Seorang warga Malang, Jawa Timur, Miftahuddin Ramly (52), nekat mengayuh sepeda ke Jakarta demi mengenang 135 korban tewas Tragedi Kanjuruhan yang terjadi pada 1 Oktober 2022.
Dia tak sendirian bersepeda dari Malang menuju Jakarta. Sebuah keranda bertuliskan 'Justice for Kanjuruhan' dia gowes menghabiskan waktu berhari-hari dari Jatim menuju ibu kota Negara RI tersebut.
Midun mengatakan, aksinya ini adalah untuk mengingatkan publik kepada Tragedi Kanjuruhan yang terjadi 1 Oktober 2022 silam, agar hal itu tak terulang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk tidak mengulang kejadian yang ada di Kanjuruhan. Tidak sekadar dikenang dan juga tidak untuk terulang," kata Midun saat ditemui di kawasan Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Jawa Timur, akhir pekan lalu.
Dalam perjalanannya, Midung mengaku bakal mampir di sejumlah stadion yang menjadi markas tim sepak bola di Indonesia hingga finis di SUGBK, Senayan, Jakarta Pusat.
![]() |
Midun memanglah bukan keluarga korban Tragedi Kanjuruhan, namun ia merupakan warga Malang yang terpukul akibat kejadian di dalam stadion yang hanya dihadiri supoter Arema tersebut.
"Secara biologis saya bukan keluarga korban, tapi secara psikologis itu sangat memukul. Kejadiannya sampai seperti ini kan ya enggak masuk akal," ucap dia.
Oleh karena itu Midun yang merupakan ASN Pemkot Batu ini pun rela mengambil cuti, untuk menjalankan aksinya bersepeda menuju Jakarta.
Midun tak berharap apapun dalam perjalanannya ke Jakarta. Ia hanya ingin publik ingat akan kejadian Tragedi Kanjuruhan, dan mengenang para korbannya.
Ia pun mengaku tak berniat bertemu dengan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang meneken Keppres Tim Independen Gabungan Pencari Fakta (TGIPF) Kanjuruhan atau pejabat manapun sesampainya di Jakarta nanti.
"Saya enggak membayangkan ketemu Pak Jokowi. Banyak pintu yang harus dilewati. Yang penting misi saya sampai ke Senayan," katanya.
Midun juga tak mau berkomentar banyak soal proses hukum Tragedi Kanjuruhan. Menurutnya aparat sudah mengusut tragedi tersebut, meskipun diakuinya berujung pada kekecewaan keluarga dan korban Tragedi Kanjuruhan.
"Sudah diusut, sudah tuntas, Alhamdulillah. Yang salah angin [meniup asap gas air mata], yang salah dalam tanda petik. Astagfirullah," sindir Midun dengan raut wajah kecewa.
![]() |
Selain itu, Midun yang merupakan Aremania ini juga sengaja mampir ke sejumlah stadion di kota yang dilaluinya. Tak lain tujuannya adalah untuk menjalin perdamaian antarsuporter tim sepak bola Indonesia.
Tujuan perdamaian itu jelas terlihat saat Midun tiba di Kota Pahlawan. Dia bahkan sampai dikawal sejumlah Bonek--suporter Persebaya Surabaya--saat berada di ibu kota Provinsi Jatim itu.
"Alhamdulillah sangat baik sekali di luar dugaan saya. Saya tidak membayangkan kalau semudah ini perjalanannya. Padahal itu yang dikhawatirkan oleh keluarga saya," ucap Midun.
Cak Tulus, salah satu tokoh Bonek di Surabaya adalah yang turut mendampingi Midun di Stadion GBT. Bukan hanya itu, dia pun turut memberikan pakaian agar digunakan Midun selama perjalanan.
"Ini dari Arek Suroboyo untuk Arek Malang, sebagai simbol kemanusiaan. Semoga bisa menemani [perjalanan], dan menghilangkan rasa dingin," kata Cak Tulus ke Midun.
Setelah mampir di Surabaya. Midun terus melanjutkan kayuhan sepedanya. Pada hari ini dia dilaporkan sudah berada di Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Selasa (8/7).
Dalam kasus Tragedi Kanjuruhan yang sekitar sebulan lebih lagi akan berulang tahun, kepolisian sebelumnya menetapkan enam tersangka dalam pengadilan. Lima tersangka di antaranya telah menjalani persidangan dan dijatuhi vonis, sementara satu orang lagi belum dilimpahkan ke kejaksaan oleh penyidik Polda Jatim.
Para tersangka itu terdiri atas tiga dari personel kepolisian dan tiga dari pihak sipil. Dari unsur kepolisian yang menjadi tersangka adalah AKP Hasdarmawan (Danki III Brimob Jawa Timur), Kompol Wahyu Setyo Pranoto (Kabag Ops Polres Malang), dan AKP Bambang Sidik Achmadi (Kasat Samapta Polres Malang).
Sementara dari pihak swasta yang menjadi tersangka adalah Akhmad Hadian Lukita (Dirut LIB), Suko Sutrisno (Security Officer saat malam Tragedi Kanjuruhan), dan Abdul Haris (Ketua Panpel Arema FC).
Dari enam tersangka itu, hanya lima yang telah dilimpahkan ke pengadilan dan dijatuhi vonis. Sementara satu tersangka lagi yakni Akhmad Hadian Lukita berkasnya dikembalikan jaksa agar dilengkapi kepolisian. Selain itu, sejak 21 Desember 2022 dibebaskan dari sel polisi karena masa penahanannya tak diperpanjang penyidik Korps Bhayangkara.