Dirjen Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Hilman Latief menyalahkan pihak Mashariq dalam menyiapkan layanan jemaah haji.
Hilman mengatakan Mashariq yang menjadi penyedia layanan selama proses ibadah haji di Arafah-Muzdalifah-Mina. Dengan demikian sepenuhnya menjadi tanggung jawab perusahaan itu.
Hilman juga menyoroti keterlambatan pemberangkatan jemaah dari Muzdalifah ke Mina. Ia merinci jemaah haji terakhir bisa diberangkatkan ke Mina pada pukul 13.30 waktu Arab Saudi. Hal ini menyebabkan jemaah kepanasan saat di Muzdalifah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kita sudah sampaikan protes keras ke Mashariq terkait persoalan yang terjadi di Muzdalifah. Kita juga meminta agar tidak ada persoalan dalam penyediaan layanan di Mina," tegas Hilman di Mina, Rabu (28/6).
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengaku sudah menyampaikan sejumlah masalah yang terjadi di Muzdalifah dan Mina ketika bertemu Menteri Haji dan Umrah (Menhaj) Arab Saudi Taufiq F Al Rabiah.
Jauh sebelum insiden di Armuzna, proses pemberangkatan para jemaah haji beberapa kloter pun sempat diwarnai penundaan imbas persoalan di maskapai.
Semisal, keberangkatan 328 jemaah haji Indonesia kelompok terbang (kloter) 4 Embarkasi Banjarmasin (BDJ 04) tertunda akibat adanya kerusakan teknis pesawat Garuda Indonesia.
Kloter BDJ 04 sedianya diberangkatkan pada 3 Juni 2023 pukul 02.40 WITA. Namun, jemaah akhirnya kembali ke Asrama Haji karena ada informasi kerusakan teknis pesawat.
Tak berhenti sampai di situ, maskapai Saudia Airlines juga dianggap kerap mengubah kapasitas kursi pesawat yang digunakan untuk mengangkut jemaah haji Indonesia secara sepihak tanpa persetujuan.
Melihat dua persoalan tersebut, pihak Kemenag telah mengajukan protes ke dua maskapai tersebut.
Direktur Pelayanan Haji Dalam Negeri Kemenag Saiful Mujab menegaskan Saudia Airlines telah bertindak tak profesional lantaran mengganggu kenyamanan dan ketenangan jemaah. Sebab, kapasitas seat pesawat yang disiapkan terus berubah-ubah.
Saiful lantas berharap otoritas Arab Saudi memeriksa manajemen Saudia Airlines khususnya yang bertanggung jawab dalam penerbangan jemaah haji Indonesia.
"Dari aspek penerbangan, Saudia Airlines tahun ini gagal memberikan layanan yang baik ke jemaah haji Indonesia," kata Saiful dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (7/6).
Khusus untuk maskapai Garuda, Saiful mengatakan protes keras disampaikan karena kejadian tahun ini bukan kejadian yang pertama.
Kejadian yang sejenis juga pernah dialami jemaah asal Banjarmasin pada operasional haji 2022. Saat itu, kepulangan mereka tertunda karena ada persoalan teknis. Kejadian lainnya juga menimpa jemaah asal Embarkasi Banjarmasin pada tahun 2019.
Ketua Komisi VIII DPR Ashabul Kahfi mengkritik sejumlah masalah pelayanan terhadap jemaah haji Indonesia tahun ini. Menurutnya, salah satu penyebab ialah membludaknya jumlah jemaah buntut kuota tambahan dari Saudi.
Ashabul mengkritik Pemerintah Arab Saudi yang tak mengantisipasi penambahan jumlah jemaah. Tambahan kuota, ucapnya, tak dibarengi kesiapan penyelenggaraan haji.
"Penerimaan kuota tambahan jika masih ada tahun depan, maka perlu kajian yang matang dalam berbagai aspek pelayanan. Untuk apa kita memberangkatkan jemaah haji yang banyak, namun tidak mendapatkan pelayanan yang berkualitas?" kata Ashabul melalui pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Kamis (29/6).
(rzr/fra)