Di pos BKSDA itu, Benget dan rombongan mendapatkan penanganan pertama usai beberapa anggotanya mengalami cedera ringan usai terkena batu dari erupsi gunung.
"Beruntungnya kami, memang kami sudah di bagian hutan lebat saat itu, jadi kami agak terlindungi oleh pepohonan dari hujan bebatuan itu, meski anggota tim kami juga ada yang terkena batu, tidak terlalu parah," ujarnya.
"Cedera ringan, ada yang terkena batu di pinggang, lalu keseleo karena lari cepat dengan jalur seperti itu," imbuhnya menjelaskan cedera yang dialami rekan-rekannya ketika menyelamatkan diri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak lama setelahnya, Benget dan para anggota diminta segera melapor ke Kantor Wali Nagari Batu Palano di Kecsamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam untuk proses pendataan pendaki selamat.
"Di situ kami cukup lama, sampai sekitar jam 22.00 WIB. Karena anggota tim yang keseleo tadi dibawa dulu ke RS terdekat untuk dirontgen dan diperiksa," ungkapnya.
Benget mengatakan saat ini dan ra anggota rombongan sudah pulih dari cedera ringan tersebut. Meski begitu, Benget mengaku ada beberapa anggota pemula yang mengalami trauma cukup berat.
"Mereka kan sempat bertemu banyak pendaki lain, berkenalan, dan beberapa kenalan itu juga ada yang tidak selamat," jelas Benget.
"Jadi itu menimbulkan efek trauma bagi para pendaki baru, terasa sekali untuk mereka," tambahnya.
Pekan lalu, Gunung Marapi di wilayah Kabupaten Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat, meletus pada Minggu (3/12) sekitar pukul 14.54 WIB.
Meletusnya gunung api berketinggian 2.891 mdpl ini ditandai dengan muntahan kolom abu berisi material vulkanik hingga 3.000 meter dari puncak kawah yang disertai suara gemuruh.
Kantor SAR Kota Padang mencatat ada 75 pendaki yang berada di Gunung Marapi, Sumatera Barat saat terjadi erupsi. Sebanyak 52 pendaki di antaranya selamat dan 23 lainnya meninggal dunia.