Umur pakai peralatan perang disebut tak menjadi rujukan utama dalam pembelian Alat Utama Sistem Senjata Tentara Nasional Indonesia (alutsista) yang dilakukan Kementerian Pertahanan.
Direktur Utama PT Len Industri, Bobby Rasyidin menjelaskan, ada tiga hal lain yang harus diperhatikan sebelum membeli alutsista.
Hal pertama, adalah kelayakan operating readiness alutsista, dan kedua adalah kelayakan combat readiness untuk digunakan di medan tempur.
"Ketiga adalah safety dan worthiness levelnya. Keselamatan dari kru di dalamnya levelnya sampai mana," kata Bobby pada diskusi di Media Center Indonesia Maju, Menteng, Jakarta, Jumat (12/1).
Bobby memaparkan, struktur alutsista terbagi menjadi beberapa bagian, mencakup platform, mesin (engine), mekanikal, serta struktur dan sistem.
Sementara, sistem alutsista mencakup sistem navigasi, pengawasan (surveillance), dan sistem tempur.
Menurut Bobby, aspek platform, engine, mechanical, dan platform memang didesain berumur panjang. Misalnya, kapal induk yang dirancang mampu bertahan sampai sekitar 100 tahun.
"Yang berubah cepat itu adalah sistemnya. Karena makin ke sini perang itu sudah bukan perang fisik tapi perang elektronika," ujarnya.
Sedangkan untuk komponen selain sistem, biasanya dilakukan pengecekan, diikuti perbaikan berat atau overhaul secara berkala.
Namun, lanjut Bobby, yang perlu mendapat perhatian khusus adalah sistem alat perang seperti alutsista yang harus terus diperbaharui.
"Misalnya engine sekian tahun flying hours harus di-overhaul atau diganti. Yang penting kita melakukan modernisasi atau upgarde dari sistemnya, supaya alutsista tidak ketinggalan zaman," kata Bobby.
(adv/adv)