14 Siswi SMP di Lamongan Digunduli oleh Guru karena Tak Pakai Ciput

CNN Indonesia
Selasa, 29 Agu 2023 16:47 WIB
Ilustrasi. Seorang guru di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, menggunduli belasan siswi sebagai hukuman anak didiknya tak menggunakan dalaman jilbab atau ciput. iStock/Motortion
Surabaya, CNN Indonesia --

Seorang guru di SMPN 1 Sukodadi, Lamongan, Jawa Timur, menggunduli belasan siswi sebagai hukuman anak didiknya tak menggunakan dalaman jilbab atau ciput.

Kepala SMPN 1 Sukodadi, Harto mengatakan, peristiwa itu terjadi saat seorang guru berinisial EN, mengajar siswi kelas IX, Rabu (23/8).

"Kejadian tanggal 23 Agustus 2023, itu [saat] ketertiban. Saat di sekolah, saat pelajaran," kata Harto, saat dikonfirmasi CNNIndonesia.com, Selasa (29/8).

Di kelas itu, guru tersebut mendapati 14 siswi yang mengenakan jilbab namun tak menggunakan ciput di dalamnya.

Mengetahui hal itu, EN lantas menghukum belasan siswi itu dengan memotong rambut mereka menggunakan mesin cukur. Walhasil kepala para siswi itu jadi botak sebagian.

Harto mengatakan, sebenarnya tak ada aturan yang mewajibkan siswi harus mengenakan ciput di SMPN 1 Sukodadi.

"Enggak ada [aturan menggunakan ciput] itu untuk ketertiban saja," ujarnya.

Aksi yang dilakukan salah satu guru itu pun jadi polemik. Pasalnya, sejumlah wali murid tak terima dan protes anaknya digunduli.

Mediasi pun digelar keesokan harinya, Kamis (24/8), dengan dihadiri Harto, guru berinisial EN dan 10 wali murid yang anaknya jadi korban pembotakan.

Di forum mediasi itu, kata Harto, wali murid dan guru pelaku penggundulan itu sepakat saling memaafkan. EN mengaku perbuatannya sudah salah.

Bagaimanapun juga, menurut Harto, perbuatan EN itu tak dapat dibenarkan. Dia pun sudah melaporkannya ke Dinas Pendidikan Lamongan.

Saat ini EN pun ditarik oleh Dinas Pendidikan Lamongan dan dilarang mengajar di SMPN 1 Sukodadi hingga waktu yang belum ditentukan.

"Itu tindakan salah. Itu sudah kami laporkan ke dinas dan sekarang gurunya sudah ditarik ke dinas untuk pembinaan. Enggak ngajar," katanya.

Kini, Harto sedang berupaya mencari psikolog untuk mendampingi siswi-siswi yang digunduli itu. Ia berharap anak-anak didiknya itu tak trauma berkepanjangan.

"Saya saat ini sedang nyari psikolog biar enggak down, walaupun anak-anak saat ini sudah sekolah semua," pungkasnya.

Sementara itu, salah seorang keluarga korban, S, enggan memberikan keterangan apapun perihal kejadian ini. Ia khawatir keponakannya itu makin trauma.

"Mohon maafkan kami jika kami tidak berkenan, karena melihat dampaknya akan membuat korban trauma," kata S. 

(frd/gil)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK