Selepas 2007, budi daya kratom menyebar ke sejumlah desa yang berada tepian Kapuas. Sebaran lahan perkebunan kratom sejak itu telah mengubah peran dan fungsi kratom yang dulunya sebatas tanaman herbal yang dikonsumsi warga dari alam liar menjadi komoditas bernilai ekonomi.
Saat ini kratom paling banyak tersebar di wilayah Kalimantan Barat. Tanaman ini hidup dalam hutan di sejumlah kabupaten, mulai Kapuas Hulu, Melawi, Ketapang, Sekadau, Sintang, Mempawah, Kubu Raya, hingga Sanggau. Kapuas Hulu tercatat yang paling banyak memiliki perkebunan kratom.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kapuas Hulu per November 2022, total pohon kratom mencapai 49.391.092,64 atau 49,4 juta batang yang dibudidaya di lahan seluas 11.384 hektare. Sementera petani kratom mencapai 18.392 orang yang berada di 23 kecamatan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lihat Juga : |
Kecamatan Bunut Hilir di Kapuas Hulu menjadi pusat budidaya kratom dengan total 14,2 juta pohon. Disusul Embaloh Hilir 6,8 juta pohon, Putussibau Utara 4,2 juta pohon, Putussibau Selatan 4 juta pohon, dan Kalis 3,8 juta pohon.
Kemudian Kecamatan Bika 3,5 juta pohon, Jongkong 2,7 juta pohon, Mentebah 2,1 juta pohon, Bunut Hulu 1,8 juta pohon, Selimbau 1,6 juta pohon, Embaloh Hulu 1,4 juta, dan beberapa kecamatan lain di bawah 1 juta pohon.
![]() Ketua Appuri Ibrahim menyebut kratom sudah dimanfaatkan turun temurun dari generasi leluhur. |
Petani kratom di Jongkong, Ibrahim (63) menyebut kratom sudah dimanfaatkan turun temurun dari generasi leluhur. Ia setidaknya tahu itu sejak zaman neneknya. Tanaman ini dikenal masyarakat Kapuas Hulu sebagai obat herbal yang dipercaya menyembuhkan sejumlah penyakit, paling umum untuk meredakan panas.
Ibrahim sampai saat ini masih rutin mengonsumsi kratom dalam dosis kecil. Di usianya yang sudah melewati paruh baya, Ibrahim masih merasa bugar dan sehat.
"Jadi asal-muasalnya tumbuhan kratom ini adalah tumbuhan liar, dan sudah dikenal oleh nenek moyang kita sudah cukup lama. Nah karena dulu itu belum bernilai ekonomi, paling-paling mereka biasa menggunakan ini hanya untuk obat-obat ringan," kata Ibrahim di Jongkong, Kapuas Hulu.
Ibrahim mengatakan ramuan kratom pada zaman dulu disiapkan dengan cara merebus daun segar maupun kering kemudian diminum. Beberapa warga setempat menambahkan madu atau air jeruk.
Penggunaan topikal atau di luar tubuh juga dilakukan dengan cara meremas daun segar kemudian ditempelkan pada luka, atau serbuk halus ditaburkan pada luka.
![]() |
Saat ini, kata Ibrahim, masyarakat sudah banyak yang mengonsumsi daun kratom dalam bentuk remahan kering maupun bubuk atau tepung. Daun remahan kering atau bubuk ini diseduh menggunakan air panas seperti teh atau kopi. Rasanya pahit macam jamu.
Rebusan daun kratom dipercaya bisa menurunkan panas badan hingga menambah stamina. Sementara batang pohon kratom bisa diambil kulitnya untuk mengobati gatal-gatal.
"Kalau misalnya ada yang kena gatal, kulitnya dikupas, digosok-gosok, kemudian untuk menurun panas juga bisa, daunnya direbus, ambil tiga sampai empat lembar direbus, sehingga akhirnya airnya itu seperti daun teh. Jadi itu diminum. Insyaallah kalau sudah dua-tiga kali minum akan pulih atau segar," kata Ibrahim.
Ibrahim mengatakan kratom telah menjadi mata pencarian utama masyarakat Kapuas Hulu saat ini. Banyak petani karet yang beralih menanam kratom. Harga karet anjlok dalam beberapa tahun terakhir hingga Rp5.000 per kg. Sedangkan harga daun kratom dianggap lebih baik, meskipun di beberapa desa harga daun remahan kini sedang turun menjadi Rp11.000 per kg.
Ibrahim menyebut penghasilan dari budidaya kratom cukup menjanjikan. Mereka bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dari tanaman tersebut, bahkan sudah banyak orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya sampai perguruan tinggi.
"Kita berkeinginan, tumbuhan ini atau tanaman ini bisa menjadi mata pencarian sampai ke anak cucu," ujarnya.
(gil/gil)