Beda Data Deforestasi Versi Mahfud MD dan Menteri Kehutanan
Calon wakil presiden nomor urut 3 Mahfud MD dan Menteri lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Siti Nurbaya Bakar mengungkapkan data yang berbeda terkait deforestasi di Indonesia.
Mahfud menyebut aktivitas perusakan hutan atau deforestasi di Indonesia dalam satu dekade terakhir menyebabkan lahan gundul yang luasnya melebihi 23 kali dari Madura.
"Dalam 10 tahun terakhir terjadi deforestasi 12,5 (juta) hektare hutan kita. Itu jauh lebih luas dari Korea Selatan dan 23 kali luasnya Pulau Madura di mana saya tinggal. Ini deforestasi dalam waktu 10 tahun," kata Mahfud dalam debat cawapres kedua di JCC, Jakarta, Minggu (21/1) malam.
Namun, pernyataan itu dibantah oleh Siti Nurbaya Bakar.
"Saya harus mengatakan bahwa data itu salah, saya bisa kasih tahu data yang sebenarnya," kata Siti Nurbaya seperti dikutip dari detikcom, Senin (22/1).
Politikus Partai NasDem itu memaparkan sejak 2013, angka deforestasi beragam setiap tahunnya. Angka tertinggi deforestasi terjadi pada 2015 mencapai 1,09 juta hektar akibat El Nino besar.
"Ini datanya dulu, saya ingin menyampaikan ada persoalan data di situ, konsep, dan ada persoalan bagaimana membaca data," kata dia.
Siti merinci, pada 2013 angka deforestasi di Indonesia mencapai 730 ribu hektar. Angkanya naik dua tahun kemudian menjadi 1,09 juta hektar pada 2015. Menurut Nurbaya, kenaikan itu karena disebabkan El Nino.
"Karena kebakaran hutan yang gede deforestasinya 1,09 juta hektar. Itu karena El Nino besar di 2015," kata dia.
Lalu pada 2016, angkanya turun menjadi 630 ribu, dan pada 2017 kembali turun menjadi 480 ribu hektar. Pada 2018 sebanyak 440 ribu hektar.
Pada 2019, karena El Nino, Siti Nurbaya menyebut deforestasi menjadi 460 ribu hektar. Kemudian pada 2022, menjadi hanya 104 ribu hektar. Dia mengatakan angka deforestasi pada 2022 menjadi terendah sejak 20 tahun terakhir.
"Bagaimana bisa jumlahnya 10 tahun 12 juta. Saya ingin kasih tahu, dan sebetulnya di 2022 itu angkanya kira-kira 104 ribuan hektar. Itu angka terendah sejak 2003, 20 tahun jadinya," katanya.
Lihat Juga : |
Sementara itu, Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mencatat pada periode 2015-2023 saja telah terjadi deforestasi 3,4 juta hektare. Ia menuturkan penyebab utamanya adalah dua kali kebakaran hutan yang sangat besar pada 2015 dan 2019.
"Selain itu, tentunya ekspansi perkebunan sawit yang sebenarnya terus terjadi walaupun sudah ada moratorium izin di hutan primer dan lahan gambut, maupun moratorium sawit," ujar Leonard kepada CNNIndonesia.com, Minggu (21/1).
Tak cuma itu, Leonard menyebut pembangunan infrastruktur yang masif sepanjang hampir 10 tahun rezim Jokowi, termasuk PSN, juga menjadi penyebab deforestasi. Kemudian, kata dia, eksploitasi nikel secara besar-besaran di Indonesia bagian Timur juga menjadi penyebab deforestasi.
Dia menyarankan untuk presiden dan wakil presiden yang terpilih pada Pilpres 2024 harus berkomitmen untuk nol deforestasi atau tidak ada sama sekali penebangan pohon, baik deforestasi terencana, maupun memberantas deforestasi ilegal.
(yla/pmg)