Sementara itu, dari hasil penyelidikan secara deduktif juga didapati fakta bahwa ibu dan anak ini terakhir kali bertemu dengan keluarga inti 12 tahun yang lalu atau pada 2011. Kedua korban pun diduga memiliki kesan tertutup.
Temuan ini juga didukung keterangan yang diberikan oleh keluarga korban berinisial S dan K. Dua inisial keluarga korban ini diketahui juga tertulis dalam secarik kertas yang ditemukan di lokasi kejadian.
"Ternyata keluarga ini cukup tertutup, kemudian dengan keluarga inti ini terakhir bertemu 2011, adik dan sebagainya," ucap Hengki.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya itu, Hengki turut mengungkapkan kedua korban juga terakhir kali menjalin komunikasi dengan pihak keluarga beberapa bulan yang lalu.
"Ditelepon hanya beberapa bulan lalu, nanya kabar, setelah itu enggak pernah ketemu," ujarnya.
Dalam kasus ini, polisi turut meminta keterangan dari seorang petugas PLN. Menurut keterangan saksi, rumah kedua korban tak lagi dialiri listrik sejak Juli.
Informasi soal putusnya aliran listrik di rumah tersebut diduga berkaitan dengan temuan dua buah senter. Namun, hal ini masih didalami polisi.
"Kita sudah periksa juga dari PLN, surat peringatan tanggal 21 Juli, kemudian tanggal 28 Juli sudah diputus. Telat satu bulan, nunggak satu bulan," ucap Hengki.
Dalam proses pengungkapan kasus ini, polisi juga menggunakan sebuah alat bernama crime lite auto. Lewat alat ini, polisi menyatakan tak ada bekas darah di lokasi penemuan jasad korban.
Namun, kesimpulan ini masih bersifat sementara. Sebab, serangkaian proses penyelidikan dan pendalaman masih dilakukan untuk memastikan soal penyebab kematian korban.
"Melibatkan (alat) crime lite, crime lite bisa mendeteksi adanya bercak darah atau permukaan di tubuh, hasilnya negatif," kata Kabiddokkes Polda Metro Jaya Kombes Hery Wijatmoko.
"Artinya kekerasan yg menyebabkan pendarahan tidak terdetek dari alat tersebut," sambungnya.
Hengki turut mengungkapkan proses autopsi terhadap jenazah dua korban sudah dilakukan. Setelahnya, akan dilakukan proses identifikasi hingga pencocokan DNA.
"Kemudian melakukan time since death masih proses, karena di situ ada ruangan yang tertutup kemudian sangat panas, ini musim kemarau. Jadi ada beberapa yg diperhitungkan untuk menghitung time scine deathnya," tuturnya.
Untuk bisa mengungkap kasus ini secara tuntas, polisi kembali melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) lanjutan pada Selasa (12/9).
Dalam olah TKP kali ini, polisi mengambil sampel sidik jari di rumah yang menjadi lokasi penemuan jasad ibu dan anak tersebut.
"Hari ini didapatkan beberapa sampel sidik jari oleh inafis, ataupun swab yang dilakukan oleh labfor," kata Kasubdit Jatanras Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Samian kepada wartawan.
Kendari demikian, Samian menyampaikan pihaknya belum bisa memastikan ada berapa sampel sidik jari yang diambil. Ia hanya menyebut sampel sidik jari itu diambil dari sembilan titik, mulai dari jendela, pintu hingga peralatan makan.
Kata Samian, sampel sidik jari itu nantinya akan diteliti lebih lanjut untuk dijadikan sebagai data pembanding dalam pengungkapan kasus ini.
Selain itu, lanjut dia, pemeriksaan sampel itu juga untuk memastikan apakah sidik jari itu merupakan identik dengan kedua korban atau justru orang lain.
"Karena dari temuan ini akan dilakukan analisis, pengolahan, di situ akan ditemukan beberapa titik-titik kesimpulan, berapa sidik jari, berapa DNA, dan sebagainya," ucap Samian.
Hingga saat ini, polisi setidaknya sudah memeriksa 14 orang saksi untuk digali keterangannya terkait kasus penemuan jenazah ibu dan anak ini.
Kendati demikian, Samian tak membeberkan secara rinci identitas para saksi yang telah diperiksa ini. Ia hanya menyebut pihak keluarga korban juga telah dimintai keterangan.
"Untuk saksi sekarang sudah 14 saksi, ada dari keluarga, lingkungan, kemudian saksi PLN tentunya pihak-pihak terkait," kata dia.