Jakarta, CNN Indonesia --
DKI Jakarta dianggap menjadi medan pertarungan para pasangan capres-cawapres dalam mendulang suara di Pilpres 2024. Secara nasional, Jakarta berada di posisi keenam dengan jumlah pemilih 8.252.897 jiwa.
Para capres-cawapres tentu ingin memaksimalkan perolehan suara di Ibu Kota untuk mengunci kemenangan, meskipun jumlah pemilihnya jauh di bawah tiga provinsi lain di Pulau Jawa.
Hal ini bisa terlihat dari agenda kampanye para capres-cawapres yang menggelar kampanye akbar di Jakarta. Seperti Ganjar Pranowo-Mahfud menggelar 'Konser Metal' di Stadion Utama GBK.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kemudian pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming juga akan menggelar kampanye akbar di GBK pada 10 Februari nanti. Begitu juga pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar yang membuat acara di Jakarta International Stadion (JIS).
Pengamat Politik dari Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menyebutDKI Jakarta menjadi prioritas kedua setelah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Tiga wilayah itu menguasai 50 persen lebih total suara nasional. Jawa Barat memiliki35.714.901 pemilih, Jawa Timur31.402.242 pemilih, sedangkan Jawa Tengah28.289.413 pemilih.
"Tetap (DKI Jakarta) itu menjadi target (mendulang suara), tetapi prioritas kedua," kata Karyono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (6/2).
Meski hanya memiliki sekitar 8,2 juta pemilih, Karyono menyebut Jakarta tetap punya kelebihan tersendiri. Ini terkait dengan gengsi politik para paslon jika berhasil memenangkan suara di Jakarta.
"Karena DKI Jakarta itu menjadi pusat pemerintahan, kemudian pusat ekonomi, sebagai epicentrum politik nasional, tetap menarik karena ada gengsi politik di situ. Kalau menang di Jakarta punya impact secara psikologis," ujarnya.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah menyebut Jakarta tak terlalu diperhatikan oleh ketiga paslon yang bertarung dalam Pilpres 2024 karena jumlah pemilihnya tidak masuk dalam tiga besar suara nasional.
"Kenapa DKI Jakarta kurang diperhatikan tentu adalah dari sisi jumlah, kenapa karena dia tidak masuk dalam populasi yang cukup besar," ujarnya.
Dibanding harus bertarung mendulang suara di Ibu Kota, kata Dedi, para paslon lebih memilih berjuang merebut pemilih di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah.
Menurutnya, Jawa Tengah kini yang paling diperebutkan oleh para capres-cawapres. Dedi menyebut Jawa Tengah menjadi penentu karena selama ini selalu dikuasai PDIP yang mengusung Ganjar-Mahfud.
"Jateng dianggap sebagai penentu karena Jabar dan Jatim itu oleh partai-partai lain sudah mendapat porsi kira-kira begitu, hanya tinggal Jateng saja yang per 2019 juga masih didominasi PDIP," ujarnya.
Pertarungan Anies vs Prabowo di Jakarta berlanjut ke halaman berikutnya...
Terkait pertarungan di DKI Jakarta, Karyono menyebut pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar akan lebih lebih unggul dibanding dua paslon lain.
Hal ini tak bisa dilepaskan dari rekam jejak Anies yang pernah menjabat sebagai orang nomor satu di DKI selama lima tahun. Menurutnya, warisan kebijakan Anies selama menjabat tentu akan berpengaruh terhadap perolehan suaranya di ibu kota.
"Ada faktor menurut saya posisi Anies di DKI Jakarta itu lebih unggul dari yang lain yaitu kebijakan-kebijakan yang populis," kata Karyono.
Karyono membeberkan faktor lainnya adalah parpol pengusung Anies, yakni PKS. Ia menyebut PKS memiliki suara yang cukup besar di DKI Jakarta.
Untuk posisi kedua, Karyono memprediksi akan diisi oleh pasangan Prabowo-Gibran. Menurutnya, pasangan nomor urut 2 ini pun menargetkan DKI Jakarta sebagai salah satu daerah yang akan dimenangkan.
"Selain untuk menambah suara di Pulau Jawa, ada faktor gengsi politik tadi itu karena Jakarta menjadi pusat kekuasaan, epicentrum ekonomi nasional dan politik nasional," kata Karyono.
Namun, Karyono menyebut posisi pasangan Ganjar-Mahfud juga kini perlu diwaspadai setelah Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok turun ke arena kampanye.
"Basis Ahok di Jakarta tidak bisa dianggap enteng juga, selain pernah menjadi wakil gubernur dan gubernur, pendukung ahok juga ckup signifikan di DKI Jakarta," ujarnya.
Senada, Dedi juga menyebut pasangan Anies-Muhaimin dan Prabowo-Gibran bakal bersaing ketat di Jakarta.
Menurutnya, Ganjar-Mahfud tak bisa berbuat banyak, meskipun PDIP sebenarnya memiliki catatan yang cukup bagus di Ibu Kota.
"Ganjar Pranowo cenderung lemah di DKI, dia tidak punya tokoh yang mengendorse kelompok pemilih DKI, gagal mengkonsolidasikan suara Jokowi sehingga pertarungan DKI Jakarta didominasi Anies dan Prabowo," kata Dedi.
Berdasarkan Survei Indikator Politik pada 30 Desember 2023 hingga 6 Januari 2024, untuk wilayah DKI Jakarta, pasangan Anies-Muhaimin bertengger di posisi pertama dengan 38,2 persen.
Posisi selanjutnya ditempati pasangan Prabowo-Gibran dengan 36,9 persen. Sementara pasangan Ganjar-Mahfud hanya bisa meraih 20,7 persen.
[Gambas:Infografis CNN]
Kemudian, survei Poltracking pada 1-7 Januari, Anies-Muhaimin juga menduduki posisi pertama dengan 45 persen untuk Banten dan DKI Jakarta.
Prabowo-Gibran tetap di posisi kedua dengan perolehan 40 persen dan pasangan Ganjar-Mahfud di tempat terakhir dengan 10 persen.
Sementara itu, survei LSI pada 10-11 Januari juga menempatkan Anies-Muhaimin di posisi pertama untuk wilayah Jakarta dengan perolehan 36,3 persen.
Disusul pasangan Prabowo-Gibran di tempat kedua dengan 35,7 persen dan di posisi buncit ada pasangan Ganjar-Mahfud dengan 26,4 persen.