Keluh Warga Yogya soal Sampah Menggunung hingga Luber Puluhan Meter

CNN Indonesia
Senin, 09 Okt 2023 12:26 WIB
Sampah menggunung di depo pembuangan Jalan Merbabu, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, imbas pembatasan operasional TPA Piyungan.
Sampah menumpuk di depo pembuangan Jalan Merbabu, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Senin (9/10). (CNN Indonesia/Tunggul)
Yogyakarta, CNN Indonesia --

Sampah menggunung di depo pembuangan Jalan Merbabu, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Senin (9/10). Hal ini imbas pembatasan operasional Tempat Pembuangan Sampah Akhir Piyungan karena kelebihan kapasitas.

Pantauan di lokasi, sampah menggunung melebihi dua meter. Bau menyengat muncul dari gunungan sampah yang memanjang hingga puluhan meter dan meluber ke badan jalan. Pemandangan ini sempat viral di media sosial.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ada ini (membentang) kurang lebih 50 meter," kata Bambang Feri, warga Gondolayu yang sudah tujuh tahun terakhir berjualan makanan di sekitar lokasi depo, Senin (9/10).

Menurut Feri, pemandangan tak mengenakkan ini sejak akhir Agustus lalu atau tepatnya semenjak satuan linmas tak lagi berjaga dan membatasi pembuangan sampah di sana.

"Pas dijaga linmas itu enggak boleh (buang di sini), tapi dampaknya ke jalan. Kalau linmas itu kontraknya cuma 8 bulan, sampai Agustus kemarin itu," bebernya.

Menurut pantauan Feri, memang cukup banyak warga luar Kotabaru yang membuang sampahnya di sana. Ia sendiri sampai bosan mengingatkan.

Tumpukan sampah berbagai jenis terpantau menggunung di depo pembuangan Jalan Merbabu, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Senin (9/10).Tumpukan sampah menggunung di depo pembuangan Jalan Merbabu, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Senin (9/10). (CNN Indonesia/Tunggul)

Feri mengklaim, pemandangan ini yang paling parah selama dirinya berjualan di wilayah Kotabaru 7 tahun terakhir. Agustus lalu tumpukan sampah masih belum terlalu meluber ke jalan dan bisa ditutupi memakai terpal.

Padahal, dalam kondisi normal sampah di depo Kotabaru ini biasanya habis dalam 2-3 kali angkut saja. Sementara berdasarkan pantauan pagi ini terhitung sudah ada 5-6 truk compactor dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta yang datang mengangkut sampah-sampah di depo.

"Ini yang paling banyak," katanya keheranan.

Wahyu, salah seorang penjual bunga di sekitar depo mengeluhkan bau tak sedap hingga lalat serta belatung yang bermunculan dari gunungan sampah itu. Belum lagi kekhawatiran akan datangnya musim hujan karena hanya bakal mendatangkan air lindi, menimbang kontur tanah yang menurun ke arah lapaknya.

Praktis, situasi macam itu bakal berdampak pada jualannya yang sebenarnya juga sudah mulai berkurang omzetnya ditengarai karena keadaan depo sampah di sebelah lapaknya ini.

"Apalagi kalau (pembeli) cewek, itu kan takut lihat belatung," katanya.

Sepengetahuannya, sampah-sampah ini diambil kebanyakan oleh para penggerobak saja, yang mana tentu tak bisa mengurangi dalam jumlah banyak sekaligus.

[Gambas:Instagram]



Jawaban Pemkot

Terpisah, Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan DLH Kota Yogyakarta, Ahmad Haryoko mengatakan sampah-sampah di depo Kotabaru telah mulai diangkut memakai unit truk compactor sejak Minggu (8/10) malam pukul 21.00-00.00 WIB.

Kata Haryoko, DLH kembali mengerahkan 7 unit truk compactor pagi ini. Termasuk sekitar 20 petugas dari instansinya demi mengangkut sampah yang diperkirakan volumenya mencapai 60 ton lebih.

"Tapi ya kayanya belum bisa 100 persen, karena memang kondisinya sudah banyak. Tapi ini sebenarnya bukan tidak kita lakukan eksekusi atau upaya tapi memang ini akumulasi dari sejak bulan Juli tanggal 23 itu, sejak TPA (Regional Piyungan) tutup sampai sekarang pun kita enggak bisa ngenol (menghabiskan sampah) ke di depo ini kan," kata Haryoko saat dihubungi, Senin.

Diakui Haryoko, kapasitas pengangkutan per hari tak mampu mengimbangi volume pembuangan sampah harian di depo Kotabaru. Maksimal sehari cuma 2-3 rit saja. Belum lagi jika ada event-event besar yang membuat produksi sampah meningkat, sekalipun kontribusinya tidak begitu banyak.

"Ditambah TPA Piyungan setiap 3 hari buka 1 hari tutup otomatis kan tambah lagi ya ini merupakan akumulasi seperti itu. Jadi mau tidak mau ya kondisinya tidak bisa tertahan dengan baik," pungkasnya.

Tumpukan sampah berbagai jenis terpantau menggunung di depo pembuangan Jalan Merbabu, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Senin (9/10).Tumpukan sampah menggunung di depo pembuangan Jalan Merbabu, Kotabaru, Gondokusuman, Kota Yogyakarta, Senin (9/10). (CNN Indonesia/Tunggul)

Haryoko juga menuturkan sampah-sampah yang dinaikkan ke truk juga tak langsung dibuang ke TPA Regional Piyungan hari ini karena masih tutup. Rencananya akan ditahan sampai jadwal pembukaan TPA berikutnya.

"Kita mengantisipasi sebisa mungkin sampah enggak meluber ke jalan," katanya.

Situasi ini merupakan salah satu imbas pembatasan operasional TPA Piyungan yang selama ini menampung sampah dari Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Bantul (Kartamantul). TPA itu pernah ditutup sementara 23 Juli hingga5 September 2023 karena kelebihan kapasitas.

Keputusan ini didasari kesepakatan bersama Pemda DIY dan Kartamantul dikarenakan lokasi zona eksisting TPA Regional Piyungan yang sudah sangat penuh dan melebihi kapasitas, sehingga pelayanan sampah yang mencapai 850 ton per hari dari ketiga wilayah itu tak memungkinkan dilakukan.

Menyikapi potensi darurat sampah, Pemda DIY meminta masing-masing kabupaten/kota mengelola sampahnya sendiri. Pemerintah Kota Yogyakarta diizinkan mengirimkan sampahnya ke TPA Piyungan dengan batasan maksimal 127 ton per hari dan sisanya dikelola sendiri.

Untuk diketahui, produksi sampah harian di Kota Gudeg data Juli 2023 lalu mencapai 210 ton.

Sejak beroperasinya TPA Piyungan pada 6 September, Pemkot Yogyakarta memaksimalkan tempat pembuangan sampah maupun depo-depo yang ada di wilayahnya. Selain itu pemerintah juga memasifkan gerakan-gerakan pengelolaan sampah yang sudah berjalan macam Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja (Mbah Dirjo), serta gerakan zero sampah anorganik.

Di samping itu masih ada fasilitas Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle(TPS3R), daerah Nitikan, Umbulharjo, yang mampu mengolah sampah organik maupun anorganik sebanyak puluhan ton per hari.

(kum/pmg)


[Gambas:Video CNN]
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER