Wakil Ketua Umum Gerindra Rahayu Saraswati Djojohadikusumo menilai apatisme anak muda alias generasi Z terhadap politik merupakan stereotip yang keliru.
Ia menilai anggapan itu kurang sesuai dengan kondisi sesungguhnya di kalangan anak muda.
Politisi yang akrab disapa Sara itu menilai politik justru menjadi salah satu isu paling sering dibahas di media sosial, ruang yang didominasi Gen Z.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada satu sisi, banyak sekali orang yang bilang kalau anak muda itu apatis di politik. Tapi kalau misal kita lihat di media sosial, pasti kalau kita bicara tentang isu panas, itu politik salah satunya," ujar Sara dalam acara Festival Gen Z yang juga tayang secara virtual, Sabtu (8/7).
Lihat Juga :![]() SELUSUR POLITIK Taktik Darat & Udara Anies Memikat Gen Z-Milenial |
"Yang ramai dibicarakan itu politik. Penggunanya padahal kalau medsos itu kan kebanyakan para pemuda," lanjut Sara.
Sara menjelaskan lebih lanjut bahwa Gen Z sesungguhnya bukan apatis, tetapi cenderung frustrasi karena suara dan aspirasinya tidak didengar.
Ia juga mengaku sempat mengalami masa-masa frustrasi itu sebelum menjadi politisi. Kala itu, Sara bahkan mengaku tidak tertarik masuk politik karena merasa alergi.
"Saya katakan bahwa mereka itu tidak apatis. Namun, mereka bisa menjadi apatis kalau misal apa yang mereka sampaikan itu tidak didengar, akhirnya menjadi frustrasi," tutur Sara.
"Kalau misal teman-teman mengecek jejak digital, zaman saya fokus di bidang seni peran pasti ada yang tanya, 'Tertarik enggak sih masuk politik?' dan saya bilangnya no way, enggak mau karena alergi," lanjutnya.
Selain itu, Sara juga menilai sikap semacam apatisme itu muncul karena Gen Z kerap mengalami krisis jati diri. Kalangan muda itu disebut sering tidak sadar dengan kekuatan yang mereka miliki sebagai sebuah generasi.
Lihat Juga : |
Ia pun berharap Gen Z dapat menyadari kekuatan sehingga bisa digunakan secara optimal. Seperti dengan menyuarakan aspirasi hingga mengambil bagian dalam sejarah politik Indonesia.
Sara juga menegaskan bahwa upaya itu dapat dimulai dengan ikut andil dalam Pemilu 2024, yakni sebagai pemilih yang tidak melakukan golput.
"Sebenarnya kadang-kadang ada krisis jati diri karena anak muda mau bersuara, tetapi enggak sadar kekuatan dia apa," ungkap Sara.
"Jadi gunakan apa yang ada di ujung jari, apa yang bisa kalian akses untuk menjadi bagian dari sejarah. Terserah pilihan kalian apa, yang penting kalian terlibat dalam sejarah politik Indonesia," lanjutnya.
(frl/isn)