Polusi Udara, Pembunuh Senyap Anak-anak

Prima Gumilang | CNN Indonesia
Senin, 28 Agu 2023 07:07 WIB
Polusi udara bukan masalah baru yang secara singkat dapat terselesaikan dengan kebijakan work from home (WFH).
Polusi udara di Jakarta makin memprihatinkan pada 16 Agustus 2023. (AFP/YASUYOSHI CHIBA)

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut polusi udara sebagai pembunuh senyap atau the silent killer. Polutan masuk ke tubuh tanpa terasa. Namun dampaknya cepat ataupun lambat berakibat fatal, bahkan mengakibatkan kematian.

Setiap tahun, sekitar 7 juta kematian disebabkan oleh paparan polusi udara di luar ruangan maupun rumah tangga. Lebih dari 2 juta kematian di antaranya berada di kawasan Asia Tenggara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sementara itu 2,2 juta orang meninggal sebelum waktunya setiap tahun akibat polusi udara. Dari jumlah itu, 29 persen di antaranya karena penyakit jantung koroner, 27 persen karena strok, 22 persen penyakit paru obstruktif kronis, dan penyakit respiratori lainnya.

Kepala Divisi Respirologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Darmawan B. Setyanto mengatakan polusi udara juga bisa berdampak pada kasus stunting.

Sejumlah riset menunjukkan bahwa polutan mengakibatkan risiko stunting dua kali lebih tinggi. Sebagian besar karena polusi di dalam rumah dari asap rokok atau menyalakan lilin/perapian.

"Sudah ada penelitian, polusi udara turut menyumbang terjadinya stunting pada anak-anak," kata Darmawan dalam diskusi daring yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Jumat (18/8).


Selain itu polusi udara juga mengakibatkan gangguan fungsi paru, baik aspek aliran udaranya maupun volumenya, serta meningkatkan risiko terjadinya asma. Di negara-negara dengan polusi tinggi, angka kasus asma meningkat.

"Yang paling kita takut adalah yang terkena di bagian parunya, yaitu pneumonia," kata Darmawan.

Hampir satu juta anak meninggal karena pneumonia setiap tahun. Separuh dari jumlah tersebut terkait dengan polusi udara.

Terpapar sejak dalam kandungan

Darmawan menjelaskan anak-anak terpapar berbagai polutan melalui empat jalur utama. Bahkan anak bisa terpapar polusi udara sejak dalam kandungan melalui transplasental dari ibu yang terpapar.

Paparan polusi udara terhadap ibu hamil dapat menyebabkan kelahiran bayi dengan berat badan rendah.

"Kalau sudah lahir, ada tiga sistem organ kita yang paling terpajan dengan dunia sekitarnya, yaitu pajanan di kulit, pajanan udara yang kita hirup, makanan yang kita cerna," kata dokter spesialis anak di RSCM itu.

Menurutnya, anak-anak lebih rentan terhadap polusi udara dibandingkan dengan kelompok usia lain. Secara fisiologis, mereka bernapas dengan laju napas yang lebih besar. Jika dihitung per kilogram berat badannya, kata Darmawan, udara yang dihirup pun lebih banyak.

"Sehingga polutan yang terhirup juga lebih banyak pada anak-anak dibanding orang dewasa," katanya.

Infografis Dampak Polusi UdaraInfografis Dampak Polusi Udara. (Basith Subastian/CNN Indonesia)

Data WHO menunjukkan hampir seluruh penduduk dunia sekitar 99 persen menghirup udara melebihi batas aman yang ditetapkan WHO, yaitu mengandung banyak polutan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Badan Pemerhati Hak Anak PBB, UNICEF menyebut sekitar 300 juta anak hidup di wilayah terpapar polusi udara yang parah, melebihi 6 kali lipat batasan internasional.

Dampaknya terhadap anak-anak, polusi udara dapat menghambat perkembangan otak, mengurangi fungsi paru-paru, dan memicu asma. Selain itu, di kemudian hari dampak polusi juga dapat memicu masalah seperti kanker, stroke, penyakit pernapasan kronis, kardiovaskular atau serangan jantung.

Direktur Eksekutif UNICEF Anthony Lake dalam pengantar laporan berjudul "Bersihkan Udara untuk Anak-anak" menyebut sekitar 600 ribu anak di bawah 5 tahun meninggal setiap tahun akibat penyakit yang disebabkan atau diperburuk oleh polusi udara, terutama di negara-negara miskin.

Berdasarkan International Journal of Environmental Research and Public Health, disebutkan bahwa sumber utama polusi udara bagi masyarakat umum disumbang oleh kendaraan bermotor. Disusul aktivitas industri, lalu lintas udara, dan pembakaran biomassa di lingkungan rumah tangga.

Darmawan mengatakan polusi udara akibat kendaraan bermotor kembali meningkat pasca-pandemi setelah aktivitas masyarakat kembali normal.

"Selama masa pandemi, kegiatan banyak dilakukan di rumah, tapi sekarang kembali, maka kembali mobil-mobil keluar dari sarangnya, dan menyumbangkan polutan yang banyak ini," kata Darmawan.

Polusi udara bukan masalah baru di Indonesia maupun dunia. Penerapan kebijakan work from home (WFH) untuk mengurangi polusi dinilai tidak menyelesaikan akar persoalan.

"Ini adalah alarm bahwa sistemnya kita harus perbaiki semuanya, tidak kemudian kita harus shortcut work from home," kata Darmawan.

(pmg/gil)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER