Ma'ruf Amin Siap jadi Juru Damai Konflik PKB dan PBNU
Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin menyatakan bersedia menjadi juru damai bagi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) yang hubungannya kini sedang memanas.
Ma'ruf mulanya merespons soal rencana PBNU yang akan sowan menghadap dirinya menyangkut konflik antara organisasi tersebut dengan PKB.
"Kalau keinginan mereka (PBNU) itu untuk saya dimintai sebagai orang yang bagaimana mengislahkan, mendamaikan ya dengan tulus, dengan ikhlas, saya sangat bersedia, bersedia tentu," kata Ma'ruf di Bantul, DIY, Rabu (7/8).
Alasan Ma'ruf bersedia lantaran urusan mendamaikan ini adalah perintah agama. Kedua, ia termasuk salah satu tokoh yang membidani lahirnya PKB. Kata Ma'ruf, dirinya pula yang menjadi Ketua Dewan Syuro PKB angkatan pertama.
"Tapi kalau hanya untuk nyari peluru untuk menghantam yang satu, hanya minta dari saya tapi untuk digunakan peluru untuk menghantam yang lain, saya tidak bersedia. Itu kan namanya saya memberi peluru-peluru untuk tambah konfliknya," tegas Ma'ruf.
"Tapi kalau saya dimintai untuk mendamaikan dan mereka ingin berdamai, mencari solusi tentu saya sangat siap untuk melakukan itu," sambungnya.
Perseteruan PKB dan PBNU makin memanas usai kedua pihak saling lempar pernyataan ke publik.
Situasi panas terjadi beberapa bulan terakhir. Cekcok dimulai saat Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar alias Cak Imin memimpin Tim Pengawasan Haji DPR.
Cak Imin mengkritik penyelenggaraan haji, mulai dari lokasi bermalam yang sempit hingga keterlambatan pelayanan transportasi. Dia membentuk Panitia Khusus Haji di DPR untuk memeriksa pekerjaan Kementerian Agama.
Sementara itu, Kemenag dipimpin oleh Menteri Yaqut Cholil Qoumas. Yaqut adalah eks Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor dan adik Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf.
PBNU kemudian membalas dengan membentuk Tim khusus untuk mengkaji ulang hubungan PBNU dan PKB. Gus Yahya mengibaratkan NU adalah pabrik mobil dan PKB adalah mobil hasil produksi yang cacat sistemnya.