Survei Litbang Kompas: Angka Pemilih Bimbang Melonjak

CNN Indonesia
Senin, 11 Des 2023 11:06 WIB
Ilustrasi. Survei Litbang Kompas mencatat angka pemilih bimbang (undecided voters) mengalami lonjakan signifikan dari beberapa kali survei sebelumnya. (AP/Mark Baker)
Jakarta, CNN Indonesia --

Survei Litbang Kompas teranyar pada Senin (11/12), mencatat angka pemilih bimbang (undecided voters) mengalami lonjakan signifikan dari beberapa kali survei sebelumnya.

Dalam survei terbaru mereka, angka pemilih yang masih ragu untuk menentukan pilihan terhadap capres-cawapres mencapai 28,7 persen. Jumlah itu dinilai tinggi mengingat pemungutan suara hanya tersisa kurang lebih dua bulan pada 14 Februari 2024.

Angkanya juga hampir menyerupai tingkat pemilih bimbang terhadap capres tanpa pasangan sebesar 24,9 persen. Litbang Kompas mencatat jumlah angka pemilih ragu dalam survei terbaru mereka lebih besar dari survei sebelumnya sebesar 15,4 persen.

"Jika dibandingkan dengan angka sebelumnya yang hanya 15,4 persen, terlihat lonjakan yang cukup signifikan," tulis peneliti Litbang Kompas, Bambang Setiawan.

Litbang Kompas mengungkap para kelompok pemilih bimbang umumnya adalah mereka yang tidak memiliki ikatan ideologis maupun emosional dengan capres maupun cawapres tertentu.

Kelompok ini umumnya diidentifikasi sebagai pemilih Presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres 2019, dan sebagian lagi merupakan kelompok yang tidak menggunakan haknya atau merahasiakan pilihannya.

Kebanyakan mereka juga diidentifikasi merupakan kelompok generasi tua dengan rentan usia 41-60 tahun atau masuk generasi X. Kelompok usia tersebut jumlahnya mencapai 44,3 persen atau lebih tinggi dari total populasi kelompok mereka dari semua segmen pemilih sebesar 36 persen.

Litbang Kompas mengungkap mayoritas kelompok pemilih ragu adalah perempuan, sebesar 54,2 persen. Pemilih ragu umumnya juga tinggal di pedesaan dan berpendidikan dasar.

Mereka umumnya teridentifikasi sebagai kelompok Islam, terutama warga NU, dan tinggal di Jawa Timur. Litbang Kompas menyebut kelompok pemilih ragu akan menjadi penentu penting pada Pilpres 2024 mendatang.

Survei Litbang Kompas melibatkan 1.364 responden yang dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia.

Metode tersebut tersebut memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error kurang lebih 2,65 persen dalam kondisi penarikan sampel acak sederhana. Survei dibiayai sepenuhnya oleh Harian Kompas.



Sementara, hasil survei Indikator Politik Indonesia menunjukkan pemilih dari kalangan terdidik lebih condong mendukung pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor satu, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.

Berdasar latar belakang pendidikan, pemilih pasangan Anies-Cak Imin dari kalangan pendidikan tinggi atau kuliah mencapai 41,3 persen.

Disusul Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming yang mendapatkan angka sebesar 40,7 persen dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD dengan persentase 12,3 persen.

"Untuk kalangan warga pendidikan tinggi, yang kuliahan atau bahkan sudah lulus S3, suara Pak Prabowo sedikit di bawah Mas Anies," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi dalam rilis survei, Sabtu (9/12).

Masih mengacu latar belakang pendidikan, pasangan Prabowo-Gibran unggul pada pemilih dengan pendidikan SD hingga SMA.

Di pemilih dengan latar SMP misalnya, Prabowo-Gibran mendapatkan perolehan angka sebesar 43,5 persen, disusul Ganjar-Mahfud dengan 30,5 persen, sementara Anies-Cak Imin cenderung rendah dengan 19,7 persen.

"Dari kalangan yang pendidikan rendah, atau SLTP ke bawah, Prabowo keunggulannya tajam, dan Mas Anies kurang di situ," ujar Burhanuddin.

(thr/isn)


KOMENTAR

ARTIKEL TERKAIT
TOPIK TERKAIT
TERPOPULER
LAINNYA DARI DETIKNETWORK