Keluarga almarhum Imam Masykur yang merupakan korban penganiayaan oleh oknum Paspampres hingga tewas, hanya mengetahui korban sebagai penjual kosmetik di Jakarta.
Hal itu dikatakan Sanusi yang juga kerabat korban kepada wartawan di sela aksi damai meminta keadilan terkait tewasnya Imam Masykur yang digelar di depan Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh, Rabu (30/8).
Menurut Sanusi, Imam Masykur sebelum ke Jakarta hanya mengatakan dirinya bekerja sebagai penjual kosmetik. Imam pun disebut masih bekerja dengan orang lain dalam menjual kosmetik itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Keluarga hanya tahu dia penjual kosmetik di sana, sebagaimana dia pamit ke keluarga untuk merantau ke Jakarta," kata Sanusi kepada wartawan di lokasi.
Terkait dugaan obat ilegal yang membuatnya menjadi obyek pemerasan dan penganiayaan oknum TNI, Sanusi mengaku tak tahu soal itu.
"Dia setahu saya masih bekerja sama orang, apakah ada join dengan orang lain itu kita tidak tahu," katanya.
Apapun pekerjaanya, kata Sanusi, pihaknya ingin aparat hukum mengusut kasus tersebut. Dari laporan yang dia terima, rekan-rekan Imam Masykur dalam berjualan kosmetik juga kerap mendapat penyiksaan dan penculikan oleh oknum TNI di Jakarta.
"Apapun pekerjaannya, yang kami tidak terima adalah penyiksaan itu. Kami harap [Imam] ini [korban] yang terakhir," ucapnya.
Imam Masykur merupakan warga Bireuen, Aceh yang jadi korban penganiayaan yang dilakukan oleh tiga oknum TNI. Para oknum TNI itu adalah Praka RM (anggota Paspampres), Praka HS (anggota Direktorat Topografi TNI AD), dan Praka J (anggota Kodam Iskandar Muda).
Sebelum ditemukan tewas, korban sempat menghubungi keluarga untuk meminta uang Rp50 juta untuk diserahkan ke pelaku penculikan terhadap dirinya.
Sementara itu sejumlah warga di sekitar toko kosmetik tempat Imam Masykur mencari nafkah di Rempoa, Tangerang Selatan, mengatakan almarhum baru berjualan dan tinggal di sana sejak Februari lalu.
Ketua RT 02/06 Kelurahan Rempoa, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Sarip Marjaya, mengaku baru sekali bertemu dengan Imam. Kala itu, kata dia, korban penganiayaan maut Paspampres itu melapor ke dirinya akan tinggal dan membuka toko kosmetik di wilayah tersebut.
Sarip menyebut Imam memberikan kesan yang baik.
"Ya baik-baik aja. Jadi, ya orangnya juga baik. kalau sepintas gitu ya enggak ada seperti orang yang sering marah-marah. Ya, seperti layaknya orang baik lah," kata Sarip saat ditemui CNNIndonesia.com di kediamannya, Selasa (29/8).
Senada dengan pengakuan Sarip, salah satu teman Imam yang hampir tiap hari bercengkrama dengan pemuda Bireuen itu pun menyebut bahwa Imam adalah orang yang dikenal baik.
Meski baru beberapa bulan tinggal dan berdagang sebatang kara, Imam dikenal sebagai sosok yang berbaur dengan masyarakat sekitar toko.
"Biasa nongkrong, berbaur dia biasa kan di sini sendiri. Ya paling temen nongkrongnya di sini," kata salah seorang teman Imam yang enggan disebut namanya.
Lebih lanjut, Imam juga dikenal sebagai sosok yang pendiam dan tak banyak tingkah. Kendati demikian, ia dikenal sebagai sosok yang peduli kepada teman-teman sekitarnya dengan kerap memberi makanan.
"Orangnya pendiam. Kalau enggak diajak ngobrol mah diam aja, ngobrol-ngobrol biasa aja. Sama kita-kita juga baik hitungannya, kalau masalah makanan juga royal," kata dia.
Tak hanya itu, Imam juga dikenal sebagai sosok yang rajin beribadah. Oleh karena itu, teman-teman yang biasa bercengkrama dengannya merasa kehilangan atas tewasnya Imam.
"Salatnya juga rajin," tuturnya.
"Ya kaget. Teman hilang satu gimana sih. Udah bingung saja," dia menambahkan.
Sebelumnya diberitakan, Imam diciduk sejumlah pria berbadan tegap yang mengaku dari kepolisian di toko kosmetiknya yang berada di Jalan Sandratek, Rempoa, pada 12 Agustus lalu. Ia kemudian ditemukan tewas dengan luka-luka bekas penganiayaan yang kemudian diketahui dilakukan tiga oknum TNI.
Kadispenad Brigjen Hamim Tohari memastikan proses hukum terhadap tiga anggota TNI kasus penculikan dan penganiayaan Imam Masykur bakal dilakukan dengan transparan.
"Kami yakinkan bahwa proses hukum terhadap 3 oknum prajurit tersebut akan dilaksanakan dengan adil, obyektif dan transparan," kata Hamim saat dihubungi, Rabu (30/8).
Hamim menjamin tak ada impunitas bagi anggota TNI melakukan tindakan pidana. Proses peradilan akan dilakukan sesuai dengan kasus hukum.
"Tidak ada impunitas bagi prajurit TNI yang melakukan pelanggaran pidana," ucap Hamim.
Ia mengatakan Panglima TNI Laksamana Yudo Margono dan Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal Dudung Abdurachman telah memberi perhatian penuh terhadap penyelesaian kasus tersebut.
(kid)