ANALISIS

Bentrok Kepentingan di Balik Geger Duet Anies-Cak Imin

CNN Indonesia
Jumat, 01 Sep 2023 11:37 WIB
Koalisi Perubahan untuk Persatuan layu sebelum berkembang karena terjadi tarik-menarik kepentingan dalam memperebutkan posisi cawapres.
Ketua Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (Gus Imin) saat menyerahkan dokumen daftar bakal calon legislatif (bacaleg) ke KPU. (CNN Indonesia/ Adi Ibrahim)

Arifki menilai pasangan Anies - Cak Imin akan menjadi duet yang menjanjikan pada Pilpres mendatang. Persamaan latar belakang keduanya yang berasal dari ormas Islam menjadi sebuah kolaborasi pendekatan politik yang menarik.

Anies berasal dari Muhammadiyah, sementara Cak Imim merupakan tokoh Nahdlatul Ulama (NU). Selain itu, keduanya juga merupakan aktivis 98.

"Anies - Muhaimin menjanjikan karena Muhaimmin ini adalah kader NU dan basisnya wilayah Jawa Timur dan Anies lemah di sana. Artinya sisi Anies yang menyebar di luar Jawa dan Muhaimin juga akan melengkapi koalisi ini," tutur Arifki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menyebut perolehan suara yang dihasilkan pasangan Anies - Cak Imin pun mampu bersaing dengan dua capres lainnya yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

"Bisa bersaing karena Anies sebelum ini memang lemah di Jawa Timur atau Jawa. Dengan adanya duet Anies - Cak Imin tentu bakal menguntungkan bagi Anies. Saat ini kita tunggu cawapres Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo," katanya.

Pengamat politik Universitas Andalas Asrinaldi menyebut sinyal Anies membelot ke Cak Imin sudah terlihat sejak mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengunjungi Ibu Cak Imin di Jombang, Jawa Timur.

Ia berpandangan NasDem akan membentuk poros baru bersama PKB. Apalagi keduanya memenuhi syarat dalam hal kepemilikan kursi DPR untuk mendaftarkan capres-cawapres ke KPU jika mereka berkoalisi di Pilpres 2024.

"Bisa jadi dengan Muhaimin karena memang dia tiba-tiba harus ke Jombang, dia ketemu sama kyai, ketemu sama orang tua Muhaimin ya itu bagian upaya untuk memuluskan rencana-rencana dari koalisi itu. Dan suaranya memungkinkan untuk bisa mengusung Anies dan Cak Imin," kata Asrinaldi.

Menurutnya, Cak Imin tak bisa dianggap remeh karena memiliki jaringan NU yang begitu besar di Jawa Timur. Irisan pemilih Cak Imin yang berbasis di luar Jawa pun bisa memberikan warna tersendiri.

"Apakah Cak Imin bisa memberi sumbangan suara? bisa menurut saya. Tergantung bagaimana jaringan NU dan PKB bekerja di daerah-daerah," ujarnya.

Ia mengatakan Cak Imin bisa menyumbang suara untuk Anies sekitar lima persen. Meski begitu, pasangan Anies - Cak Imin perlu usaha lebih keras untuk bisa mendulang suara pada putaran pertama.

"Untuk langsung bisa menang ya saya pikir enggak semudah itu. Peningkatan suara Anies ada lah tapi persentasenya tidak banyak. Misal Anies sekarang sekitar 20-25 persen ya paling 3 sampai 5 persen ada tambahan dari Islam tradisional," ucapnya.

Biaya politik picu keretakan NasDem dan Demokrat

Asrinaldi mengatakan keretakan Koalisi Perubahan dipicu oleh pembiayaan untuk capres-cawapres yang tak disepakati antar partai. Sebab, hitungan untuk pencalonan capres-cawapres tak hanya sekadar chemistry saja, melainkan ada pembiayaan khusus.

"Saya pikir hitung-hitungan dengan pembiayaan. Anies kan bukan bohir, tidak punya uang juga. Tiket udah dibeli oleh NasDem, kan enggak mungkin NasDem biayai banyak-banyak. Mungkin ketika AHY diminta uang oke dia sepakat, tapi konteksnya bukan membiayai Anies tapi membiayai dia sebagai cawapres," ucapnya.

Asrinaldi berpandangan Demokrat akan berkoalisi bersama PDIP usai Anies berduet dengan Cak Imin. Menurutnya, AHY bisa menjadi alternatif Sandiaga Uno sebagai cawapres Ganjar Pranowo.

"Selama ini kan PPP dengan PDIP atau Ganjar dengan Sandiaga ini tidak begitu solid, tentu alternatifnya ke AHY. Bisa jadi koalisi dengan PDIP kalau melihat dari kondisi diskusi dan tentu mereka sudah berhitung juga posisi AHY bagaimana," ujar Asrinaldi.

"Paling untuk melengkapi mesin politiknya untuk melihat segmen tertentu misal Jawa Timur itu harus disapu. Itu bisa. Mungkin pertimbangan seperti itu yang dibutuhkan PDIP," imbuhnya.

(lna/isn)


[Gambas:Video CNN]

HALAMAN:
1 2
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER