Pesantren, Jejaring Politik Kiai Jawa Timur dan Pilpres 2024
Rombongan pria mengenakan sarung dan kopiah hitam itu membelah jalan. Di sela-sela rombongan, terlihat perempuan-perempuan berjilbab turut menarik langkah. Jalan yang tak lebar itu mendadak macet, kendaraan terpaksa harus mengalah.
Pemandangan pada Rabu (24/1) siang tersebut lumrah di Pondok Pesantren Darul Ulum, Peterongan, Jombang, Jawa Timur. Terutama, ketika santri-santriwati hendak beraktivitas luar ruangan atau ibadah berjemaah.
Di ruas lain, para pedagang berjejer menjajakan barang-barang kebutuhan santri mulai dari makanan, minuman hingga buku, kitab dan alat tulis.
Sejak dulu, pesantren memang punya peran penting di tengah masyarakat Jawa Timur. Selain jadi pusat pendidikan agama, pesantren menyediakan ruang untuk aktivitas sosial, ekonomi, hingga politik.
Namun tidak ada aktivitas menonjol di Pesantren Darul Ulum Jombang di tahun politik Pemilu 2024.
Lingkungan Darul Ulum dan sekitarnya pada Rabu itu bersih dari spanduk dan baliho para capres-cawapres dan caleg yang berkontestasi.
Pemandangan ini tampak kontras bila mengingat kebiasaan para politikus yang kerap bersafari ke pesantren, serta sowan ke kiai, untuk berebut dukungan, atau sekadar meminta doa restu.
Prinsip Nderek Kiai
Salah satu pengasuh Pesantren Darul Ulum, KH Zahrul Jihad atau Gus Heri, mengatakan baru capres nomor urut 1 Anies Baswedan yang berkunjung ke pesantrennya jelang Pilpres 2024.
"Di Darul Ulum, Anies pernah ke sini, dua kali," kata Gus Heri kepada CNNIndonesia.com.
Anies berpasangan dengan Muhaimin Iskandar, Ketua Umum PKB, partai yang lahir dari rahim Nahdlatul Ulama.
Cak Imin, sapaan akrabnya, dibesarkan dalam keluarga santri di Jombang. Ia mewarisi garis keturunan sejumlah kiai terpandang di Jawa Timur.
Meski tak pernah mengecap pendidikan di Darul Ulum, sosok Cak Imin terhubung dengan pesantren tersebut lewat ikatannya dengan Nahdlatul Ulama.
Afiliasi Darul Ulum dan NU dapat dilihat dari beberapa hal. Dua entitas ini disatukan dalam kesamaan mazhab Ahlusunnah wal jamaah. Tak sedikit pula pendiri dan pengasuh Darul Ulum memiliki hubungan bahkan bersanad kepada para pendiri NU, khususnya Hadratussyaikh Hasyim Asy'ari.
Selain itu, ada banyak kiai dan jebolan Darul Ulum yang masuk dalam struktur kepengurusan PBNU dari masa ke masa.
Akan tetapi pertalian erat Cak Imin dengan Darul Ulum dan Nahdlatul Ulama tak serta merta berbuah kesepahaman dalam politik.
Pendekatan para politisi bisa sia-sia jika pesantren sudah memegang sikap politik tersendiri, sebagaimana terjadi di Darul Ulum.
Gus Heri berkata ada sebuah kultur pesantren yang disebut sebagai prinsip nderek kiai. Dalam kultur ini, santri akan mengikuti lisan dan perintah kiai atau gusnya.
Dia meyakini kultur nderek kiai masih sangat terjaga di Darul Ulum. Karenanya kedatangan Anies hingga dua kali disebutnya tak akan berpengaruh pada santri-santrinya.
Gus Heri mengklaim mayoritas kiai termasuk dirinya, lebih condong mendukung paslon nomor urut 2 Prabowo Subianto- Gibran Rakabuming Raka.
Faktor terbesarnya ialah karena sosok Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Gus Heri mengatakan, Jokowi dianggap sudah banyak berjasa bagi dunia pesantren. Yang pertama, karena kebijakan penetapan Hari Santri Nasional, yang kedua ialah karena pengesahan Undang-Undang No 18 Tahun 2019 tentang Pesantren.
Kedua hal itu, kata Gus Heri, adalah bukti Jokowi telah memberikan pengakuan, afirmasi, fasilitas dan eksistensi pesantren di hadapan negara. Selama dua periode kepemimpinannya, Jokowi sudah dua kali berkunjung ke Darul Ulum.
"Jadi mereka [para kiai di Darul Ulum] tidak melihat Gibran, bahkan tidak melihat Pak Prabowo, hanya melihat Pak Jokowi," ujar dia.
Seringkali sikap politik para kiai ini dibawa hingga ke ruang-ruang kelas di pesantren, dengan harapan para santri dapat mengikutinya.
Gus Heri bahkan tak sungkan mengungkap bahwa dukungan kepada Prabowo-Gibran ia sampaikan secara terang-terangan kepada santrinya di tiap forum mengaji kitab atau kelas-kelas lainnya. Tentunya juga dengan penjelasan dan dasar penentuan pilihan.
"Saya sampaikan 'saya mendukung ini, kamu (santri) harus ikut saya', kepada pemilih baru [santri] kelas 11-12 SMA," tuturnya.