Pemprov DIY soal Status Sumbu Filosofi Yogyakarta: Jadi Milik Dunia

CNN Indonesia
Selasa, 19 Sep 2023 14:54 WIB
Ilustrasi. Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X dikenal pula sebagai Gubernur DIY. (ANTARA FOTO/Agus Nugroho)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Badan PBB untuk Ilmu Pengetahuan hingga Kebudayaan, UNESCO, telah resmi menetapkan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai salah satu warisan dunia dari Indonesia pada Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committe (WHC) di Riyadh, Arab Saudi.

Sumbu Filosofi Yogyakarta sah diterima sepenuhnya tanpa sanggahan menjadi Warisan Budaya Dunia sesuai dokumen penetapan WHC 2345.COM 8B. 39pada 18 September 2023. Status itu pun disambut sukacita oleh Pemprov DI Yogyakarta dan lingkungan Keraton Yogyakarta.

"Kami menyampaikan terima kasih kepada UNESCO dan seluruh lapisan masyarakat, yang telah mendukung upaya pelestarian Sumbu Filosofi sebagai warisan dunia yang memiliki nilai-nilai universal yang luhur bagi peradaban manusia di masa kini dan mendatang," kata Sultan Gubernur DIY yang juga Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X seperti dikutip dari siaran pers Humas Pemprov DIY, Senin (18/9).

Wakil Gubernur DIY KGPAA Sri Paduka Paku Alam X yang hadir bersama rombongan delegasi DIY dalam sidang UNESCO di Riyadh itu mengatakan kini sumbu filosofi bukan hanya milik Yogyakarta maupun Indonesia saja, melainkan dunia.

"Sumbu Filosofi Yogyakarta dengan nama The Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, kini tidak hanya menjadi milik Yogyakarta atau Indonesia, tetapi juga menjadi milik dunia," ujar Paku Alam X.

Menurut Paku Alam X,  penghargaan dunia ini bermakna luar biasa untuk keberadaan nilai-nilai budaya adiluhung sebagai nilai keistimewaan, identitas dan jati diri Yogyakarta. Budaya Yogyakarta berkontribusi merawat keberlangsungan kesejahteraan dunia.

Dalam delegasi itu, dia didampingi Sekda DIY Beny Suharsono, Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi, Kepala DPMPTSP DIY Agus Priono, Kepala UPT Balai Pengelolaan Kawasan Sumbu Filosofi Dwi Agung Hernanto. Kemudian Tenaga Ahli Yogyakarta Warisan Dunia sekaligus akademisi UGM Daud Aris Tanudirjo, dan Perwakilan Keraton Yogyakarta Bimo Unggul Yudo.

Kepala Dinas Kebudayaan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menjelaskan, tujuan utama penetapan ini bukan semata untuk mendapatkan status Warisan Dunia yang dianggap banyak negara bergengsi, melainkan demi melestarikan warisan budaya jati diri, sekaligus berbagi keistimewaan Yogyakarta dan dunia.

Pihaknya berharap penetapan Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia ini akan memberikan dorongan semangat bagi seluruh pemangku kepentingan di seluruh Tanah Air untuk bersama-sama melestarikan warisan budaya dan cagar budaya yang dimiliki.

"Perjuangan mempertahankan status jauh lebih berat, karena Sumbu Filosofi tidak hanya menjadi milik DIY, Indonesia tapi juga milik dunia. Sehingga komitmen bersama untuk menjaga sesuai standar internasional menjadi sangat penting untuk dipahami," kata Dian.

Sumbu Filosofi Yogyakarta yang masuk dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO bertajuk lengkap the Cosmological Axis of Yogyakarta and Its Historic Landmarks, diakui sebagai warisan dunia lantaran dinilai memiliki arti penting secara universal. Konsep tata ruang yang kemudian dikenal sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta ini dicetuskan perdana oleh Raja Pertama Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada abad ke-18.

Konsep tata ruang ini dibuat berdasarkan konsepsi Jawa dan berbentuk struktur jalan lurus yang membentang antara Panggung Krapyak di sebelah selatan, Kraton Yogyakarta, dan Tugu Yogyakarta di sebelah utara.

Struktur jalan tersebut beserta sejumlah kawasan di sekelilingnya yang penuh simbolisme filosofis merupakan perwujudan falsafah Jawa tentang keberadaan manusia yang meliputi daur hidup manusia (Sangkan Paraning Dumadi), kehidupan harmonis antar manusia dan antara manusia dengan alam (Hamemayu Hayuning Bawana), hubungan antara manusia dan Sang Pencipta serta antara pemimpin dan rakyatnya (Manunggaling Kawula Gusti), serta dunia mikrokosmik dan makrokosmik.

Beragam tradisi dan praktik budaya Jawa, baik dalam pemerintahan, hukum adat, seni, sastra, festival, dan ritual, masih terselenggara di seputaran kawasan Sumbu Filosofi pada khususnya dan di Yogyakarta pada umumnya. Ini sebagai bukti akan peradaban Jawa dan tradisi budayanya yang masih terus dilestarikan sampai sekarang.

Dengan penetapan UNESCO ini, Indonesia kini memiliki lima warisan budaya dunia, yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan (1991), Situs Sangiran (1996), Subak Bali (2012), Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto (2019), dan Sumbu Filosofi Yogyakarta (2023).

Sri Sultan HB X berharap berharap penetapan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya dunia mampu dijadikan inspirasi dan referensi bersama akan nilai-nilai universal untuk mewujudkan dunia baru yang lebih baik di masa depan.

Menurutnya pengakuan dari UNESCO itu merupakan hasil bahu membahu semua pihak, dan sebuah penghargaan atas mahakarya Sri Sultan Hamengku Buwono I sebagai pemrakarsa Sumbu Filosofi yang sarat nilai filosofi tinggi.

(kum/kid)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK