Jakarta, CNN Indonesia --
Korps Marinir menjelaskan kronologi meninggalnya anggota bernama Lettu Eko Damara di Kotis Koramil Dekai, Kodim 1715 Yahukimo, Papua Pegunungan beberapa waktu lalu.
Eko yang merupakan Dokter Satgas Pamtas Mobile RI-PN Yonif 7 Marinir, diduga meninggal dunia karena bunuh diri menembak kepala dengan senjata SS2-VI
Komandan Korps Marinir Mayor Jenderal (Mar) Endi Supardi menjelaskan peristiwa itu terjadi pada Sabtu (27/4) sekitar pukul 13.02 WIT.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
 Disclaimer kesehatan mental (CNN Indonesia/Fajrian) |
Saat itu, Eko datang ke ruangan kesehatan dan memerintahkan dua prajurit lain untuk keluar.
"Pukul 13.04 WIT, Prada Hasan dan Pratu Agus keluar ruangan. Pukul 13.06 WIT, Prada Danu hendak memasuki ruangan kesehatan, namun ruangan tersebut dalam keadaan terkunci," kata Endi dalam konferensi pers di Mako Marinir, Senin (20/5).
Tidak lama, terdengar suara letusan senjata satu kali dari dalam ruangan kesehatan. Seorang prajurit lain lalu mencoba melihat lewat jendela. Endi mengatakan saat itu terlihat Eko dalam keadaan bersimbah darah.
"Dengan posisi tubuh bersandar pada dinding ruangan, senjata SS2-V1 tersandar dengan posisi popor di atas paha sebelah kanan, kemudian laras senjata menyilang ke kiri ke atas dada dan tangan kanan masih memegang pistol grip," ujar Endi.
Ruangan itu lalu didobrak. Anggota TNI lain lalu memberi pertolongan pertama. Eko disebut masih hidup ketika itu. Perwira TNI tersebut lalu dibawa ke RSUD Dekai dan tiba pada pukul 13.15 WIT.
"Langsung dapat penanganan medis oleh Dokter April, dokter jaga RSUD Dekai. Lalu pada pukul 14.00 WIT, Dokter April menyampaikan bawah Lettu Eko tidak tertolong dan dinyatakan meninggal dunia," kata Endi.
Jenazah lalu dibawa ke masjid untuk dimandikan, dikafani dan disalatkan. Endi mengatakan karena jenazah akan dibawa ke kampung halaman Eko di Sumatera Utara, jenazah juga diformalin.
Dalam kesempatan itu, orang yang memandikan jenazah Eko juga dihadirkan dalam panggilan video.
Endi bertanya kepada orang memandikan jenazah, apakah ada lebam dan sundutan rokok di tubuh Eko, seperti pernyataan pihak keluarga.
Orang yang memandikan jenazah itu lalu menyatakan tidak melihat adanya lebam dan bekas sundutan rokok. Pernyataan yang sama juga disampaikan oleh salah satu dokter RSUD Dekai yang melihat jenazah Eko.
"Bapak yang memandikan melihat langsung bahwa di kepala, di tangan, di badan di kaki tidak ada luka lebam," kata Endi.
Endi menyampaikan berdasar hasil pemeriksaan digital forensik pada handphone Eko, didapati beberapa catatan yang ditinggalkan oleh Eko.
Ia pun membacakan catatan itu. Dalam note itu, Eko di antaranya menyinggung soal tidak ada gunanya untuk hidup lantaran tidak harapan untuk berkeluarga, tidak ada harapan untuk sekolah hingga tidak ada harapan di satuan.
Eko dalam catatannya juga menyinggung persoalan hutangnya.
"Harapan untuk berkeluarga tidak ada, harapan untuk sekolah tidak ada, harapan dianggap baik tidak ada. Harapan ada tempat di instansi tidak ada, harapan ada tempat di satuan tidak ada, harapan diterima orang orang sekitar tidak ada. Lalu apalagi yang mau diharapkan kalau tidak mati?" tulis Eko seperti dibacakan Endi.
Endi mengatakan pihaknya sebenarnya tidak ingin membuka hal tersebut ke publik karena ingin menjaga nama baik Eko. Namun, pihak keluarga yang awalnya memberi pernyataan ke media.
"Kami sudah upaya seoptimal mungkin jaga maruah keluarga, menjaga maruah almarhum karena bagian dari kami. Dengan terpaksa kami lakukan ini karena Pak Dedi membuka lewat media," ucapnya.
Utang ratusan juta, riwayat judi online
Endi melanjutkan dari pemeriksaan digital forensik, di handphone Eko ditemukan banyak riwayat pencarian 'bagaimana cara mati dengan cepat'.
Selain itu juga didapati riwayat download aplikasi judi online.
"Download judi online, jadi nyambung kenapa yang bersangkutan bunuh diri. Jadi kalau saya lihat pesan yang disampaikan, Satgas ini tiga minggu lagi kembali, beliau ketakutan dengan keadaan karena harus mengembalikan, sementara belum siap," ujarnya.
Endi mengatakan utang Eko mencapai Rp819 juta. Utang itu di antaranya dari rekan sesama dokter, dari rekan di satgas, warung di daerah operasi hingga dari bank.
"Untuk pastinya habis itu semua (untuk judi online), saya tidak pastikan di sini. Tetapi dari browsing yang ada, almarhum semua di judi online. Kenapa? karena beliau tidak beli barang apapun di daerah operasi," ujarnya.
Sebelumnya keluarga korban merasa ada yang janggal dengan kematian Eko.
Paman Abdul Sattar mengatakan korban awalnya dilaporkan tewas di dalam kamar mandi. Menurut informasi yang diterima pihak keluarga, Eko tewas bunuh diri dengan luka tembakan di bagian kepala.
"Kita menerima telepon bahwa almarhum Lettu Laut dr Eko Damara itu dinyatakan meninggal, ditemukan di kamar mandi dengan luka tembak di kepala. Kemudian ditanyakan keluarga apa penyebabnya, siapa yang nembak, kata mereka nanti diinformasikan setelah sampai di rumah duka ," kata Abdul dikutip detik.com, Senin (20/5).
Abdul mengatakan setelah kejadian itu, jasad dr Eko langsung dimandikan dan dikafankan. Kemudian, jasad Lettu Eko diberangkatkan dari Papua dan tiba di Stabat, Kabupaten Langkat, pada Senin, 29 April 2024.
"Nah hari itu juga diinformasikan, jenazah setelah dimandikan, dikafankan, terus diberangkatkan. Itu dievakuasi dari lokasi menggunakan helikopter terus dibawalah, sampai di rumah duka sekitar jam 3 sore tanggal 29 April 2024," sebutnya.
Pihak keluarga sudah curiga dengan kematian dr Eko. Alhasil, setelah jasad tiba, keluarga membuka kain kafan korban dan menemukan sejumlah luka lebam di tubuh dr Eko. Selain itu, ada juga bekas sundutan rokok di bagian punggung.