Masyarakat terpapar penyakit antraks di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, disebut sempat menggali lagi hewan ternak yang mati dari kuburnya untuk kemudian mengonsumsi dagingnya.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Gunungkidul Wibawanti Wulandari menyebut berdasarkan hasil pemeriksaan bersama Balai Besar Veterinari (BBVet) Wates, terdapat 12 ekor ternak berupa 6 sapi dan 6 kambing milik warga Dusun Jati yang terpapar antraks.
Belasan hewan itu, kata Wibawanti, ada yang dibeli dari luar Dusun Jati dan ada pula yang merupakan hasil pembiakan peternak setempat. Dia mengatakan, 6 kambing dan 6 sapi itu sudah mati semuanya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, lanjut Wibawanti, terdapat tiga ekor sapi terpapar antraks yang kemudian dikonsumsi oleh warga setempat.
"Sakit, sudah mati dan dikubur melalui SOP. Tapi, sama masyarakat itu ada yang satu digali lagi dan dikonsumsi," kata Wibawanti ditemui di Kantor Pemkab Gunungkidul, DIY, Rabu (5/7).
"Lainnya memang belum sempat dikubur memang. Dua lainnya sudah mati tapi tetap dikonsumsi," lanjut dia.
Wibawanti menerangkan sejak ada dugaan penyakit antraks merebak awal Juni lalu, pihaknya langsung melokalisasi hewan ternak di Dusun Jati. Termasuk, sambungnya, saat Iduladha akhir bulan lalu pun sudah tidak ada lagi hewan ternak yang keluar dari lingkungan setempat.
Selain itu, Dinas peternakan telah memberikan antibiotik serta vaksinasi kepada total 77 ekor sapi dan 289 ekor kambing ternak di sana.
Kabid Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Retno Widyastuti menambahkan laporan pertama mengenai hewan ternak mati karena sakit di Dusun Jati pada 18 Mei 2023 kemarin.
"Makanya yang (warga) makan itu (sapi) sudah sakit dan itu kan di akhir Mei awal Juni, itu makan pertama kematian itu di medio Mei. Itu berturut-turut kalau tanggalnya selang berapa hari," papar Retno.
Dia menjelaskan pihaknya baru menerima laporan pertama soal dugaan penyebaran antraks di wilayah Dusun Jati pada 2 Juni 2023.
"Sapi positif itu tidak ada antraks yang sembuh. Jadi mati, jadi saya enggak nemu bangkai, yang saya periksa yang saya ujikan ke lab itu adalah tanah bekas sembelihan. Dagingnya sudah dimakan," sambungnya.
Retno melanjutkan, sebagai upaya antisipasi penyebaran antraks selain memberikan antibiotik dan vaksinasi ke hewan ternak, pihaknya juga melakukan sterilisasi wilayah dengan penyemprotan formalin.
"Kemarin kita siram lagi, nanti kita ke sana untuk ambil sampel tanah, diujikan itu positif atau negatif (antraks). Kalau masih positif kita siram ulang, kalau sudah negatif bisa nanti kita cor semen beton agar tidak membahayakan," katanya.
Kasus penyakit antraks dilaporkan merebak di Dusun Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul.
Pemerintah kabupaten setempat menyebut ada 87 pasien positif terpapar dan satu warga meninggal usai terjangkit antraks.
(kum/kid)