Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendapat sorotan publik karena dianggap menunjukkan keberpihakan di Pilpres 2024. Padahal, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya sudah berkali-kali menegaskan organisasi yang didirikan tahun 1926 ini mengambil jarak dan tak terlibat dalam urusan pilpres.
Sorotan utamanya mengarah pada pernyataan Sekjen PBNU Saifullah Yusuf (Gus Ipul). Ia meminta warga NU tak memilih pasangan calon presiden dan wakil presiden yang didukung Abu Bakar Ba'asyir dan Amien Rais.
Meski tak menyebut nama, tetapi Amien Rais sebagai pendiri Partai Ummat telah menyatakan mendukung Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN). Belakangan, juga beredar rekaman suara Abu Bakar Ba'asyir soal dukungannya untuk Anies-Muhaimin. Rekaman suara itu dibenarkan anak Ba'asyir, Abdul Rohim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Gus Ipul dikritik Muhaimin dan para pendukung AMIN. Belakangan, Gus Yahya mengklarifikasi bahwa ucapan Gus Ipul merupakan pendapat pribadi, bukan organisasi.
Selain itu, ada kesaksian dari tokoh NU Nadirsyah Hosen atau Gus Nadir yang mengatakan PBNU mengumpulkan seluruh pengurus mulai dari tingkat cabang dan wilayah seluruh Indonesia di Surabaya.
Pada pertemuan itu, Gus Nadir mengatakan ada 'dawuh' atau instruksi tak tertulis untuk memenangkan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Ia pun mengaku sudah melakukan tabayun kepada para kiai yang hadir pada pertemuan tersebut.
Gus Yahya juga telah membantah ucapan Gus Nadir dan menganggapnya hanya prasangka tanpa bukti.
Dosen President University sekaligus cendikiawan NU, AS Hikam, menilai sikap dan pernyataan PBNU belakangan ini terlihat kontradiktif. Menurutnya, para pengurus PBNU secara pribadi tampak memberikan dukungan kepada paslon tertentu.
"NU atau PBNU makin lama makin terjebak dalam kesulitan karena kontradiktif. Yaitu, statement ketumnya bahwa PBNU dan NU tak terlibat dalam politik praktis, tapi dalam kenyataan bahwa fungsionarisnya secara pribadi-pribadi melakukan dukungan terhadap paslon," kata Hikam kepada CNNIndonesia.com, Jumat (19/1).
Ia pun menilai pernyataan Gus Ipul soal Abu Bakar Ba'asyir jadi blunder pribadi dan organisasi. Hikam menuturkan salah satu pengacara Ba'asyir, Yusril Ihza Mahendra, kini ada di barisan Prabowo-Gibran.
Kemudian, kata dia, pernyataan Gus Ipul sebagai sekjen sulit dilepaskan dari sikap PBNU sebagai organisasi.
"Statement Saifullah itu enggak bisa dihindarkan PBNU sebagai lembaga. Karenanya dia jadi blunder. Baik lembaga maupun pribadi," kata dia.
Hikam juga berpendapat rumor pengerahan struktural NU di tingkat wilayah dan cabang untuk memenangkan kandidat tertentu bukan rahasia lagi. Baginya, PBNU akan dihadapkan pada pilihan apakah akan terus konsisten menjaga netralitas atau justru sebaliknya.
"Jadi PBNU banyak hadapi persoalan seperti ini, enggak konsisten apa yang dikatakan dan apa yang dilakukan. Jadi netralitas hanya statement aja. Orang NU kan ikuti perkembangan di dalam medsos. Senang baca berita dan lakukan analisis," kata dia.