertajuk 'Konser Putih Bersatu' di Stadion Gelora Bung Karno. Total sekitar 500 seniman ikut berpartisipasi.

Sejumlah nama seniman hingga musisi ternama sebagai endorser turut mewarnai kampanye akbar tersebut. Beberapa di antaranya seperti Cak Lontong, Desta, Slank, Indra Bekti, Gading Marten, Andre Taulany, Ruth Sahanaya, Yuni Shara, Addie MS hingga musisi legendaris Bimbo.

Slank Dengan jumlah fans yang besar disebut berhasil mendulang dukungan dan membawa Jokowi-Maruf duduk di kursi kekuasaan tertinggi di Indonesia. Tak hanya itu, Slank pun terciprat berkah setelah gitaris Abdi Slank menempati posisi Komisaris Independen PT Telkom Indonesia Tbk pada 28 Mei 2021.

Lima tahun berselang, beberapa nama seniman pun kembali mewarnai kontestasi pemilu 2024 mendatang. Ada yang bertindak sekadar menjadi endorser ataupun langsung terjun langsung sebagai celebrity politician.

Seniman Butet Kertaredjasa dapat dikategorikan sebagai celebrity endorser. Butet menyampaikan syair monolog dalam puncak gelaran Bulan Bung Karno pada sabtu (24/6) di Stadion Utama GBK.

Monolog butet menjadi sorotan publik dan politisi. Hal tersebut lantaran monolog Butet yang menggunakan istilah 'pandir' dan 'tukang culik' dinilai menyindir Capres lain yakni Prabowo Subianto dan Anies Baswedan.

Butet pun tak menampik jika monolognya menyindir kedua capres tersebut. Ia pun mengklaim bahwa sindirian tersebut telah sesuai dengan fakta.

"Ya, memang seperti itu, kok. Semua itu sumbernya fakta. [Yang] mengatakan banjir air parkir siapa? Ya, fakta. Terus menculik, kalau memang tidak merasa menculik, ya, kenapa heboh gitu," kata Butet pada CNNIndonesia.com, Selasa (27/6).

Namun, PDIP selaku tuan rumah dalam acara tersebut mengaku menyayangkan monolog yang disampaikan oleh Butet. Apalagi tema yang diangkat kala itu tentang persatuan.

"(Menyayangkan) Kalau sudah seperti itu, ya sebetulnya disampaikan di acara partai kita itu seperti itu tidak bagus lah. Tidak bagus. Kurang elok lah, kurang elok," ujar Djarot di Political Show, Senin (26/6).

(bmw)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2 3
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER