Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai Ganjar tetap sulit menang di Sumbar dalam Pilpres 2024 mendatang. Bahkan, ia begitu yakin Ganjar akan gagal mendapat banyak suara di sana.
Alasan pertama adalah minat rendah masyarakat Sumbar memilih PDIP dan capresnya. Dia berkata hal itu tampak dari hasil beberapa pilpres terakhir dan survei berkala Indikator Politik Indonesia.
Senada dengan Asrinaldi, Bawono menyinggung perbedaan ideologi. Masyarakat Minang menganut nilai-nilai agama yang begitu kental, sementara PDIP dikenal sebagai partai nasionalis.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini bisa dijelaskan karena PDIP secara ideologi kan lebih ke arah nasionalis sekuler, yang kurang dalam sisi religiusitas. Dipersepsikan oleh pemilih cenderung tidak ramah dengan agenda-agenda keislaman," kata Bawono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Senin (24/7).
Jika merujuk data Kementerian Agama, mayoritas masyarakat Sumbar atau sekitar 97 persen menganut agama Islam. Jumlah penganut Islam mencapai 5,5 juta jiwa di sana.
Alasan kedua menurut Bawono adalah posisi elektabilitas Ganjar yang tidak dalam keadaan prima. Berdasarkan survei Indikator Politik Indonesia terakhir, Ganjar cuma duduk di posisi kedua secara nasional.
Bawono menilai kondisi ini membuat Ganjar akan kesulitan memompa suara di wilayah yang bukan kantong suara PDIP seperti Sumbar. Dia membandingkan pencapaian Jokowi saat elektabilitas secara nasional kuat.
"Saya kira saya berani mengatakan hampir mustahil untuk Ganjar Pranowo unggul di Sumbar ya. Bahkan, Pak Jokowi yang 2014 dan 2019 kuat, juga tidak unggul di Sumbar. Apalagi dengan Pak Ganjar Pranowo," ujarnya.
Meski demikian, Bawono menilai suara di Sumbar tak bisa dianggap sebelah mata atau bahkan ditinggalkan.
Dia memahami suara di Sumbar berkisar 2 persen dari total suara nasional. Akan tetapi, perolehan suara di Sumbar dianggap menjadi patokan suara kandidat presiden di daerah-daerah lain yang punya basis suara kelompok religius.
"Secara psikologis menjadi rujukan, kiblat aspirasi kelompok pemilih yang berideologi religiusitas tinggi, keislaman," kata Bawono.
(vws/vws)